Friday, November 9, 2012

Serbuan Bangsa Mongol (2)



Serangan-serangan Mongol
Wilayah kultur Arab menjadi jajahan Mongol setelah Bagdad ditaklukkan oleh Hulako Khan, 1258. Ia membentuk kerajaan II Khaniyah yang berpusat di Tabris dan Maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, Mongke Khan untuk mengembalikan wilayah-wilayah Mongol di Asia Barat yang telah lepas dari kekuasan Mongol setelah kematian Chinggis. Ia berangkat dengan disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia. Atas kepercayaan saudaranya tersebut, Hulako Khan dapat menguasai wilayah yang luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil sebelum menundukkan Bagdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syi’ah Isma’iliyah (Syiah Ismailiyah adalah sekte syiah yang berbeda dengan sekte Syiah lainnya, seperti Syi’ah Mausumiyyah dan Syi’ah Itsnah ‘Asy’ariyahhah. Ismai’liyyah berpendapat bahwa imam yang terakhir adalah Isma’il bin Ja’far. Faham Isma’iliyyah menyatakan bahwa imam itu hanya sampai hitungan tujuh, dengan argumentasi bahwa hari dalam satu pekan, hanya ada tujuh, langit juga tujuh dan bintang pun juga tujuh. Disamping itu juga, sekte ini sangat mengedepankan akal. Lihat : Syaharastani, Milal Wa an-Nihal (Beirut : Dar al-Fikr, 1997), 153-155
di Persia Utara, tahun 1256. 
Mongol siege 

Sebuah kota di bawah pengepungan Mongol. The Mongol digunakan pemukulan ekor domba jantan, 
ketapel, trebuchets, jembatan, dan tangga skala.
 
