Wajah Gus Dur Bercahaya
Jenazah Gus Dur disemayamkan di ruang tengah, di bawah lampu kristal. Pukul 00.28, Kamis (31/12) sholat jenazah dilakukan secara bergantian.
Terlihat Ali Mochtar Ngabalin, mantan anggota DPR RI ikut mensholatkan Gus Dur di barisan depan. Di belakangnya, terdapat puluhan orang yang ikut sholat.
Ruangan seluas 50m2, terlihat sesak penuh oleh pengunjung. Para pengunjung bergantian masuk. Kawasan Warung Sila, Ciganjur penuh dengan ribuan orang,
Jenazah Gus Dur diletakkan di atas tempat tidur dengan ditutupi kain putih. Bagian wajah ditutupi dengan kain transparan.
Para tamu yang bergantian men-sholatkan jenazah, menyaksikan betapa wajah Gus Dur terlihat bersih dan bercahaya.
Dari kain kerudung transparan, wajah Gus Dur tampak berbeda dari biasanya. Lebih putih dan bersih.
Meski, suasana di rumah itu begitu terasa sedih. Beberapa orang meneteskan airmata.
Di depan pintu, ada mantan asisten pribadi Gus Dur, Al Zastrow. Dia memandu orang-orang untuk sholat jenazah.
Terlihat juga putri pertama Gus Dur, Alissa yang terus menerus didatangi tamu dan bersalaman. Semuanya terlihat memberi dukungan agar keluarga Gus Dur tabah.[im
Hari Wafatnya Gus Dur Angka Ajaib
INILAH.COM, Jakarta - Ini, mungkin bagian dari ekspresi orang untuk memberikan penghormatan pada almarhum Gus Dur. Kemarin, Jumat (1/1) beredar SMS. Isinya tentang hari wafatnya Gus Dur, yang kalau dirangkai akan menjadi ajaib.
SMS itu bertuliskan begini:
Asmaul Husna ada 99. 9 adalah angka yang sangat luar biasa rahasianya. Penuh makna, Masya Allah... Gus Dur wafat jam 18.45 tanggal 30 bulan 12 tahun 09.
Kalau semua diamati, semua angka tersebut jika dikalikan dengan angka itu sendiri, jumlah adalah 9.
18 x 18= 324 = 3 + 2 + 4 = 9
45 x 45= 2025 = 2 + 0 + 2 + 5 = 9
30 x 30= 900 = 9 + 0 + 0 = 9
12 x 12= 144 = 1 + 4 + 4 = 9
18 x 45 x 30 x 12 x 09 = 2624400 = 2 + 6 + 2 + 4 + 4 + 0 + 0 = 18 = 1 + 8 = 9
Ada apa dengan jam 18.45?
Lihat Qs. Al-Kahfi (18):45, ibaratkan air hujan yang turun dari langit dan memberi kesejukan atau perdamaian di bumi. Lalu kembali ke sisi Allah dengan kuasa-Nya.[bar/ims]
Cahaya Gus Dur Seperti Bung Karno
Mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dinilai memiliki kemiripan dengan Presiden RI ke-1 Soekarno. Keduanya, sama-sama memiliki cahaya sufi.
"Wafatnya Gus Dur, mulai dari rumah sakit ke Ciganjur rakyat kecil pada berdiri dipinggir jalan, begitu juga saat tiba di Jombang rakyat kecil berdiri memberi penghormatan. Itukan mengigatkan kita pada Bung Karno
Selain itu, tutur Luqman, Bung Karno dan Gus Dur sama-sama seorang sufi, namun hal tersebut tidak ditampilkan tapi malah disembuyikan. Meski begitu, tetap saja, cahaya sufinya mempengaruhi kehidupan realitasnya.
Luqman juga mengatakan, Gus Dur adalah sosok yang lengkap. Gus Dur adalah seorang tokoh, intelektual, budayawan dan orang yang selalu terlibat dalam memperjuangkan hak asasi. Selain itu Gus Dur juga mengajarkan bagaimana menjadi seorang guru bangsa.
