Bani Israel setelah Musa A.S :
Bani Israel pada waktu itu adalah pengikut kebenaran dan pembawa bendera tauhid dan Firaun Mesir merupakan orang yang sombong dan congkak yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Ia melakukan kerusakan dan menyinksa Bani Israel dengan menyembelih anak-anak mereka dan tetap membiarkan anak-anak wanita :
Artinya : “Sesungguhnya Fai’aun telah berbuat sewenang-wenagn di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al Qasas : 4)
Nabi Musa dilahirkan dalam iklim seperti ini dan dididik dalam rumah Firaun dengan planning Allah (tadbiir rabbani) yang sangat sempurna. Dan kisah Musa, perkembangan masa kecilnya, dakwah beliau kepada Firaun dan keluarnya ia bersama Bani Israel serta kehancuran Fir’an merupakan kisah yang sudah sangat dikenal orang.
Sudah merupakan takdir Allah SWT untuk memberikan tanah Palestina di waktu itu kepada kelompok yang beriman kepada-Nya :
Artinya : “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang yang mewarisi (bumi), dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawartikan dari mereka itu.” (Al Qasas : 5-6)
Nabi Musa telah diutus kepada Fir’aun dengan perintah ini dengan dibantu oleh saudaranya Harun yang juga diutus sebagai seorang rasul :
Artinya : “Dan Musa berkata : “Hai Fir’aun, sesungghnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, meka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku.” (Al A’raf : 104-105)
Namun Firaun enggan dan bersikap sombong serta tidak mempercayai ayat-ayat dan mukjizat yang dibawa Musa. Para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Firaun percaya kepada dakwah yang dibawa oleh Musa dan ingkar kepada Firaun. Namun kelihatannya mereka yang telah memperlihatkan keimanan mereka dan bergabung dengan Bani Israel terbatas dari pemuda-pemuda dari Bani Israel. Iman mereka bercampur dengan rasa takut yang mendalam kepada Firaun dan menghantui mereka yang mungkin akan menyiksa.
Artinya : “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, malinkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka akumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (Yunus : 83)
Kemudian Musa A.S memimpin orang-orang yang beriman di antara kaumnya menuju arah timur, maka mereka dikejar oleh Firaun dan bala tentaranya. Dan terjadilah kisah pembelahan laut dan akhirnya Allah selamatkan Bani Israel dan Firaun serta tentaranya dibinasakan di tengah laut.
Artinya : “Lalu Kami wahyukan kepada Musa : “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah sepertia gunung yang besar. Dan di sanalah kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.” (Asy Syu’ara : 63-66)
Di sini kita berusaha untuk mencermati beberapa pendapat dan riwayat-riwayat yang bersifat sejarah yang muncul. Bahwa jumlah mereka yang keluar bersama Musa dari Mesir itu berkisar antara 6 ribu saja atau 15 ribu pada sebagai riwayat lainnya. Dari perspektif sejarah, peristiwa ini kelihatannya terjadi pada abad ketiga belas sebelum Masehi. Secara definitif bahwa hengkangnya bani Israel dari Mesir diperkirakan pada sepertiga terakhir dari abad itu. Periode di mana waktu itu Mesir dibawah kekuasaan “Ramses Dua” yang dikenal pada abad ini dengan sebut “Ramses Kedua”. Dengan kekuatan Allah SWT, jasad Firaun ini dapat disaksikan di salah satu museum Mesir. Dan ini yang mengingatkan kita akan firman Allah SWT :
Artinya : “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagti orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Yunus : 92)
Dan setelah Allah menyelamatkan Bani Israel, maka datanglah masa di mana Musa dan Harun harus menderita hidup bersama dengan mereka. Muncullah karakteristik-karakteristik mereka yang kurang baik yang timbul dari lemahnya iman, bodoh dan rasa takut. Setelah mampu menyeberangi laut, mereka langsung mendatangi masyarakat yang secara keseluruhan menyembah patung, mereka berkata :
Artinya : “Bani Israil berkata : “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” (Al A’raf : 138)
Kemudian ketika Musa pergi ke suatu tempat untuk bertemu Allah, kaumnya berubah menyembah anak sapi (al ‘ijl) kendati Harun tetap berada di sisi mereka.!!!
