Penguasa Alternatif atas Palestina, Parsi, Yunani dan Romawi :
Paska keruntuhan kerajaan Israel di Palestina, bangsa Yahudi hidup dalam periode/masa yang disebut dengan “Hegemoni Babylonia” yang berkedudukan di Irak. Ini merupakan periode di mana mereka sudah memulai penulisan kitab Tauraat, atau masa yang tidak kurang dari 700 tahun setelah kehadiran Musa A.S. Tulisan ini belum selesai kecuali para akhir abad ke 2 S.M (setelah lebih kurang 400 tahun)
. Pada saat itu bangsaa Yahudi telah menjauhi komitmen mereka kepada agama dan mentaklid negara-negara tempat berdomisili mereka masing-masing dengan menyembah berhala-berhala.
Kesempatan untuk kembali ke Palestina muncul kembali setelah keberhasilan kaisar Parsi, Qorash Kedua, menaklukkan negara Chaldania Babylonia pada tahun 539 S.M. Pada masa ini bangsa Yahudi turut andil dalam penaklukan negara ini. Kaisar dapat mengalahkan Media dan telus memperluas pengaruhnya hingga keseluruh wilayah palestina, yang pada gilirannya masuk dalam dominasi Parsi ((539-332 S.M) Dengan kemenangan ini Qorash mengizinkan bangsa Yahudi untuk kembali ke tanah Paletina sebagaimana mereka juga diperbolehkan untuk merekonstruksi sinagog (al haikal) di kota Jerusalem. Namun kesempatan ini tidak dimanfaatkan oleh kebanyakan Yahudi untuk kembali. Hal ini karena kebanyakan orang Parsi sangat mengagumi tanah yang baru mereka taklukan ini, dan hanya sedikit para kaum ekstrimis yang menolak untuk berasimilasi dengan penduduk lain. Sesuatu yang yang dapat melindungi Yahudi dari kebinasaan.
Seorang sejarahwan mengatakan bahwa jumlah mereka yang kembali adalah 42 ribu, jumlah yang minoritas bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang sebenarnya. Mereka ini yang kembali membangun tempat ibadah, dan bangunan tersebut rampung pada tahun 515 S.M. Di wilayah Jerusalem, Yahudi menikmati semacam otonomi di bawah dominasi Parsi. Namun otonomi ini tidak lebih dari wilayah yang hanya beradius lebih kurang 20 km dari semua arah. Pada tahun 332 S.M, Penguasa Makedonia Alexander dapat menduduki Palestina dalam kampanyenya untuk menduduki Syria Raya, Mesir, Iraq, Iran dan sebagian wilayah India. Alexander tetap melindungi bangsa Yahudi. Sejak masa itu, palestina memasuki era yang disebut dengan Era Helenistik Yunani yang berakhir hinggal tahun 63 S.M.
Setelah kematian Alesxander, pecah konflik di antara para pemimpin-pemimpin yang menyebabkan pembagian kerajaan. Palestina dan sisa Syria yang berdelta, dari selatan Lattakia, Lebanon dan sebagian Syria seperti Damascus, Mesir dan Borqa (Libya) dan sebagian dari pulau-pulau di laut Aegean jatuh ke tangan penguasa Ptolemy. Kekuasaan dan kekuasaan orang setelah dia disebut dengan era Ptolemaik. Kekuasaan ini berlangsung di Palestina dari tahun 302 S.M hinggal 198 S.M. Ptlolemaik merasa simpati kepada bangsa Yahudi, di mana seluruh urusan mereka diambil oleh para “Pendeta Besar”. Kemudian datang setelah itu orang-orang Seleucids di mana bagian kekuasaan mereka setelah kematian Alexander meliputi wilayah Syiria Utara, Asia Minor, Rafidain (wilayah Tigris dan Eufrat) serta dataran tinggi Iran. Mereka dapat mendominasi Palestina setelah berhasil menang dalam pertempuran Banion di mana raja Seleucid yaitu Antiokhis Ketiga dapat meraih kemenangan yang gemilang atas orang-orang Ptolemaik. Dominasi orang-orang Seleucid atas Palestina ini berakhir hingga tahun 63 S.M.