"Guru bangsa yang mendidik dan terlibat langsung. Jadi bukan guru bangsa yang diam saja. Ibarat seorang, ayah Gus Dur akan melindungi dan mendidik anaknya," ujar dia.
Gus Dur wafat pada Rabu, 30 Desember 2009, pukul 18.45 WIB. Mantan orang nomor satu di Indonesia ini meninggal setelah lima hari dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo, Jakarta. Gus Dur telah dimakamkan di Komplek pemakaman Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur pada Kamis 31 Desember lalu. [win/mu
Tempat Peristirahatan Terakhir Gus Dur
Mantan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur akan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga, Tebu Ireng, Jombang. Seperti apakah tempat peristirahatan terakhir Gus Dur.
Tebu Ireng merupakan pesantren atau pusat pembelajaran ilmu agama Islam, yang didirikan oleh Kakek Gus Dur, Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'ari, pada tahun 1899.
Terletak di Jalan Irian Jaya, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Tebu Ireng menjadi salah satu pusat kajian agama Islam terbesar di dunia, juga tempat berdirinya salah satu Organisasi Agama Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU), yang juga didirikan oleh kakek Gus Dur.
Di Tebu Ireng, Hasyim Hasyim Asy'Ari yang menikahi dua istri, Nafiqoh dan Masruroh, melahirkan tiga belas anaknya.
Mereka adalah Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid (ayah Gus Dur), Abdul Hakim (Abdul Kholiq), Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah, Muhammad Ya’kub.
Gus Dur merupakan anak dari pernikahan Abdul Wahid Hasyim dengan Solichah. Dia terlahir sebagai anak pertama dari enam bersaudara, pada 7 September 1940 silam.
Meski hanya pada masa kanak-kanaknya saja, dia tumbuh di tanah leluhur keluarganya, Gus Dur dikenal sebagai Kyai dan tokoh besar NU oleh kalangan pesantren pendirian kakeknya itu.
Setelah wafatnya Hasyim Asy'ari pada 7 September 1947, jenazahnya dimakamkan di komplek Pesantren Tebu Ireng.
Letak pemakaman itu berada di tengah komplek asrama pesantren seluas 2,5 hekta are. Akhirnya di makam tersebut dijadikan pemakman keluarga keturunan Hasyim, di mana istri, anak-anak, dan keturunannya, telah disiapkan tempat pemakamannya.
Di pemakaman tersebut telah ditata rapi, sesuai dengan urutan keturunan Hasyim. Diantaranya, makam Hasyim yang bersebelahan dengan istrinya, makam Wahid Hasyim yang juga bersebelahan dengan istrinya, dan juga makam Gus Dur yang tengah disiapkan tepat berhadapan dengan makam kakeknya itu.
Setiap tahunnya, makam keluarga kyai besar sekaligus pahlawan nasional itu tak pernah sepi dari peziarah.
Bahkan dalam ajang pemilihan umum bupati, gubernur, legislatif, sampai presiden, para peserta pemilu tersebut selalu menyempatkan untuk berziarah ke makam Keluarga Hasyim, sekaligus mencari dukungan politik.
Islam sebagai agama yang dipeluk oleh myoritas masyarakat Indonesia, dan Tebu Ireng merupakan tempat berdirinya Organisasi Islam Terbesar NU, tentu memiliki pengaruh yang besar bagi peserta pemilu, yang berusaha mencari dukungan politik.
Masyarakat biasa dan santri-santri Tebu Ireng, juga telah menjadikan ziarah ke makam Keluarga Hasyim, sebagai rutinitasnya. Pengurus pesantren, menetapkan waktu satu kali dalam seminggu untuk mewajibkan bertahlil di makam keluarga tersebut.
Komplek Pesantren Tebu Ireng didirikan memang hanya khusus untuk santri laki-laki. Untuk santri perempuan, didirikan beberapa pesantren kecil juga oleh keluarga keturunan Hasyim, di sekitar Tebu Ireng.
Dalam ajaran Islam diyakini laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki hubungan keluarga tidak bisa dibaurkan.