Artinya : “Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Tur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh bersuara.” (Al A’raf : 148)
Artinya : “Maka mereka berkata : “Inilah Tuahmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (Thaha : 88)
Mereka hampir saja membunuh Harun ketika melarang kekafiran mereka ini dan ini yang dikatakannya kepada saudaranya Musa :
Artinya : “…sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku,” (Al A’raf : 150)
Dan banyak lagi sikap-sikap lain.
Kemudian Musa memimpin Bani Israel ke arah tanah suci dan berkata kepada mereka :
Artinya : “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (Al Maidah : 21)
Namun mereka tetap saja bersikeras untuk memilih kemurtadan dan berpaling!!!
Artinya : “Mereka berkata : “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” (Al Maidah : 22)
Nasehat sudah tidak bermanfaat, mereka tetap saja ingkar :
Artinya : “Mereka berkata : Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka da di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (Al Maidah : 24)
Sayed Qutub (Allah yarhamuhu) mengomentari sikap Bani israel ini dan berkata :
"إن جبلة يهود لتبدو هنا على حققيقتها، مكشوفة بلا حجاب ولو رقيق من التجمل...إن الخطر ماثل قريب؛ ومن ثم لا يعصمهم منه حتى وعد الله لهم بأنهم أصحاب الأرض، وأن الله قد كتبها لهم، فهم يريدونه نصرا رخيصا، لا ثمن له، ولا جهد فيهن نصرا مريحا يتنزل عليهم تنزل المن والسلوى!"....."وهكذا يخرج الجبناء فيتوقحون، ويفزعون من الخطر أمامهم...هكذا في وقاحة العاجز لا تكلفهم وقاحة اللسان إلا مد اللسان..."
Artinya :
“Sesungguhnya tabiat ril orang Yahudi benar-benar termanifestasi di sini tanpa indikasi bahkan sedikit upaya untuk menyembunyikannya. Mereka merasakan bahwa bahaya memang dekat dan sekali mereka berkonfrontasi, maka tidak ada yang akan memproteksi mereka. Bahkan janji Allah kepada mereka bahwa mereka akan menjadi pemilik tanah dan Allah telah suratkan mereka untuk itu. Mereka inginkan itu tanpa biaya, tanpa usaha dan kemenangan yang mudah diberikan kepada mereka seperti Manna (hadiah yang mewah) dan salwaa (sejenis burung)…Dan begitulah para orang-orang penakut yang sudah tidak punya rasa malu, dan mereka takut dari marabahaya yang ada di depan mereka. Dan inilah kondisi ketidakberdayaan orang yang lemah yang tidak dibebani oleh insolensi lidah kecuali dengan kesombongan….”
Mereka berkata dalam firman Allah : “…dan berperanglah kamu berdua,” (Al Maidah : 24)
Allah tidak akan diakui menjadi Tuhan mereka kalau memang ketuhanannya akan menyuruh mereka untuk berperang!…
Dan menyudahi perkataan mereka dengan : “Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (Al Maidah : 24)
Mereka tidak menghendaki kedaulatan, kebanggaan atau tanah yang dijanjikan karena hal tersebut menuntut mereka untuk harus memerangi orang-orang yang terlalu perkasa! Dan itulah perjalanan terakhir Musa A.S, akhir dan batas upaya keras yang luar biasa untuk mengarungi perjalanan yang jauh dan humiliasi yang berlanjut, malapetaka dan penyelewengan yang dilakukan oleh Bani Israel.”
Musa sangat menderita, ini yang mendorongnya untuk kembali kepada Tuhannya :
Artinya : “Berkata Musa : “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (Al Maidah : 25)
Dan Allah kabulkan permintaan nabi-Nya :
Artinya : “Allah berfirman : “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun. (Selama itu) mereka akan berputar-putara kebingungan di bumi (padang Tih) itu. Maka janglah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (Al Maidah : 26)
Kemudian Allah mendekritkan bahwa mereka harus ditinggalkan untuk berkelana dalam kebingungan di tengah keganasan setelah mereka hampir berada di depan pintu-pintu tanah suci. Dan kelihatannya Allah telah mengharamkan generasi Bani Israel ini tidak diperbolehkan untuk melihat tanah sudi ini hingga generasi berikutnya dengan kekuatan yang tumbuh pada mereka dari kerasnya kehidupan padang pasir. Maka generasi ini “telah dirusak oleh kehinaan, perbudakan dan persekusi saat hidup di Mesir yang tidak cocok untuk sebuah kehidupan yang mulia ini.”