Orang-orang Seleusid berusaha untuk dapat mempengaruhi kehidupan orang Yahudi dengan Helenisme Yunani. Maka, Antiokhis Keempat mencoba untuk menjauhkan Yahudi dari ajaran agama mereka. Pada tahun 167 S.M, ia mengirim salah seorang pemimpin kepada Yahudi dan menugasinya untuk melenyapkan ajaran ritual dan menggantikan Tuhan mereka Yahya, dengan Tuhan Olimpik yaitu Zeus. Ia menunjuk salah seorang pendeta Yunani yang menyembah berhala di Jeusalem. Pendeta ini mengharamkan pelaksanaan khitan, kepemilikan buku suci dan menghalalkan bagi mereka untuk mengkonsumsi daging babi. Merespon perintah-perintah ini, orang-orang Yahudi terpecah dalam dua golongan : sebagian, berpaling dari ajaran mereka karena puas atau terpaksa, mereka disebut dengan Hellenistik atau Yunanis. Mereka bermukim di Jerusalem dan di daerah-daerah Yunani. Kelompok kedua, adalah orang-orang yang menentang hal ini yang harus hengkang dari Jerusalem. Namun jumlah mereka hanya sedikit. Kelompok ini disebut dengan kelompok orang-orang suci (the party of the saints).
Secara umum, orang-orang Yunani telah mempengaruhi kehidupan Yahudi. Bahasa Aramaik menggantikan bahasa Ibrani. Dan bahasa Yunani menjadi bahasa yang dipergunakan di sekolah-sekolah. Dari orang-orang Yahudi muncul kelompok yang mendukung Yunani dan berupaya keras untuk dapat mencapai kekuasaan di bawah kepmimpinan pendeta besar yang bernama Jayson.
Yahudi yang meniggalkan Jerusalam, “kelompok orang-orang suci”, telah mempercayakan kepemimpinan mereka kepada Mattathyas (Mattayeeh), ketua keluarga Ashmonia, yang meninggal dunia dalam waktu yang tidak terlalu lama. Maka ia disuksesikan oleh anaknya yang bernama Judah, yang juda dipanggil Maccabee, yang bermakna palu. Ia memberontak terhadap orang-orang Sleucid dan mengalahkan mereka lebih dari sekali (166 S.M- 165 S.M).Orang Yahudi banyak bergabung dengannya. Ini yang membuat Antiokhis Keempat harus memberhentikan opresi yang ia lakukan terhadap Yahudi. Orang-orang Maccabees kembali ke Jerusalem pada tanggal 25 Januari 164 S.M. Yahudi terus merayakan kemenangan ini hinggal sekarang yang disebut dengan “Pesta Cahaya” (Hanukah).
Setelah itu otonomi dapat direalisir di Jerusalem, namun hal ini meluas atau menyempit dan bertambah kemerdekaannya atau melemah sesuai dengan perkembangan konflik kekuatan besar yang berlangsung di Palestina (antara Romawi-Ptolemaik-Seleusid). Rezim kekuasaan menjelma menjadi warisan bagi keturunan Judah, Maccabee. Orang-orang Maccabee berkuasa sebagai “Pendeta Kepala” dan mereka sebut mereka seperti raja-raja, namun mereka tetap merupakan subordinat dan tetap membayar pajak tanah kepada orang-orang Seleucid. Pada tahun 143 S.M, Kaisar Dimetirus Kedua telah membebaskan orang-orang Yahudi dari kewajiban untuk membayar berbagai pajak dan menjuluki penguasa dengan Simon. Di kalangan Yahudi sepakat untuk mengkonsiderasinya sebagai seorang raja. Maka dari itu, rezim kerajaan telah berdiri dan orang-orang Seleucid mengakuinya dan memberikan Simon hak untuk menggunakan uang koin secara legal.
Pada era raja Yahudi Alexander Janous (103 S.M – 67 S.M), rezimnya terus meluas hingga mencakup wilayah Trans-Jorda, yang disebut oleh orang Yahudi dengan sebutan “Iberia” dan pesisir. Perbatasan kerajaannya hampir berhubungan dengan perbatasan kerajaan Sulaiman. Setelah kematiannya, kekuasaan jatuh ke tangan isterinya, Salom Alexandra, yang berkuasa hingga tahun 67 S.M. Kemudian, kedua anaknya berperang satu sama lain untuk memperebutkan kekuasaan, dan bangsa Arab Nabatean ikut campur dengan memberikan bantuan kepada Hercules Kedua melawan adiknya yang bernama Aristopolous. Pada tahun 63 S.M, pemimpin Romawi yang berkenal yaitu Pompeii, dapat menghancurkan negara kecil Yahudi dan menunjuk Heirkanous Kedua sebagai kepada para pendeta. Ia berhasil membumihanguskan dinding-dinding yang berada di kota Jerusalem, memindahkan sebagian yang lainnya dari tangan orang-orang Yahudi dan membiarkan dinasti Maccabee untuk dapat survive di bawah dominasi orang-orang Romawi.
Pada periode 47 S.M-40 S.M, koloni ini jatuh ke tangan penguasa Edam yang bernama Ante Peter. Pada tahun 40 S.M, orang-orang Parsi menyerang Palestina dan menunjuk Ante Johanous yang merupakan saudara dari Hercanous Kedua, sebagai penguasa dan kepala para pendeta. Rezim Ante Johanous berlangsung hingga tiga tahun. Ia merupakan orang terakhir dari dinasti Maccabee. Pada tahun 37 S.M, orang-orang Roman dapat menaklukan Parsi dan merestorasi kekuasaannya yang hilang atas Palestina dan menunjuk Herod, anak Ante Peter, sebagai penguasa. Herod berubah menjadi penganut Judah dan mencoba untuk berkonsiliasi dengan orang-orang Yahudi namun ia akhirnya sangat jengkel dengan mereka. Ia secara umum adalah orang yang tiran yang punya loyalitas tinggi kepada Romawi. Ia merenovasi candi dan melipatgandakan luas arealnya, meninggikan bangunan langit-langitnya dan memperindahnya menjadi sebuah bangunan yang punya arsitektur dan perfeksi yang tinggi sekali.
Rezim Herod berlanggung hingga tahun 4 S.M, yang di mana dua nabi hidup pada masa ini yaitu nabi Zakariya A.S dan anaknya Yahya A.S. Isterinya binti Imran A.S juga hidup para periode ini. Pada akhir hayatnya, nabi Isa A.S dilahirkan.
Zakariya adalah seorang tukang kayu. Ia adalah orang yang menanggung kehidupan Maryam binti Imran, dan diberikan anak –setelah usianya lanjut dan Maryam adalah seorang yang mandul—yang diberi nama Yahya. Masing-masing Zakaria dan Yahya punya andil yang besar dalam mendakwahi Bani Israel agar kembali kepada hidayah dan kebenaran.
Telah datang berita gembira kepada Yahya bahwa ia akan menjadi:
“yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” (Ali Imran : 39)
Untuk memimpin masyarakatnya dan menggungguli mereka serta mengekak dirinya dari hawa nafsu sebagai wujud dari menjaga kehormatan (iffatan), bentuk zuhud dan menjadi seorang nabi. Ketika Yahya dilahirkan dan umur telah baligh untuk diperintah oleh Allah dengan firman-Nya :
Artinya : “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” (Maryam : 12)
Artinya ambil apa yang ada di dalam kitab Allah dengan sungguh-sungguh dan semangat. Dan Dia akan berikan kepadanya hikmah dan kekuatan akal dari semenjak masa kecilnya. Sebagaimana firman Allah : “Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,” (Maryam : 12)
Yahya menjalankan tugas dakwahnya dan beramar ma’ruf nahi munkar. Ia dikenal dalam literatur masehi dengan sebutan “John Baptis”. Baptis dinisbatkan kepada apa yang disebut bahwa ia membaptis manusia (memandikan mereka dengan air) untuk mensucikan mereka dari kesalahan-kesalahan. Yahya diberitahu akan kedatangan nabi Isa A.S.