Luas tanah pesantren dan lembaga pendidikan formal dimilikinya, saat ini telah berkembang pesat. Luas tanah pesantren yang tengah menjadi sebuah yayasan itu, saat ini bertambah luas menjadi sekitar 40 hekta are. Ada pun jumlah santri yang menuntut ilmu di pesantren tersebut berjumlah sekitar 1.500 santri, terdiri dari laki-laki-dan perempuan, dari usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)sampai perguruan tinggi.
Yayasan Tebu Ireng selain mengajarkan ilmu agama Islam kepada santrinya, juga mendirikan sejumlah lembaga pendidikan formal. Mulai dari SMP dan SMA A. Wahid Hasyim, Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Salafiyah Syafi'iyyah. [mut]
Tanah Galian Makam Gus Dur 111 Karung
Jombang - Proses penggalian makam Gus Dur telah usai. Sedikitnya ada 111 karung kecil tanah galian dikeluarkan dari komplek pemakaman umum Ponpes Tebu Ireng, Jombang.
Ratusan sak tanah itu saat ini tengah ditata rapi, berjajar di tepi pagar oleh sejumlah santri Ponpes Tebu Ireng. "Jumlahnya ada 111 sak, tapi tidak selalu penuh," ungkap Rizqi, salah satu santri di Ponpes Tebu Ireng, Kamis (31/12) dini hari.
Setelah lubang makam dianggap selesai, lokasi itupun kini menjadi terbuka. Para santri yang sebelumnya mengerumuni untuk mendapat giliran menggali juga sudah membubarkan diri.
Sementara sejumlah wartawan baik dari media televisi, cetak maupun Online terlihat duduk-duduk di lantai tidak jauh dari makam sambil menunggu perkembangan dari proses pemakaman Gus Dur selanjutnya. [beritajatim.com/mut]
Inilah Perjalanan Hidup Gus Dur
Alm Abdurrahman Wahid
Selain pernah menjadi Presiden RI, Ketua Umum PBNU, Gus Dur adalah orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Doktor Kehormatan terbanyak. Sepanjang hidupnya, Gus Dur mendapatkan 10 gelar Doktor kehormatan. Inilah perjalanan hidup Gus Dur.
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Nama lengkapnya Abdurrahman Wahid. Gus Dur lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas muslim Jawa Timur.
Kakek Gus Dur adalah KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sementara, kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.
Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny Hj Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.
Gus Dur, pernah secara terbuka pernah menyatakan bahwa dia memiliki darah Tionghoa. Gus Dur bilang bahwa dia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak.
Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V.[5] Tan Kim Han sendiri kemudian berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.
Pada tahun 1944, Abdurrahman Wahid pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat ayahnya terpilih menjadi Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia.
Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Pada akhir perang tahun 1949, Gus Dur pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama.
Abdurrahman Wahid belajar di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Sejak muda, Gus Dur juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk memperluas pengetahuannya.
Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada bulan April 1953, ayah Gus Dur meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Pendidikan Gus Dur berlanjut dan pada tahun 1954. Dia masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu, ia tidak naik kelas.
Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk meneruskan pendidikannya. Pada tahun 1957, setelah lulus dari SMP, Gus Dur
pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo.
Gus Dur mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun).
Pada tahun 1959, Gus Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sementara dia melanjutkan pendidikannya sendiri, Gus Dur juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan nantinya sebagai kepala sekolah madrasah.
Gus Dur juga dipekerjakan sebagai jurnalis majalah sastra, yaitu majalah Horizon dan Majalah Budaya Jaya. Setelah itu, Gus Dur belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.
Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Meskipun ia mahir berbahasa Arab, Gus Dur diberitahu oleh Universitas bahwa ia harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan bahasa Arab.
Karena tidak mau menunjukkan kemampuan bahasa Arab, Gus Dur terpaksa mengambil kelas remedial. Gus Dur menikmati hidup di Mesir pada tahun 1964; menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak bola.
Gus Dur juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut.