Musa A.S meninggal dunia sebelum dapat memasuki tanah yang suci dan di dalam hadist Rasulullah SAW yang muttafaq ‘alaihi yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah bahwa Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya nabi Musa ketika hendak menghembuskan nafas terakhirnya berkata :
"رب أدنني من الأرض المقدسة رمية بحجر"
“Ya Allah dekatkanlah aku kepada tanah suci hingga berjarak lemparan batu”.
Dan Rasulullah bersabda :
"والله لو أني عنده لأريتكم مكان قبره إلى جنب الطريق عند كثيب الأحمر"
“Demi Allah! Kalau saja saya dekatnya saya akan memperlihatkan kepadamu tempat makamnya di samping jalan dekat bukit yang berwarna merah”.
Bani Israel memasuki Tanah Palestina :
Setelah generasi baru tumbuh dan bertahun-tahun perkelanaan dalam keganasan gurun pasir berakhir, bani Israel dipimpin oleh nabi mereka yaitu Joshua bin Noon, A.S. Yahudi memanggil mereka dengan Yashou”. Dia menggantikan Musa untuk memimpin mereka yang menyeberangi sungai Jordan bersama-sama pada tahun 1190 S.M. Lalu mereka dapat menaklukkan musuh-musuh mereka dan menduduki kota Jericho. Kemudian ia mengomando mereka untuk menginvasi A’ai, dekat Ramallah dan berusaha untuk menaklukkan Jerussalam namun usaha ini gagal karena jumlah Yahudi yang terlalu sedikit. Sehinggal hal ini tidak memungkinkan mereka untuk menyebar, menduduki dan mengontrol seluruh wilayah. Sesuatu yang kita ketahui tentang Joshua datang dari hadits Rasulullah SAW (selawat dan salam kepada beliau) yang mengatakan bahwa di saat Joshua berhadapan dengan musuhnya di medan pertempuran, peristiwa itu berlangsung hingga terbenamnya matahari. Ia berdoa kepada Allah agar supaya matahari tidak terbenam terlebih dahulu hingga peperangan itu usai dengan kemenangannya. Maka Allah kabulkan doanya dengan menunda matahari terbenam hingga Joshua memenangkan peperangan.
Kepemimpinan Yahudi setelah Joshua dipegang oleh para pemimpin yang dikenal dengan “para hakim” (judges). Periode mereka ini dikenal dengan “zaman para hakim” (the time of the judges) yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Kendati mereka berusaha keras untuk mereformasi kaum ini namun masa ini terus mengabadikan chaos, pemberontakan, malapetaka, perselisihan dan dekadensi moral serta agama secara umum pada generasi Bani Israel yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Ketika itu mereka berdiam di wilayah datang tinggi di sekitar kota Jerussalem (Al Quds) dan wilayah datar bagian selatan Palestina.
Di saat Bani Israel menyadari kondisi mereka yang kian memburuk, para pemimpin di antara mereka meminta kepada salah satu nabi (yang dipanggil Samuel) untuk menunjuk raja bagi mereka yang mungkin dapat memimpin untuk berperang di jalan Allah. Namun, nabi mereka, yang telah mengenal watak mereka :
Artinya : “(nabi mereka menjawab) : “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.” Mereka (menjawab) : “Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?”. Maka ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka.” (Al Baqarah : 246)
Nabi mereka mengatakan bahwa Tuhan telah menunjuk bagi mereka Talut sebagai raja. Tapi mereka menentang karena mereka : “Padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya.” (Al Baqarah : 247)
Bahwasanya dia : “Sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?”. (Al Baqarah : 246)
Nabi mereka berkata bahwa Tuhan telah memilihnya di atas kapasitas mereka dan diberi pengetahuan yang luas dan punya kekuatan fisik yang prima.
Talut, seorang pemimpin yang beriman kini memegang puncuk kepimpinan bani Israel yang berlangsung pada tahun 1025 S.M. Narasi-narasi Israel (Israiliyyaaat) menamakannya dengan “Shauel”. Allah menguji pengikut-pengikutnya; mereka diperintahkan untuk tidak meminum air dari aliran tertentu. Namun mereka gagal mematuhinya walau hanya dengan ujian yang sederhana itu :
“Kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.” (Al Baqarah : 249)
Jumlah sedikit yang lulus di dalam ujian pertama itu tidak dapat melalui tes berikutnya dengan baik ketika mereka menyaksikan Jalut dan pasukannya. Lalu mereka berkata :
“Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” (Al Baqarah : 249)
Hanya sedikit sekali kelompok yang masih beriman dan berperang dengan gigih sampai akhirnya Allah berikan mereka kemenangan, di manan nabi Daud A.S –yang masih muda-- dapat membunuh Jalut dalam peperangan ini dengan ketapel batu (senjata perang kuno).
Sejarah Talut tidak begitu jelas. Namun, narasi Israeliyaat menyebutkan bahwa sekitar tahun 1004 S.M, pasukan palestina mengalah Talut “ Shauel” di peperangan “Galobou”. Mereka dapat membunuh tiga bani ini, yang memaksanya untuk melakukan aksi bunuh diri, memotong kepalanya dan memaku badanya sebagaimana itu juga dilakukan oleh anak-anaknya pada dinding kota Bashan.
Bab baru dalam sejarah Bani Israel telah terbuka di bawah pemerintahan Daud A.S. Ia menggantikan Talut pada tahun 1004 S.M. Ajaran tauhid tersebat di seluruh wilayah tanah suci. Nabi Daud dianggap sebagai pendiri yang ril bagi kerajaan Bani Israel di palestina. Yahudi pada periode sebelum ini hanya dapat menguasai sebagian kecil wilayah Palestina dan terbatas sekali. Zaman yang disebut dengan “zaman para hakim” hanya berlalu dengan semaraknya peperangan sporadik antara kabilah-kabilah kecil. Setiap kabilah hampir tidak pernah dapat mempertahankan wilayah tanah yang telah diduduki. Nabi Daud A.S dilahirkan di Bethlehem. Kekuasaannya berlangsung 40 tahun dari kira-kira tahun 1400 S.M sapai 963 S.M. Pada awal mulainya, ibukota pemerintahannya adalah “Hebron” (Al Khalil), ia berdiam di sana selama 7 tahun. Jadi sekitar tahun 995 S.M ia menduduki Jerussalam dan memindahkan ibukotanya di sana. Ia mengerahkan seluruh balatentaranya untuk memerangi orang-orang yang tidak beriman in tanah suci ini hingga ia mampu untuk menaklukkan mereka pada tahun 990 S.M. Ia mampu untuk memaksa Damascus untuk membayar pajak tanah (land-taxes) dan menaklukkan Muabis, Edomis dan bangsa Ammonites. Pada periode itu, para pengikut ajatan tauhid untuk pertama kali dalam sejarah kala itu untuk mendominasi sebagian besar wilayah Palestina. Tapi, yang paling mungkin, bahwa tapal batas kerajaan Daud tidak terhubungkan dengan laut kecuali pada tempat dekat Yoya (Jaffa). Tapal batas kerajaan Israel pada puncak keemasannya berjarak dengan panjangnya 120 mil dan lebarnya 60 mil. Arealnya tidak lebih dari 1.200 mil persegi (square miles)---20 ribu km2 yang kira-kira 7 ribu km2, kurang dari wilayah Palestina yang ada sekarang.
Bangsa Yahudi mengontrol wilayah dataran tinggi, namun mereka gagal untuk menguasai wilayah-wilayah datar (plains) khususnya sebagian besar daerah pesisir Palestina yang merupakan bagian yang belum pernah dikuasai oleh kerajaan mereka sepanjang riwayatnya sama sekali.
Kalau memang Yahudi kontemporer berbangga dengan Daud A.S dan mengasumsikan diri mereka sebagai penggerek benderanya dan mewarisi kebesarannya. Tetapi sesungguhnya umat Islam menganggap diri mereka lebih berhak dengan Daud A.S dibanding dengan Bani Israel. Karena mereka mengimaninya sebagai nabi dari nabi-nabi Allah, mencintai dan menghormatinya. Mereka bangga dengannya karena ia telah berhasil mendirikan negara iman yang berdiri di atas fondasi tauhid di Palestina. Dan mereka adalah orang-orang yang kini berjalan di atas jalannya dengan membawa bendera tauhidnya setelah mengundurkan diri, menjadi kafir, menyekutukan Allah SWT dan mengingkari janji-janji mereka dengan Allah.
