Serangan-serangan
Mongol
Wilayah kultur Arab menjadi jajahan
Mongol setelah Bagdad ditaklukkan oleh Hulako Khan, 1258. Ia membentuk kerajaan
II Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya,
Mongke Khan untuk mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah
lepas dari kekuasan Mongol setelah kematian Chinggis. Ia berangkat dengan
disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia.
Atas kepercayaan saudaranya tersebut, Hulako Khan dapat menguasai wilayah yang
luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil sebelum menundukkan Bagdad,
ia telah menguasai pusat gerakan Syi’ah Isma’iliyah (Syiah Ismailiyah adalah sekte syiah yang berbeda dengan sekte Syiah
lainnya, seperti Syi’ah Mausumiyyah dan Syi’ah Itsnah ‘Asy’ariyahhah.
Ismai’liyyah berpendapat bahwa imam yang terakhir adalah Isma’il bin Ja’far.
Faham Isma’iliyyah menyatakan bahwa imam itu hanya sampai hitungan tujuh,
dengan argumentasi bahwa hari dalam satu pekan, hanya ada tujuh, langit juga
tujuh dan bintang pun juga tujuh. Disamping itu juga, sekte ini sangat
mengedepankan akal. Lihat : Syaharastani, Milal Wa an-Nihal (Beirut : Dar al-Fikr, 1997), 153-155
di Persia Utara, tahun 1256.
Sebuah kota di bawah pengepungan Mongol. The Mongol digunakan pemukulan ekor domba jantan,
ketapel, trebuchets, jembatan, dan tangga skala.
Jatuhnya ibu kota Abbasiyah yang
didirikan oleh Khalifah kedua, al-Mansur itu, berkaitan erat sekali dengan
seseorang yang bernama Ibnu al-Qami’ (Dia adalah seorang
perdana menteri yang beraliran Syi’ah Rafadh. Pada tahun 642 H/1244 M, khalifah
dinasti Fathimiyyah, Mu’tashim Billah mengangkat perdana menteri dari aliran
Syi’ah Rafadh. Perdana menteri ini sangat berambisi untuk merampas tahta
khilafah dari tangan Abbasiyyah kemudian diserahkan kepada dinasti Fathimiyyah,
dan kesempatan emas dia peroleh tatkala pasukan Mongol menyerbu wilayah-wilayah
Islam. Ia aktif mengadakan kontak dan korespondensi dengan pasukan Mongol dan
mendukung mereka menyerang Baghdad. Jika ia mendapatkan surat balasan dari
pasukan Mongol, maka surat tersebut ia rahasiakan dan tidak dia laporkan kepada
khalifah. Sebaliknya hal yang berkaitan dengan khalifah Bani Abbasiyyah, ia
beberkan secara transparan kepada pasukan Mongol. Lihat : As-Suyuti : Tarikh al-Khulafa’ (Beirut : Dar
al-Fikr, 1990), 465. Puncak kemarahannya adalah ketika Baghdad pada 655 H /
1257 M. Kaum Suni dan Syi’ah Rafidh berperang, dan pada akhirnya dimenangkan
oleh Sunni, kemuan orang-orang Sunni merampas rumah-rumah mereka termasuk
rumah-rumah kerabat perdana menteri tersebut. Factor inilah yang memicu Ibnu
al-Qami’ berkompromi dengan pasukan Mongol. Lihat : Al-Bidayah wan-Nihayah, Jilid XIII,
196.)
ia berhasil merayu pasukan Mongol untuk
menyerang Bagdad. Pada awal tahun 656 H / 1258 M, Hulako Khan mengirimkan
pasukan ke Bagdad di bawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum
kedatangannya, kemudian pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama, pasukan
yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulako Khan
tiba di Baghdad. Mereka mengepung Baghdad
dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya diadakan perjanjian antara Hulako
dan Mu’tashim. Mu’tashim dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim, fuqoha’,
orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua dibunuh oleh
Hulako Khan tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan Ibnu al-Qami’ dan
Nashiruddin at-Thutsi. Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah
dan penduduk yang tak berdosa. Akibat pembunuhan dan kerusakan kota itu timbullah wabah
penyakit, lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan.
Hulako mengenakan gelar II Khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi
hingga ke Syiria Utara, seperti kota Aleppo, Hama,
dan Harim.
Selanjutnya ia ingin merebut Mesir,
tetapi malang, pasukan Mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga
pasukan Mongol dapat dipukul di ‘Ain Jalut, Palestina, thun 1260 sehingga
mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan
arsitektur yang indah dan filsafat. Atas saran Nasiruddin at-Tusi, seorang
Filosof Muslim besar. Ia membangun ovservatorium di Maragha tahun 1259.
Hulako yang memerintah hingga thun 1265
digantikan oleh anaknya, Abaqa, 1265-1282. ia sangat menaruh perhatian kepada
umat Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Nestorian (Kristen Nestorian
adalah sekte Kristen pengikut Nestor yang bijaksana, tetapi dalam komentarnya
Ahmad Fahmi editor al-Milal wa an-Nihal menyatakan bahwa ada pendapat yang
menyebut tentang penisbatan nama Nestorian kepada Nestorius, yaitu seorang
pendeta di Constantinopel yang menyatakan Mariyam tidak melahirkan Tuhan, akan
tetapi melahirkan manusia, hanya saja kehendaknya sama dengan Tuhan, sedangkan
zatnya berbeda. Sekte ini berada di Persia, Iraq, Jazirah Arab. Lihat :
Syaharastani, Milal Wa an-Nihal,
181.
yakni Doqus Khatun. Orang-orang Mongol
II Khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang Salib, penguasa Kristen Eropa,
Armenia Cilicia untuk melawan Mamluk dan keturunan saudara-saudaranya sendiri
dari dinasti Horde keemasan (Golden Horde) yang telah bersekutu dengan Mamluk,
penguasa Muslim yang berpusat di Mesir. Dinasti II Khaniyyah lama kelamaan
renggang hubungannya dengan saudara-saudaranya yang berada di Timur, terutama
setelah meninggalnya Qubulay Khan tahun 1294. bahkan mereka yang menguasai
barat sampai Bagdad itu karena tekanan kultur Persia yang Islam,
berbondong-bondong memeluk agama Islam seperti Ghazan Khan dan keturunannya.
Penguasa II Khaniyyah terakhir ialah Abu Sa’id. Ia berdamai dengan Mamluk tahun
1323, yang mengakhiri permusuhan antara kedua kekuasan itu untuk merebut
Syiria. Perselisihan dalam tubuh II Khaniyyah sendiri menyebabkan terpecahnya
kerajaan menjadi dinasti kecil-kecil yang bersifat lokal. Mereka hanya dapat
dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang berbentuk dinasti Timuriyyah
yang berpusat di Samarkand.
Sebagian wilayah II Khaniyyah yang
berada di kawasan kebudayaan Arab seperti Iraq,
Kurdistan dan Azebaijan, diwarisi oleh dinasti
Jalayiriyah. Jalayir adalah suku Mongol yang mengikuti Hulako ketika
menaklukkan negeri-negeri Islam. Dinasti ini didirikan oleh Hasan Buzurg (Agung),
yang dibedakan dengan Hasan Kuchuk (kecil) dari dinasti Chupaniya, musuh
bubuyutannya yang memerintah sebagai Gubernur di Anatolia di bawah sultan Abu
Sa’id, penguasa terakhir dinasti II Khaniyyah. Hasan Buzurg akhirnya
menundukkan Chupaniyah, walaupun ia masih harus mengakui kekuasaan II Khaniyah,
dan memusatkan kekuasaanya di Bagdad. Dimasa
Uways, pengganti Hasan Agung, Jalayiriyyah baru memiliki kedaulatan secara
penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaizan, namun mendapat perlawan dari dinasti
Muzaffariyah dn Khan-Khan Horde keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara
Qoyunlu.
Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur
Islam yang ada dikawasan budaya Arab seperti Iraq dan Syiria serta sebagian
Persia sebelah barat, walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh Mongol,
tetapi akhirnya Mongol sendiri terserap ke dalam budaya Islam. Dapatlah kiranya
disimpulkan bahwa akar budaya Islam dikawasan budaya Arab dipemerintahan bukan
hanya dynasti berbangsa Arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah
wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang
langgeng ialah kekuasaan dari bangsa Arab sendiri, baik pada masa klasik maupun
masa modern ini.
pengepungan Mongol pada tahun 1221 adalah sedikit berbeda dari yang digunakan
untuk pengepungan Baghdad pada tahun 1258.
Dampak
Kekuasaan Mongol
Apa dampak positif maupun negative
kekuasaan Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam yang ditundukkannya ?. Dampak
negative tentu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya.
Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol sejak dari wilayah
timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah
dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi
ummat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa
Hulako saja yang membunuh khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi
pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang
dilakukan oleh Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap Takudar
sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam, Argun Syamsuddin,
seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor dihukum mati tahun
1284, Syihabuddin penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan Sa’id ad-Daulah
yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun 1289.
Bangsa Mongol yang asal mulanya memeluk
agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Budha, rupanya bersimpati
kepada orang-orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan
menghalang-halangi dakwah Islam di kalangan Mongol, yang lebih fatal lagi ialah
hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya terdapat berbagai
macam tempat belajar dengan fasilits perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh
Hulako. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya
masih dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol ini
setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Mengapa mereka dapat menerima dan
masuk ke agama Islam? Antara lain adalah disebabkan karena mereka berasimilasi
dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang, seperti yang dilakukan
oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan,
walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya ia telah mempelajari ajaran
agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk
Islam adalah karena pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar
dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialok dengannya, dan Nawruz,
seorang Gubernurnya untuk beberapa propinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen
dan Yahudi untuk membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang
bercirikan Islam, melarang riba’, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan
sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa
seperti Mongol, Arab, Persia,
Cina, Tibet dan Latin. Ia mati muda
ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat sehingga ia sakit yang
menyebabkan kematiannya itu ketika pasukannya kalah di Syiria dan munculnya
sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya dari kekuasaannya.
Sepeninggal Gazan digantikanlah oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang
memberlakukan aliran Syi’ah sebagai hukum resmi kerajaanya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama
Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyyah.
Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz,
dan II Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara dunia Barat
dan India
serta Timur Jauh. Namun perselisihan dalam keluarga dinasti II Khaniyyah
menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.
Sesungguhnya invansi pasukan Mongol
terhadap Negara-negara Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandingannya
sebelum ini dan sesudahnya. Kendati sebelumnya di dahului oleh perang Salib,
apalagi melihat peristiwa hancurnya ibu kota
Dinasti Abbasiyah yaitu Baghdad.
Dari sini, penulis akan menyimpulkan
beberapa faktor hancurnya wilayah-wilayah Islam yang termasuk didalamnya adalah
Bagdad, diantaranya adalah :
v
Terjadinya
perpecahan dan konflik internal kaum muslimin.
v
Setiap
amir atau khalifah hanya perhatian kepada wilayahnya saja, tanpa beban ketika ada
suatu wilayah Islam lainya jatuh di tangan musuh.
v
Kurang
professional dalam mengangkat pejabat Negara, terutama dalam bidang politik dan
militer.
v
Kurangnya
jiwa revolosioner di kalangan ummat Islam, mereka banyak terjun di dunia sufi,
fiqh, dan teologi.
Demikian yang dapat saya uangkapkan
tentang invansi Mongol, mudah-mudahan dapat memicu kita sebagai ummat Islam
untuk mempertahankan agama kita dari berbagai macam segi.
Sumber: Oleh : Moh. Mujib Zunun @lmisri
matur nuwun sanget (makasih berat) moga bermanfaat
ReplyDelete