Pada akhir tahun, Gus Dur berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kecewa. Dia telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas.[bersambung/ims]
Inilah Pesan Terakhir Gus Dur ke Tokoh Katolik
Menjelang akhir hidupnya, mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid menitipkan pesan pada tokoh Katolik untuk memperlakukan kaum fundamentalis secara lebih bijak.
Hal itu diungkapkan Romo Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar Agama KWI di Jakarta, Rabu (30/12) malam, merujuk pada pertemuan antara Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog antar Agama Vatikan Kardinal Jean Louis Tauran dengan KH. Abdurrahman Wahid pada November 2009.
"Saat itu Gus Dur berpesan agar kaum fundamentalis jangan dijauhi tetapi harus dicintai," katanya mengutip pesan dari Gus Dur.
Menurut Romo Benny, Gus Dur adalah tokoh besar bagi bangsa Indonesia. Ia sangat memperhatikan isu-isu pluralisme dan mementingkan arti dari kejujuran. Selama hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang sangat mendedikasikan jiwa dan raganya untuk bangsa Indonesia.
"Menurut saya, hidup Gus Dur semata-mata untuk bangsa dan negara. Beliau meninggalkan kepentingan pribadinya untuk bangsa, orang yang mencintai bangsa dan menyediakan waktu untuk bangsa," kata Romo Benny yang merupakan teman dekat dari almarhum Gus Dur.
Di mata Romo, Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang hangat dan tidak pernah lepas dari guyonan-guyonan yang menyegarkan. Guyonan itulah menjadi ciri khas Gus Dur yang selalu diingat. Lebih lanjut Romo Benny menuturkan, meski didera sakit, Gus Dur masih sempat mengucapkan Selamat Natal kepadanya melalui telepon pada 25 Desember lalu.
"Pada 25 Desember, beliau menghubungi saya untuk mengucapkan Selamat Natal. Saat itu Gus Dur sempat mengeluh karena sakit gigi, tapi tetap saja Gus Dur bilang masih sehat," katanya. [*/mut]
Menjelang Lengser dari Presiden Keluarkan Dekrit, Gus Dur Menangis
Kejatuhan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid diwarnai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden. Namun siap yang tahu jika pria yang akrab disapa Gus Dur itu menangis saat mengeluarkan Dekrit.
Menurut mantan penasehat politik Gus Dur saat mejadi Presiden, Hermawan Sulistyo kepada INILAH.COM di Jakarta, Sabtu (2/1) mengatakan, sebelum memutuskan dikeluarkan atau tidak dekrit presiden, Gus Dur sempat bercerita. Namun cerita yang disampaikan Gus Dur tidak ada kaitanya tentang dekrit.
"Saat itu saya langsung memotong dan menanyakan kepada Gus Dur, mengeluarkan dekrit atau tidak. Saat itu Gus Dur terguncang sekali, saya melihat Gus Dur menangis disamping Rahmawati, sambil dielus-elus tangannya oleh Rahmawati," ujarnya.
Pria yang akrab disa Kiki ini membantah anggapan yang mengatakan Gus Dur legowo saat dilengserkan. Menurutnya Gus Dur sakit hati telah dilengserkan. "Kalau dia legowo itu bohong. Cara penurunannya itu yang membuat dia (Gus Dur) tidak bisa diterima," pungkasnya.
Dalam pertemuan juga ikut hadir perwakilan dari sekitar 15 LSM. Selain itu, para kyai NU, dan para pendukung Gus Dur mendatangi Istana guna memberikan dukungan. Massa pendukung Gus Dur dari berbagai daerah melakukan aksi di Monas dan depan Istana Merdeka Jakarta.
Dekrit Presiden itu sendiri berbunyi: (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memeroleh dukungan, dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarnoputri.
Gus Dur lengser dari kursi kepresidenan ketika baru 20 bulan berkuasa. Gus Dur lengser dari kursinya setelah Sidang umum MPR menggelar rapat paripurna. Usai dilengserkan, MPR kemudian melantik Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden kelima. [win/jib]
No comments:
Post a Comment