Kita ketahui dari Al Qur’an bahwa Allah SWT telah menganugerahkan kepada nabi Daud A.S suatu hikmah dan diturunkan kepadanya kitab suci Zabur. Ia juga diberikan kerajaan yang kuat. Bahwa gunung-gunung dan burung-burung bersama-samanya memuji dan berzikir kepada Allah ketika ia menyanyikannya dengan khusyu’ dan suaranya yang menyentuh : (S.XXXVIII :17-20)
Artinya : “…dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat ta’at kepada Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Saad : 17-20)
Firman Allah SWT : (S.XXXVIII ; 26)
Artinya : “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan jangnlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (Saad : 26)
Allah telah berikan Daud mukjizat yang dapat melembutkan besi bagaikan lilin atau adonan yang dapat dibentuk sesuka hati tanpa harus dipanaskan di api. Walau ia diberikan kerajaan namun ia tetap saja kerja keras dan tidak memakan kecuali dari hasil jerih payahnya sendiri. Ia telah mengembangkan produksi persenjataan baju besi pada zamannya. Ketika baju besi ini telah jadi yang terbuat dari besi yang kuat, namun itu terlalu berat digerakkan oleh prajurit dan manuvernya terganggu. Kemudian Allah membimbing Daud untuk membuatnya dari rantai besi yang diikat satu sama lain. Itu tidak mengganggu manuver prajurit dan juga tidak memberi ruang panah untuk menembus.
Sebagaimana firman Allah : “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” (Al Anbiyaa : 80)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman) : “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ualgn bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhynya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (Saba’ : 10-11)
Nabi Sulaiman A.s mewarisi bapaknya Daud dalam bidang ilmu, hikmah dan kenabian. Menurut riwayat-riwayat bahwa nabi Sulaiman tergolong dalam salah satu dari 19 anak Daud. Sulaiman dilahirkan di Jerussalem dan pemerintahannya di tanah yang berkah ini berlangsung sekitar 40 tahun (963-923 S.M).
Allah telah anugerahkan kepada Sulaiman kerajaan yang tidak pernah ada setelah itu. Allah telah jadikan bangsa jin tunduk berkhidmat kepadanya sebagaimana angin juga tunduk dibawah komandonya. Sulaiman terkenal dengan hikmah, keadilan, kekuatan dan kekuasaannya. Sebagaimana Allah telah ajarkan kepadanya bahasa bangsa burung dan binatang.
Tentu apa yang menjadi kelebihan nabi Sulaiman merupakan mukjizat rabbaniyyah yang dianugerahkan kepadanya sebagai bukti atas kenabiannya. Palestina telah dianugerahi dengan pemerintahan imani yang penuh dengan kemukjizatan yang didukung oleh balatentara jin, manusia, burung dan angin. Allah muliakan Sulaiman dengan mukjizat yang bisa mengalirkan tembaga yang dapat mengalir bagaikan mata air yang memercik dari bumi. Kerajaan ini telah menyaksikan dinamika pembangunan, kemajuan yang pesat sebagaimana kekuasaannya membentang sampai ke Sabaa di wilayah Yaman.
Kisah Sulaiman terdapat di dalam Al Qur’an dalam jumlah yang berkali-kali sebagai indikasi atas ilmu, kerajaan dan kenabiaannya. Firman Allah tentang nabi ini sebagai berikut :
Artinya : “Ia berkata : “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh juapun sesudahku, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Pemberi”. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertangungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunya kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” (Saad : 35-40)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata : “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan akmi diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.” Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (Al Naml : 16-17)
Allah SWT berfirman : (S.XXXIV : 12-13)
Artinya : “Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu berbuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-ku yang berterima kasih.” (Saba’ : 12-13)
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Anbiyaa : 81)
Dari hadits-hadits Rasulullah SAW dapat kita simpulkan bahwa nabi Sulaiman memiliki kekuatan fisik yang prima dan merupakan orang yang sangat menyenangi perang di jalan Allah serta beristeri banyak. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
"قال سليمان : لأطوفن الليلة على تسعين، وفي رواية : بمئة امرأة، كلهن تأتي بفارس يجاهد في سبيل الله، فقال له الملك : قل إن شاء الله، فلم يقل ونسي فطاف عليهن، فلم تحمل منهم غلا امرأة واحدة جاءت بشق رجل، وأيم الذي نفس محمد بيده لو قال : إن شاء الله لجاهدوا في سبيل الله فرسانا أجمعون"
“Sulaiman berkata : pada waktu malam saya mesti keliling (menggilir) sembilan puluh isteri. Dan dalam riwayat : dengan seratus isteri. Masing-masing mereka didatangi oleh penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah. Maka berkata kepadanya salah satu malaikat : Katakanlah insya Allah, namun ia tidak menyebutkannya dan lupa, ia berkeliling mendatangi isteri-isterinya. Maka tidak ada isterinya yang hamil kecuali satu saja dan itupun dengan susah payah. Dan demi yang berkuasa atas jiwa Muhammad kalau saja ia katakan : insya Allah niscaya mereka berjihad di jalan Allah dengan menunggang kuda semua.”
Kematian nabi Sulaiman merupakan tanda dari tanda-tanda Keagungan Allah SWT dan pelajaran bagi manusia dan jin bahwa bangsa jin itu tidaklah mengetahui sesuatu yang ghaib. Karena sesungguhnya nabi Sulaiman berdiri shalat dalam mihrab dalam posisi bersandar pada tongkatnya. Namun ia meninggal dalam keadaan seperti itu dalam waktu yang cukup lama sementara jin bekerja keras tanpa mengetahui kematiannya hingga akhirnya ulat-ulat kecil memakan tongkatnya. Akhirnya ia terjatuh ke tanah. Allah berfirman :
Artinya : “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kamatiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba’ : 14)
Kerajaan Israel dan Judah :
Pemerintahan Daud dan Sulaiman berlangsung lebih kurang 80 tahun yang merupakan zaman keemasan pemerintahan yang berdiri di bawah payung tauhid dan iman atas Palestina sebelum kedatangan Islam.
Yahudi setelah Negara Sulaiman A.S :
Setelah kematian Sulaiman, kerajaannya terpecah menjadi dua bagian yang berdiri dari dua negara yang terpisah yang kerap saling menyerang dari waktu ke waktu. Masing-masing menderita kerusakan internal, kelemahan militer dan politik serta pengaruh asing. Ketika Sulaiman meninggal dunia, representatif 12 kabilah Bani Israel mengadakan pertemuan di Shechem (dekat Nablus) untuk mengangkat Rehbe’am bin Sulaiman sebagai raja. Namun, menurut beberapa riwayat, bahwa para utusan dari 10 kabilah bersepakat untuk tidak mengangkatnya karena ia tidak menjanjikan mereka untuk menurunkan pembayaran pajak. Sebaliknya, mereka memilih “Yarba’am” yang berasal dari kabilah Ephraim sebagai raja baru dan menyebut kerajaan mereka dengan sebutan “Israel”. Mereka tetapkan Shechem sebagai ibukota mereka (yang kemudian disebut dengan Tarzah dan Samaria).
Pengganti raja ini adalah Akhab yang berkuasa dari tahun 874 S.M sampai 852 S.M. Ia mengizinkan isterinya yang bernama “Isabel”, anak raja Sidon dan Ture, untuk mengikuti ibadah penyembahan Tuhan orang Phoenis yaitu “Ba’al” yang konsekuensinya memancing sebuah revolusi yang dikepalai oleh seorang aparat yang bernama “Yaho” yang berhasil menggulingkan “Akhab” dan dapat merestorasi peribadatan kepada “Yahweh”.
Pada periode “Yab’am kedua” dari tahun 785 S.M hinggal 745 S.M, ia merupakan generasi ketiga dari keturunan Yaho, kerajaannya meluas ke arah utara yang harus menggusur orang-orang Aramaian. Tapi situasi ini tidak berlangsung lama karena munculnya raja Assyria “Tajilat Blissr ketiga” (745 S.M-727 S.M) berhasil untuk mengakhiri ekspansi kerajaan tersebut. Penggantinya adalah “Shillmanasar kelima” dan setelah itu adalah “Sarjon kedua” dapat memberikan pelajaran kepada Joshua, yang merupakan raja terakhir dari Bani Israel. Mereka berhasil menghancurkan kerajaannya pada tahun 721 S.M. Kemudian bangsa Arssyrian ini berhasil memindah Bani Israel ke wilayah Haran, Khabour, Kurdistan dan Persia serta menempatkan orang-orang Aramaian sebagai pengganti Bani Israel yang sudah hengkang. Kelihatannya orang-orang Israel yang terusir sudah bercampur baur dengan penduduk jiran di pengungsian secara sempurna sehingga tidak ada jejak kesepuluh kabilah Israel tersebut yang dapat diselusuri.
Menurut sumber Israeliyyaat, (yang harus dipertimbangkan secara hati-hati dan teliti karena kita tidak memiliki apa yang mementahkan dan membuktikan kebanyakan dari apa yang dimuat) pada pemerintahan Yarba’aam bin Sulaiman (923-916 S.M) telah tersebar ibadah berhala, kerusakan moralitas bangsa dan semaraknya sodomi. Ketika ia digantikan oleh anaknya yang bernama Abyam, (915-913 S.M) kondisi moralitas bangsa masih rusak. Di waktu “Yhoram bin Yahoshfat berkuasa (849-842 S.M) ia telah membunuh enam saudaranya bersama dengan kelompok dari para pemimpin suatu kaum. Adapun Youhaz bin Yatam (735-715 S.M) disebutkan bahwa hatinya sangat terpikat dengan kecintaan pada berhala-berhala. Bahkan ia mengorbankan anak-anaknya di pelataran penyembelihan yang dipersembahkan kepada berhala dan membiarkan dirinya terkekang dan menjadi budaknya hawa nafsu dan kenakalan. Mansi bin Hazqiya, yang memerintah dari tahun 687-642 S.M, telah menggiring masyarakatnya untuk berpaling dari menyembah Tuhan dan mendirikan tempat-tempat ibadah berhala buat mereka.
Hal demikian bukanlah sesuatu yang aneh bagi Bani Israel. Maka itu yang menjadi moralitas mereka ketika bersama Musa A.S. dan ini yang turut bersaksi. Sebagaimana Al quran mensinyalir bahwa mereka telah merubah, mengganti dan menyelewengkan firman Allah serta membunuh para nabi. Sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak dingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” (Al Maidah : 70)
Sejarah berbicara bahwa mereka telah membunuh nabi Haziqual karena ia melarang seorang dari hakim dari perbuatan mungkar. Raja Mansi bin Hazqiya membunuh nabi Ashiya bin Amous. Ia memerintahkan untuk menggantungnya di atas dahan pohon karena nabi tersebut telah menasehati dan memberikannya wejangan. Yahudi juga membunuh nabi Armiya dengan cara melemparinya dengan batu karena ia mengutuk mereka yang telah berbuat kemungkaran.
Kerajaan Judah kelihatannya sudah terserang oleh faktor-faktor kelemahan, sebagaimana ia juga terjerumus ke dalam pengaruh asing sejak lama. Ini yang menyebabkannya terus diserang dan mengalami kekalahan berulang kali sehingga membuat para musuh dengan mudah dapat memasuki Jeerussalam. Sheshaq, salah satu Firaun Mesir, memasuki Jerussalem dan mengambil kekuasaan atasnya pada masa akhir abad ke 10 S.M.
Bangsa Palestina dan Arab juga menyerang Jerusalem pada periode pemerintahan Yahoram (849 S.M-842 S.M). Mereka dapat masuk dan menduduki istana Yahoram serta menangkap anak-anak dan isteri-isterinya. Adapun raja Hazqiya (715-685 S.M) ia harus dengan terpaksa mendeklarasikan penyerahan diri kepada raja Assyrian, Sarjon Kedua, setelah berhasil mengalahkan kerajaan Israel. Mansi bin Hazqiya juga harus membayaar pajak kepada Assyrhadon dan Assyrbanybal, yang merupakan dua raja Assyria. Orang-orang Assyaria mengikat raja ini dengan rantai yang terbuat dari tembaga dan mengirimnya ke Babiloni. Kemudai dia kembali ke Jerusalem dan meninggal di sana.
Pada masa pemerintahan Yoshyia bin Amon (640 S.M-609 S.M), Nackhaw Mesir hanya berkuasa tiga bulan. Yoshyia menangkapnya dan mengirimkan kembali ke Mesir dan meninggal di sana. Ia digantikan oleh Yahoyaqim bin Yashia (609 S.M-548 S.M). Penguasa ini telah mengeksploitasi raksi dengan berbagai pajak untuk dibayarkan kepada petingginya di Mesir dan kembali menyembah berhala. Pada masa kekuasaan Yahoyaqim, Buchadnezzr Babylonia berhasil mengalahkan Nackhaw Mesir, di selatan Syria pada tahun 605 S.M dan terus merayap hinggal akhirnya dapat memasuki Jerusalem. Di sana ia dapat menaklukkan Yahoyaqim, mempermalukannya dan memaksakan negaranya untuk menyerah di bawah kekuasaannya. Dan ketika Yahoyaqim memberotak melawan Buchadnezzar, pendatang dari Babylonia ini terus memasuki Jerusalem bersama balatentaranya dan berhasil mengikat Yahoyaqim dengan rantai dari tembaga hingga akhirnya meninggal dunia.
Ketika Yahoyaqim berkuasa dari tahun 598 S.M-597 S.M, Nebuchadnezzer, atau Buchadnezzar, mengepung Jerusalem. menangkap raja dan keluarganya, pemimpin Yahudi dan sekitar 10 ribu dari populasinya, yang lebih dikenal dengan tahanan pertama. Mereka juga menjarah beberapa harta karun yang berada di candi dan mengirimnya ke Babilon. Maka dari itu, Nebuchanezzar menunjuk Sodkiya bin Yoshyia (597 S.M-586 S.M) yang diambil sumpah setia kepadanya. Namun Sodkiya, saat menjelang hari-hari akhir rezimnya, memberontak melawan orang-orang Baylonia yang kembali maju terus memasuki Jerusalem dan mengepungnya hinggal 18 bulan sampai akhirnya mereeka menyerahkan diri. Nebuchanezzar membumihanguskan Jerusalem. Ia ratakan tempat-tempat ibadah yang ada, menjarah kekayaan dan harta karun, menangkap sekitar 40 ribu Yahudi dan mengirim mereka ke Babylonia yang dikenal dengan sebutan tahanan Bobylonia kedua. Orang Yahudi yang tersisa akhirnya berimigrasi ke Mesir, termasuk nabi Arimyah. Kerajaan Judah jatuh pada tahun 586 S.M.
Kitab Talmud mencatat bahwa kejaatuhan dan kehancuran negara Yahudi tidak mungkin terjadi kecuali dikarenakan oleh dosa-dosa Bani Israel yang telah mencapai puncaknya. Akhirnya dosa-dosa itu terlalu membebani Tuhan yang maha Agung. Ketika mereka menolak untuk mendengarkan nasehat Arimyah dan peringatannya, serta setelah penghancuran canti, nabi Arimyah berceramah di depan Nebuchadnezzar dan Chaldea. Ia berkata :
“Hendaknya kamu tidak hanya berpikir bahwa hanya dengan kekuatanmu saja kamu dapat mengalahkan orang-orang pilihan Allah ini; tapi sesungguhnya itu karena dosa-dosa mereka yang sangat memalukan ini yang menggiring mereka terjerumus dalam azab”.
Kitab Taurat mensinyalir bahwa dosa-dosa Bani Israel yang menyebabkan keruntuhan kerajaan mereka dengan lisan salah seorang nabi mereka Shiya sebagai berikut :
“Woe to the sinful people, the people of heavy sins, the progeny of evil-doers, the depraved children who abandoned God and despised the holy Israel, who had retreated and fallen back” .
Artinya :
“Celakalah bagi umat yang bersalah, bangsa yang melakukan dosa besar, keturunan para pelaku kejahatan, bani perusak yang meninggalkan Tuhan dan meremehkan kesucian Israel, adalah orang-orang yang telah mundur ke belakang dan murtad”. (Kitab Ashiya bab1)
Bersambung-----3
No comments:
Post a Comment