Jatuhnya ibu kota Abbasiyah yang didirikan oleh Khalifah kedua, al-Mansur itu, berkaitan erat sekali dengan seseorang yang bernama Ibnu al-Qami’ (Dia adalah seorang perdana menteri yang beraliran Syi’ah Rafadh. Pada tahun 642 H/1244 M, khalifah dinasti Fathimiyyah, Mu’tashim Billah mengangkat perdana menteri dari aliran Syi’ah Rafadh. Perdana menteri ini sangat berambisi untuk merampas tahta khilafah dari tangan Abbasiyyah kemudian diserahkan kepada dinasti Fathimiyyah, dan kesempatan emas dia peroleh tatkala pasukan Mongol menyerbu wilayah-wilayah Islam. Ia aktif mengadakan kontak dan korespondensi dengan pasukan Mongol dan mendukung mereka menyerang Baghdad. Jika ia mendapatkan surat balasan dari pasukan Mongol, maka surat tersebut ia rahasiakan dan tidak dia laporkan kepada khalifah. Sebaliknya hal yang berkaitan dengan khalifah Bani Abbasiyyah, ia beberkan secara transparan kepada pasukan Mongol. Lihat : As-Suyuti : Tarikh al-Khulafa’ (Beirut : Dar al-Fikr, 1990), 465. Puncak kemarahannya adalah ketika Baghdad pada 655 H / 1257 M. Kaum Suni dan Syi’ah Rafidh berperang, dan pada akhirnya dimenangkan oleh Sunni, kemuan orang-orang Sunni merampas rumah-rumah mereka termasuk rumah-rumah kerabat perdana menteri tersebut. Factor inilah yang memicu Ibnu al-Qami’ berkompromi dengan pasukan Mongol. Lihat : Al-Bidayah wan-Nihayah, Jilid XIII, 196.)
ia berhasil merayu pasukan Mongol untuk menyerang Bagdad. Pada awal tahun 656 H / 1258 M, Hulako Khan mengirimkan pasukan ke Bagdad di bawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum kedatangannya, kemudian pada tanggal 12 Muharram pada tahun yang sama, pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh Hulako Khan tiba di Baghdad. Mereka mengepung Baghdad dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya diadakan perjanjian antara Hulako dan Mu’tashim. Mu’tashim dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim, fuqoha’, orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua dibunuh oleh Hulako Khan tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan Ibnu al-Qami’ dan Nashiruddin at-Thutsi. Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak berdosa. Akibat pembunuhan dan kerusakan kota itu timbullah wabah penyakit, lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan. Hulako mengenakan gelar II Khan dan menguasai wilayah yang lebih luas lagi hingga ke Syiria Utara, seperti kota Aleppo, Hama, dan Harim.
Selanjutnya ia ingin merebut Mesir, tetapi malang, pasukan Mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan Mongol dapat dipukul di ‘Ain Jalut, Palestina, thun 1260 sehingga mengurungkan niatnya melangkahi Mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat. Atas saran Nasiruddin at-Tusi, seorang Filosof Muslim besar. Ia membangun ovservatorium di Maragha tahun 1259.
Hulako yang memerintah hingga thun 1265 digantikan oleh anaknya, Abaqa, 1265-1282. ia sangat menaruh perhatian kepada umat Kristen karena pengaruh janda ayahnya yang beragama Kristen Nestorian (Kristen Nestorian adalah sekte Kristen pengikut Nestor yang bijaksana, tetapi dalam komentarnya Ahmad Fahmi editor al-Milal wa an-Nihal menyatakan bahwa ada pendapat yang menyebut tentang penisbatan nama Nestorian kepada Nestorius, yaitu seorang pendeta di Constantinopel yang menyatakan Mariyam tidak melahirkan Tuhan, akan tetapi melahirkan manusia, hanya saja kehendaknya sama dengan Tuhan, sedangkan zatnya berbeda. Sekte ini berada di Persia, Iraq, Jazirah Arab. Lihat : Syaharastani, Milal Wa an-Nihal, 181.
yakni Doqus Khatun. Orang-orang Mongol II Khaniyah ini bersekutu dengan orang-orang Salib, penguasa Kristen Eropa, Armenia Cilicia untuk melawan Mamluk dan keturunan saudara-saudaranya sendiri dari dinasti Horde keemasan (Golden Horde) yang telah bersekutu dengan Mamluk, penguasa Muslim yang berpusat di Mesir. Dinasti II Khaniyyah lama kelamaan renggang hubungannya dengan saudara-saudaranya yang berada di Timur, terutama setelah meninggalnya Qubulay Khan tahun 1294. bahkan mereka yang menguasai barat sampai Bagdad itu karena tekanan kultur Persia yang Islam, berbondong-bondong memeluk agama Islam seperti Ghazan Khan dan keturunannya. Penguasa II Khaniyyah terakhir ialah Abu Sa’id. Ia berdamai dengan Mamluk tahun 1323, yang mengakhiri permusuhan antara kedua kekuasan itu untuk merebut Syiria. Perselisihan dalam tubuh II Khaniyyah sendiri menyebabkan terpecahnya kerajaan menjadi dinasti kecil-kecil yang bersifat lokal. Mereka hanya dapat dipersatukan kembali pada masa Timur Lenk yang berbentuk dinasti Timuriyyah yang berpusat di Samarkand.
Sebagian wilayah II Khaniyyah yang berada di kawasan kebudayaan Arab seperti Iraq, Kurdistan dan Azebaijan, diwarisi oleh dinasti Jalayiriyah. Jalayir adalah suku Mongol yang mengikuti Hulako ketika menaklukkan negeri-negeri Islam. Dinasti ini didirikan oleh Hasan Buzurg (Agung), yang dibedakan dengan Hasan Kuchuk (kecil) dari dinasti Chupaniya, musuh bubuyutannya yang memerintah sebagai Gubernur di Anatolia di bawah sultan Abu Sa’id, penguasa terakhir dinasti II Khaniyyah. Hasan Buzurg akhirnya menundukkan Chupaniyah, walaupun ia masih harus mengakui kekuasaan II Khaniyah, dan memusatkan kekuasaanya di Bagdad. Dimasa Uways, pengganti Hasan Agung, Jalayiriyyah baru memiliki kedaulatan secara penuh. Ia dapat menundukkan Azerbaizan, namun mendapat perlawan dari dinasti Muzaffariyah dn Khan-Khan Horde keemasan. Mereka akhirnya dikalahkan oleh Qara Qoyunlu.
Dari sini dapat dilihat, bahwa kultur Islam yang ada dikawasan budaya Arab seperti Iraq dan Syiria serta sebagian Persia sebelah barat, walaupun secara politis dapat ditaklukkan oleh Mongol, tetapi akhirnya Mongol sendiri terserap ke dalam budaya Islam. Dapatlah kiranya disimpulkan bahwa akar budaya Islam dikawasan budaya Arab dipemerintahan bukan hanya dynasti berbangsa Arab saja tetapi siapa yang kuat akan memerintah wilayah tersebut. Dinasti-dinasti silih berganti menguasai wilayah itu dan yang langgeng ialah kekuasaan dari bangsa Arab sendiri, baik pada masa klasik maupun masa modern ini.  
Mongol siege 
 pengepungan Mongol pada tahun 1221 adalah sedikit berbeda dari yang digunakan  
untuk pengepungan Baghdad pada tahun 1258.
Dampak Kekuasaan Mongol