Nabi Yahya harus mengorbankan hidupnya untuk mempertahankan sikap solidnya melawan kehendak Herod untuk kawin dengan kemenakan Yahya dari anak adik lakinya (ada yang mengatakan bahwa ia adalah anak dari adik perempuannya). Ia adalah seorang perempuan cantik yang bernama Herodya. Herodya dan ibunya menjadi sangat benci kepada Yahya karena menghalangi pernikahan Herodya dengan Herod. Dan akhirnya ia berzina dengan Herod serta berdansa didepannya sehingga ia dapat menguasai seluruh perasaan sang raja ini. Maka Herod meminta kepadanya untuk dapat berangan-angan hingga akhirnya angan-angan itu berbuah pada keinginan akan memiliki kepala Yahya!! Hal itu dikabulkan Herod dan dibunuhlah Yahya. Kemudian kepalanya dihadiahkan kepada pelacur ini!! Sebagaimana firman Allah : “Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.” (Maryam : 15)
Ketiranan Herod tidak cukup berhenti sampai di sini, namun ia juga membunuh Zakaria A.S dengan menggergajinya!! Karena ia membela anaknya Yahya dan juga menentang perkawinan karena halangan keturunan.
Adapun Maryam—kepala wanita-wanita sedunia—dilahirkan sebelum Yahya A.S. Ibunya telah menazarkannya di saat ia masih di dalam kandungan di dalam jalan Allah : (S.III.37)
Artinya : “Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya.” (Ali Imran : 37)
Allah tunjuk Maryam : (S.III.42)
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata : “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (Ali Imran : 42)
Allah SWT telah takdirkan agar mukjizat besar ini dapat berlangsung yaitu dengan melahirkannya Maryam seorang anak yang bernama Isa tanpa bapak. Dan hal ini terlangsung dengan kalimat dari Allah “kun! (jadilah)”
Mari kita berhenti sejenak untuk membaca teks Al Qur’an ini yang penuh dengan kemukjizatan sekitar kisah nabi Isa A.S dan misinya : (S.III : 45-49)
Artinya : “(Ingatlah) ketika Malaikat berkata : “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan dengan kalimat yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh.” Maryam berkata : “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril) : “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya : “Jadilah”, lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka) : “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Ali Imran : 45-49)
Nabi Isa dilahirkan sekitar tahun 4 S.M di Betlehem. Menurut riwayat bahwa Maryam minggat bersama Isa dengan Yusuf “seorang tukang kayu” ke Mesir yang takut akan nasib anaknya dari ketiranan Herod dan ketidakadilannya. Kemudian tidak berselang lama ia kembali ke kota Nazareth di mana, Isa menghabikan masa kecilnya dan tumbuh di sana. Setelah itu ia lebih dikenal dengan nama “Yesus Krist” dan para pengikutnya disebut dengan orang-orang Kristen.
Nabi Isa bin Maryam adalah sutu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah bagi manusia. Ia mendeklarasikan dirinya dan berbicara di depan khalayak ramai ketika ia masih bayi di dalam buayan. Ia meyakinkan manusia bahwa ia adalah seorang utusan Allah. Dan ia beri mereka kabar gembira bahwa ia diutus sebagai seorang nabi kepada kaumnya. Dengan firman Allah yang artinya : “Berkata Isa : “Sesungguhnya aku ini hamba allah, Dai memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dai memberintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;” (Maryam : 30-31)
Di Palestina, Isa A.S menjalankan tugas sucinya dakwah kepada Allah dan memeras energi yang besar untuk menggiring bangsa Yahudi kepada hidayah ilahi, dan memberi mereka kabar gembira akan kedatangan nabi terakhir bernama Muhammad SAW :
Artinya : “(yaitu kitab Taurat) yang memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (As Saff : 6)
Kendati mukjizat-mukjizat yang dianugerahkan Allah kepadanya dan apa yang dikandung oleh misi sucinya dari kebenaran dan cahaya namun Bani Israel menolak dan tetap mengingkari serta memposisikannya sebagai musuh. Hanya sedikit sekali yang meyakininya.
Menurut narasi historis bahwa nabi Isa pergi ke Jerusalem dan mengunjungi sinagog (tempat ibadah) kira-kira pada tahun 30 Masehi di saat berlangsungnya perayaan Easter. Ia menolak keberadaan sistem penukaran uang dan para pedagang di sekitar tempat ibadah.
Menurut bab Mateus dalam kitab Injil (21 : 112-13), “…dan Isa pergi ke candi Tuhan, dan mengeluarkan semua orang yang semula berjualan dan berbelanja di dalam candi. Dan ia membalikkan meja-meja para pedagang uang dan kursi-kursi mereka yang menjual buang dara. Dan berkata kepada mereka, dan ini tertulis, rumah saya harus di sebut sebagai rumah sembahyang; namun kalian semua telah menjadikannya sebagai sarang para maling’.
Orang Yahudi dan orang-orang terpandang sangat membenci Isa A.S. Menurut bab dalam kitab Matteus (19 : 47), “….dan ia mengajar setiap hari di dalam candi ini. Tapi kepala para pendeta dan penulis serta tokoh masyarakat berusaha untuk menghancurkannya”. Dewan Agama Yahudi (Synhadrin) segera mengadakan pertemuan dan menentukan untuk menangkap Isa A.S. Mereka memutuskan untuk menghukumnya dengan hukuman maati dengan tuduhan menjelekkan agama (balsphemy) dan dianggap telah murtad.
Kemudian mereka menggiringnya untuk menghadap gubernur Romawi pada waktu itu, Pontious Pilate, satu-satunya yang berhak untuk mengeksekusi. Namun Pilate tidak menemukan kesalahan apapun dari Isa yang mengharuskannya untuk mendapat hukuman mati. Dan Yahudi tetap saja bersuara bulat meneriakkan : “salib dia! Salib dia! darahnya harus untuk kita dan anak cucu kita!”. Akhirnya dengan tekanan Yahudi yang terus tak terbendung, Pilate menghukumnya hingga mati. Namun Allah SWT memberinya pertolongan dan mengangkatnya untuk menghadap-Nya ketika mereka menduga bahwa mereka telah membunuhnya.
Artinya : “…padahal merena tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan teentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetap (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An Nisaa : 157-158)
Kendati demikian, lembaran sejarah konflik antara kebenaran dan kepalsuan atas tanah suci ini telah didistorsi. Bani Israel telah melakukan kebohongan kepada Nabi terkhir mereka dan menuduhnya dengan sihir dan akhirnya mereka berkonspirasi atasnya. Orang-orang pengikut nabi Isa yang disebut dengan sebutan “al hawariyyun” telah mengimani Isa A.S dan menyebarkan dakwahnya setelah kematiannya, namun mereka selalu saja menemukan rintangan dan siksaan yang tidak ringan. Mereka tetap meneruskan mendakwahi orang Yahudi dan menceramahi mereka di rumah ibadah. Ketika jumlah orang-orang nasrani kian hari kian berlipat ganda dan setelah sekian tahun Yahudi menghawatirkan tersebarnya dakwah ini. Mereka menuntur penangkapan Peter dan yang lainnya untuk dipersidangkan di depan Dewan Syanhadrin. Tapi majlis ini merasa cukup untuk mencambung mereka dan membebaskan mereka kembali. Para pengikut yang baru akhirnya harus melarikan diri ke daerah Samaria, Kaisareh dan Antakiyah. Di sana mereka dapat bertemu dengan kelompok nasrani lainnya. Peter juga harus hengkang ke Roma di mana dia mendirikan kelompok nasrani di sana. Dia memfokuskan dakwah untuk mengajak Yahudi kembali ke ajaran yang benar. Adapun Paul, dia berdakwah kepada orang-orang yang menyembah berhala sebagaimana ia juga berdakwah kepada Yahudi dan mengartikulasi terminologi-terminologi dan pemahaman-pemahaman filosofis untuk menginterpretasi ajaran nasrani yang sesuai dengan standar peradaban Helenistik yang lestari saat itu.
Paul Peter harus mengakhiri hidupnya dengan eksekusi mati para era Kaisar Romawi yang bernama Nero pada tahun 64 Masehi. Tapi risalah yang diproklamirkan oleh Isa A.S dalam tempo yang tidak terlalu lama harus mengalami distorsi dan Injil yang diwahyukan kepadanya telah berubah. Para pengikutnya setelah kepergiaannya telah dipengaruhi oleh peradaban Helenistik dan rezim Romawi. Dan dakwah mereka telah bercampur dengan banyak tradisi, ritual dan ajaran-ajaran yang tersebar di negara-negara di mana dakwah tersebut diajarkan. Itu menjadi mudah bagi masyarakat untuk memeluknya. Ajaran nasrani tidaklah mengakar dalam masyarakat hingga Kaisar Constantine, mengimaninya pada tahun 325 Masehi. Setelah itu, ajaran nasrani menjadi agama resmi di seluruh kekaisaran Romawi. Constantine melindungi Palestina dan mendirikan gereja suci Sepulchre, yang menjadi salah satu gereja terpenting kristen. Ia juga mendirikan gereja Ascensian di gunung Zaitun (Mount of Olives) dan gereja Nativity di Bethlehem. Bangsa Palestina pada masa itu memeluk ajaran kristen hingga kemenangan orang Islam harus merambah sampai ke Palestina.
Eksistensi Terakhir Yahudi di Palestina :
Sekali lagi untuk melihat kondisi Bani Israel di wilayah Palestina setelah turunnya nabi Isa A.S. Romawi telah mulai memerintah Jerusalem dan wilayah Palestina lainnya secara langsung yaitu sejak 6 Masehi. Pada periode mereka memecat Archilles, yang menggantikan orang tuahnya, Herod karena telah menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya. Peristiwa Isa al Masih A.S berlangsung yaitu pada masa gubernur Pontious Pilate (26-36 S.M)s. Pada bulan November 66 Masehi, pada periode Kaisar Nero, orang-orang Yahudi memberontak terhadap kekuasaan Romawi, tapi komandan militer Romawi Tetas dapat menumpas revolusi ini –yang berlangsung empat tahun—pada bulan September 70 Mesehi. Maka ia dapat memasuki kota Jerusalem setelah pengepungan yang ketat, pembunuhan, penjarahan dan pembakaran kemudian menghancurkan sinagog yang dibangun oleh Herod sehingga tidak tersisa satu batupun dari bangunan rumah ibadah tersebut. Kota Jerusalem menjelma menjadi kota mati, rata dengan tanah. Banayak dari para tawanan yang diperjualbelikan sebagai budak secara murah di pasar-pasar Kekaisaran Romawi. Para bangsa Yahudi berharap agar dapat dibeli oleh orang yang dapat memperlakukannya secara manusiawi dan tidak mengirimnya ke ring wrestling yang ganas yang merupakan tradisi orang Romawi untuk menikmati pemandangan orang buas yang memangsa yang lain!!! Pemimpin ini juga membangun tugu kemenangan di kota Roma sebagai simbol keberhasilannya untuk menundukkan orang-orang Yahudi yang masih berdiri hingga sekarang. Di atasnya di ukir catatan untuk mengenang kemenangan tersebut dan terlihat di sana tongkat yang terbuat dari lilin yang memiliki tujuh kepala yang sangat terkenal sebagai milik orang Yahudi. Benda ini juga diambil dari sinagog di atas.
Kembali orang-orang Yahudi memberontak terhadap Romawi di bawah kepemimpinan Bracokhapa yang asli namanya adalah Simon. Revolusi mereka ini berakhir bertahun-tahun dari tahun 132-135 Masehi. Ia berhasil mengumpulkan Yahudi dalam jumlah yang cukup besar. Ia berusaha untuk dapat menduduki Jerusalem tapi Kaisar Romawi Hadrian mengirim balatentara dalam jumlah yang sangat besar di bawah kepemimpinan Julius Cephrius yang dapat mengalahkan Yahudi dan kembali menduduki Jerusalem. Yahudi akhirnya hengkang ke daerah Battier, di mana puing-puing benteng pertahanan tempat berlindungnya orang-orang Yahudi masih tersisa di sana. Orang Arab menyebutnya dengan “Kherbit Yahudi”. Hadrian mengambil keputusan untuk membunuh para pemberontak secara kejam, membumihanguskan “Hierosolyma” dan mencangkuli lokasinya, membunuh serta menangkapi bangsa ini dalam jumlah yang besar. Tidak hanya sampai di situ, Yahudi juga dilarang masuk, hidup bahkan datang untuk mendekati kota Jerusalem. Ia memperbolehkan orang Kristen untuk hidup di sana namun mereka harus tidak berketurunan Yahudi. Di atas puing-puing kota Jerusalem, Hadian membangun kota baru yang dinamakan dengan Elia Capitolina yang kemudian lebih dikenal sebagai Elia, yang merupakan awalan nama Hadrian Pertama. Dan tepat di atas rumah ibadah yang sudah diratakan dengan tanah itu dibangun tempat ibadah berhala sebagai persembahan untuk Jupiter.
Larangan bagi Yahudi untuk memasuki kota Jerusalem terus berlanjut hingga 200 tahun kemudian. Mereka jarang sekali datang dan hidup di wilayah ini kecuali pada abad ke 19 M.
Mereka tersebar ke belbagai belahan dunia, dan tidak punya koneksi apapun dengan Palestina kecuali nostalgia yang kebanyakannya hanya berupa potret kekufuran, kefasikan, ketidakadilan dan pembunuhan para nabi. Maka ganjaran itu semua adalah murka Allah atas mereka dan laknat-Nya, sehingga mereka diharamkan dari mendiami tanah suci ini dan menyebabkan diaspora mereka di belbagai belahan bumi.
Konklusi :
1. Sesungguhnya mayoritas penduduk Palestina datang dari Jazirah Arab dan mereka tepat sebagai penduduk wilayah ini hingga sekarang.
2. Sesungguhnya Allah telah menjanjikan Bani Israil tanah suci ketika mereeka berjalan di atas perintah-Nya dan di bawah bimbingan para nabi. Maka ketika mereka merubah sikap, menolak dan tidak mempercayai Allah, lenyaplah hak tersebut dari tangan mereka.
3. Sesungguhnya umat Islam adalah orang yang lebih berhak untuk mewarisi peninggalan para nabi Bani Israel. Dakwah Islam yang dilakukan oleh umat merupakan kelanjutan dakwah yang dilakukan oleh para nabi terdahulu. Kebenaran yang didedikasikan oleh mereka adalah kebenaran yang sama yang juga diakui oleh umat Islam untuk dilanjutkan.
4. Sesungguhnya dominasi Bani Israel dahulu—kapanpun itu—tidak pernah mencakup seluruh wilayah Palestina yang dikenal sebagai batas-batasnya dewasa ini. Masa dominasi mereka dengan independensi yang utuh sangatlah singkat dibandingkan dengan sejarah Palestina. Walaupun ketika mereka pernah memiliki dua kerajaan yang kerap sekali berstatus subordinat kekuatan besar lain.
5. Otonomi Yahudi yang mereka nikmati setelah keberhasilan menaklukan Babylonia sangat lemah dan terbatas pada wilayah Jerusalem dan sekitarnya. Setelah itu, pada zaman Maccabee mereka menikmati kemerdekaan terbatas.
6. Paska diaspora mereka di belbagai belahan bumi disebabkan oleh pekerjaan mereka yang jahat. Relasi mereka dengan Palestina terputus tanpa interupsi untuk masa 1.900 tahun. Akhirnya, H.G.Wells berkata dalam bukunya , “Brief History of the Children of Israel’s Experience in Palestine after the Babylonian Captivity” (Sejarah Singkat Pengalaman Bani Israel di Palestina setelah Penangkapan Babylonia), bahwa “ the life of Hebrews (in Palestine) was resembling the life of a man who insisted to settle in the middle of a crowded highway, so buses and trucks were continuously running over him…and from the start to the end, their (Kingdom) was just an emergency event in the history of Egypt, Syria, Assyria and Phoenici, the history which was much greater than their history.” (Kehidupan orang-orang Ibrani (di Palestina) adalah menyerupai kehidupan seseorang yang tetap bersikeras untuk mendiami jalan raya yang sangat padat, jadi bus-bus dan truk-truk secara terus-menerus menggilasnya…dan dari permulaan hingga akhir, (kerajaan) mereka adalah tidak lebih dari hanya peristiwa yang sifatnya hanya darurat baik itu di dalam sejarah Mesir, Syria, Assyria dan Phoenisi. Sejarah bangsa-bangsa ini adalah sejarah yang lebih besar dari sejarah mereka).
Gustav Lobon adalah seorang sejarahwan kenamaan yang berbicara tentang Bani Israel saat mereka menduduki Palestina yang mengatakan bahwa : “They did not borrow from the superior nations except for the meanest of those civilizations, i.e., they did not borrow anything but infamies, harmful customs, debauchery and superstitions. They offered oblations to all Asian Gods. They offered more oblations to Ashtaourt, B’al and Mouloukh than to the God of their own tribe, the frowning and spiteful Yahwa, in whom they had but every little trust.” (Mereka tidak meminjam (belajar) dari bangsa-bangsa superior tersebut kecuali untuk yang paling hina dari peradaban mereka, contohnya, mereka tidak belajar kecuali hal-hal yang jelek dari tradisi-tradisi yang membahayakan, kebiasaan prostitusi dan superstisi (keyakinan pada hal-hal yang mistik). Mereka mendekatkan diri kepada seluruh Tuhan-tuhan Asia seperti kepada Ashtaourt, B’al dan Mouloukh namun tidak kepada Tuhan kabilah mereka sendiri, Yahwe yang cemberut dan pendengki. Mereka tidak mempercayainya sama sekali).
Dia juga mengatakan bahwa “The Jews lived almost always in massive anarchy. Their history was just a story of abominations…The history of the Jews from the aspect of civilization was null…(They did not deserve to be considered among the civilized nations in any shape whatsoever”. (Yahudi hidup hampir selalu dalam anarki massif. Sejarah mereka hanya berupa sebuah kisah kemungkaran-kemungkaran….Sejarah Yahudi dari aspek peradaban adalah nol…(Mereka tidak berhak untuk dikonsiderasi sebagai bagian dari bangsa-bangsa yang beradab dalam bentuk apapun juga).
Ia juga mengatakan bahwa, “The Children of Israel remained, even under the reign of their kings, shedding and always embarked rashly in brutal fighting. “ (Bani Israel tetap, walau berada di bawah singgasana raja-raja mereka, baduwi (primitif) dan selalu terlibat dalam pertempuran yang brutal).
Serta ia juga mengatakan : “The psychological temper of the Jews always remained very close to the most primitive nations. The Jews were stubborn, were dupes and simpletons, were rude like beasts and acted like babies…You could not find a nation like the Jews who lacked the sense of artists.” (Temperamen psykologis Yahudi selalu lebih mendekati temperamen bangsa-bangsa yang paling primitif. Yahudi keras kepala, emosional, lalai dan beringas serta beraksi seperti anak kecil….Anda tidak akan mendapatkan satu bangsa seperti Yahudi ini yang minus jiwa seninya).
No comments:
Post a Comment