Apa dampak positif maupun negative kekuasaan Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam yang ditundukkannya ?. Dampak negative tentu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol sejak dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi ummat Islam. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulako saja yang membunuh khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan oleh Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam, Argun Syamsuddin, seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor dihukum mati tahun 1284, Syihabuddin penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan Sa’id ad-Daulah yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun 1289.
Bangsa Mongol yang asal mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Budha, rupanya bersimpati kepada orang-orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalang-halangi dakwah Islam di kalangan Mongol, yang lebih fatal lagi ialah hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilits perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulako. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Mengapa mereka dapat menerima dan masuk ke agama Islam? Antara lain adalah disebabkan karena mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang, seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam adalah karena pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialok dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernurnya untuk beberapa propinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam, melarang riba’, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa seperti Mongol, Arab, Persia, Cina, Tibet dan Latin. Ia mati muda ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya itu ketika pasukannya kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya dari kekuasaannya. Sepeninggal Gazan digantikanlah oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran Syi’ah sebagai hukum resmi kerajaanya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz, dan II Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara dunia Barat dan India serta Timur Jauh. Namun perselisihan dalam keluarga dinasti II Khaniyyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.
 
Sesungguhnya invansi pasukan Mongol terhadap Negara-negara Islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandingannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati sebelumnya di dahului oleh perang Salib, apalagi melihat peristiwa hancurnya ibu kota Dinasti Abbasiyah yaitu Baghdad.
Dari sini, penulis akan menyimpulkan beberapa faktor hancurnya wilayah-wilayah Islam yang termasuk didalamnya adalah Bagdad, diantaranya adalah :
v  Terjadinya perpecahan dan konflik internal kaum muslimin.
v  Setiap amir atau khalifah hanya perhatian kepada wilayahnya saja, tanpa beban ketika ada suatu wilayah Islam lainya jatuh di tangan musuh.
v  Kurang professional dalam mengangkat pejabat Negara, terutama dalam bidang politik dan militer.
v  Kurangnya jiwa revolosioner di kalangan ummat Islam, mereka banyak terjun di dunia sufi, fiqh, dan teologi.
Demikian yang dapat saya uangkapkan tentang invansi Mongol, mudah-mudahan dapat memicu kita sebagai ummat Islam untuk mempertahankan agama kita dari berbagai macam segi.

Sumber: Oleh : Moh. Mujib Zunun @lmisri

1 comment: