SERANGAN MONGOL“JENGIS KHAN DAN HULAKO KHAN”
Pendahuluan:
Sesungguhnya invansi pasukan mongol
terhadap wilayah-wilayah Islam adalah tragedy besar yang tidak ada tandingannya
sebelum ini dan sesudahnya. Kendati sebelumnya didahului dengan perang salib,
sesungguhnya perang salib tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan invansi
pasukan mongol. Betapapun banyaknya jumlah korban perang dari kaum muslimin
pada keseluaruhan perang salib, sesungguhnya itu masih relative kecil jika
dibandingkan dengan jumlah korban perang dari kalangan kaum muslimin pada satu
perang diantara sekian banyaknya perang yang dilancarkan pasukan Mongol secara
brutal dan sadis tersebut. Kaum muslimin
mengalami kerugian yang tidak terhitung akibat kolonialisme modern, namun
penghancuran oleh para penjajah di seluruh negeri tidak sebanding dengan
penghancuran oleh pasukan Mongol terhadap satu kota
saja Bagdad misalnya.
Barangkali manusia tidak pernah melihat
pembantaian, pembunuhan dan penghancuran yang sadis dan kejam dalam sejarahnya,
kecuali pembantaian di akhir perjalanan dunia nanti oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Dajjal saja tidak membunuh pengikutnya dan hanya, membunuh para penentangnya.
Sedangkan mereka bangsa Mongol tersebut tidak menyisahkan seorang pun, semuanya
dibabat habis. Tidak ada pengecualian antara laki-laki, wanita dan anak-anak.
Mereka belah perut wanita-wanita hamil kemudian membunuh bayi-bayinya.
Invasi pasukan mongol berimbas pada
perubahan social, moralitas dan politik terhadap negeri-negeri Islam.
Sebagaimana invansi pasukan Mongol mengakibatkan dampak negative dalam
masyarakat Islam, disamping itu juga mengakibatkan dampak positif bagi ummat
Islam, yaitu membangun perasaan kaum muslimin terhadap pentingnya persatuan dan
membuang jauh-jauh perpecahan.
Jikalau ditelusuri historisnya, umat
Islam pada waktu itu tersebar dimana-mana dari jazirah Arab sampai Eropa
dibawah naungan Negara-negara Islamiyah, yang sudah barang tentu system
pemerintahannya sudah mulai mendekati ideal, disamping itu pula, peradapan dan
ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat, ini semunya menandakan bahwa pada
waktu itu ilmuwan dan cendekiawan muslim mulai banyak seperti Ibnu Taimiyah. Akan
tetapi ironis sekali bilamana Negara Islam tatkala itu dikikis habis oleh
Negara Mongol, bagaikan debu yang ada di atas batu licin yang diterpa angin
yang kencang. Atas dasar pertimbangan itulah, penulis akan mencoba menguak dan
menelusuri sebab-musabab keberhasilan Mongol menguasai Negara Islam dan
termasuk menghancurkan Bagdad. Sebagai sentral
umat Islam pada waktu itu, disamping itu pula, penulis akan menggali sejarah
sebab hancurnya Negara-negara Islam.
Pokok bahasan dalam makalah yang
berjudul Serangan-Serangan Mongol : Jengis Khan dan Hulako Khan adalah sebagai
berikut :
o
Latar
Belakang Bangsa Mongol
o
Agamanya
o
Sejarah
Perkembangannya
o
Serangan-serangan
Jengis Khan dan Hulaho Khan
o
Dampak
Positif dan Negatif atas Invasi Mongol
Latar
Belakang Bangsa Mongol
Asal mula bangsa Mongol adalah dari
masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol Luar di sekitar danau Baikal
dan pegunungan Altani tepatnya di bagian barat laut Cina Sebenarnya mereka itu
bukanlah suku nomad yang berpindah-pindah dari satu stepa ke stepa yang lain,
walapun mereka menaklukkan banyak stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda.
Pemimpin atau Khan bangsa Mongol yang
pertama diketahui dalam sejarah adalah Yesugei (w. 1175). Ia adalah ayah
Chinggis (Chingis atau Jengis). Chinggis aslinya bernama Temijin, seorang
pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya
melawan Ong Khan atau Togril, seorang kepala suku Kereyt. Chinggis sebenarnya adalah
gelar bagi Temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku
Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun
1206, atau juga disebut Chingis Khan/Raya yang Agung, ketika ia berumur 44
tahun. Perlu diketahui juga, bahwasannya bangsa Mongol adalah bangsa yang
pemberani dan tegar dalam berperang.
Agama
Bangsa Mongol
Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu
agama samawi dari ketiga agama samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi
dengan pengikut agama Yahudi, Kristen dan Islam. Jengis Khan juga
menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang yang dibuatnya, yaitu
Ilyasa atau Yasaq.(Diantara ajaran yang terdapat dalam kitab Ilyasa adalah 1. Barangsiapa
yang melakukan hubungan diluar nikah, maka harus dibunuh, baik yang sudah
pernah nikah atau belum. 2. Barngsiapa yang melakukan hubungan seksual akan
dibunuh. 3. Barangsiapa yang berdusta dengan sengaja, maka dibunuh. 4.
Barangsiapa yang menyihir, maka akan dibunuh. 5. Barangsiapa yang buang air
kecil di air yang tidak bergerak, maka akan dibunuh. 6. Dan lain-lain. Lihat :
Ibnu Atsir, Al-Kamil Fi at-Tarikh
(Beirut : Dar al-Fikr, 1986), Jilid XII. 360.)
Disamping itu juga, Jengis Khan juga
mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk
agama dengan yang lainnya. Sebagai konsekwensinya, rakyat Mongol harus
menghormati rajanya (Diantara contoh penghormatan bangsa Mongol terhadap rajanya adalah : a.
Taat buta sesuai dengan kemampuannya. b. Rakyat Mongol harus menyerahkan anak
gadisnya yang berparas cantik kepada rajanya untuk diperistri dan para
pembantunya diberi kebebasan untuk memilih sisanya. c. Mereka memanggil rajanya
dengan nama aslinya. d. Barangsiapa berjalan melewati orang yang sedang makan,
ia boleh ikut nimbrung makan) tentara yang mau perperang harus
diinspeksi terlebih dahulu dan perempuan harus siap membayar pajak jika
lelakinya pergi berperang, ia juga mendirikan pos untuk mengetahui berita
tentang kerajaanya, ia melarang penyerbuan terhadap agama, sekte agama dan
mencegah terjadinya perbedaan dalam agama. Ternyata Jengis Khan ingin mengambil
hati kaum muslimin dengan tidak mengusik kelompoknya, dan menghormati Nabi SAW,
yang ketika itu Islam sudah meluas hingga ke wilayahnya, guna menghadapi
tantangan dan meluaskan wilyah ke luar negeri, baik ke Cina maupun ke negeri-negeri
Islam.
Perkembangan
Bangsa Mongol
Bangsa yang dipimpinnya itu meluaskan
wilyah ke Tibet (Cina barat
laut), dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215. ia menundukkan Turkestan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah
Islam, yakni Khawarazm Syah. Invasi Gubernur Khawarazm membunuh para utusan
Chinggis yang disertai oleh para saudagar Islam. Peristiwa tersebut menyebabkan
Mongol menyerbu wilayah Islam, dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan
wilayah Khawarazm 1219-1220, padahal sebelummnya, mereka justru hidup
berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di Samarkand yang di
dalamnya terdapat makam Imam Bukhari,
salah seorang perawi Hadits yang termasyhur, dihancurkan, Balk, dan kota-kota
lain yang mempunyai peradapan Islam yang
tinggi, di Asia Tengah juga tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin, penguasa
Khawarazm yang berusaha meminta bantuan kepada khalifah Abbasiyah di Bagdad,
menghindarkan diri dari serbuan Mongol, ia diburu oleh lawannya hingga ke India
1221, yang akhirnya ia lari ke Barat. Toluy, salah seorang anak Chinggis,
diutus ke Khurrasan sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghatay
bergerak untuk merebut wilayah sungai
Sir Darya Bawah dan Khawarazm.Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas dibagi
untuk empat orang putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227. (Tujuan pembagian
wilayah imperium tersebut sebenarnya adalah untuk menciptakan administrasi yang
kokoh, akan tetapi yang terjadi sebaliknya, yaitu merangsang sejumlah
pertempuran untuk merebutkan kekuasaan di kalangan keturunan Jengis Khan, yaitu
merebutkan warisan ayahnya. Hal ini disebabkan oleh sifat ambiguitas yang
melekat di dalam konsep kenegaraan Mongol. Lihat : Ira M. Lapidus, A History of Islamic Societies
(USA : Cambridge University Press, 1988), 428.)
Pertama
ialah Jochi,
anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagaian Barat dan Stepa Qipchaq
yang membentang hingga Rusia selatan, di dalamnya terdapat Khawarazm. Namun ia
meninggal dunia sebelum wafat ayahnya Jengis, dan wilayah warisannya itu
diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu atau Orda. Batu mendirikan Horde
(kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar berkembangnya Horde putih
di Siberia Barat. Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian
muncul sebagai ke khanan yang bermacam ragamnya di Rusia, Siberia dan
Turkistan, termasuk di Crimea, Astrakhan, Qazan,
Qasimov, Tiumen, Bukhara,
dan Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa
di Khawarazm dan Transoxania dalam abad ke 15 dan 16.
Kedua
adalah Chaghatay,
mendapat wilayah berbentang ke Timur, sejak dari Transocania hingga Turkistan
Timur atau Turkistan Cina. Cabang barat dari keturunan Chaghatai yang bermukim di
Tranxosania segera masuk ke dalam lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya
dikalahkan oleh kekuasaan Timur Lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan
Chaghatay berkembang di Semirechye, Ili, T’ien
Syan di Tamrin. Mereka lebih tahan terhadap pengaruh Islam, tetapi akhirnya
mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah Turkistan Cina dan bertahan
disana hingga abad ke XVII.
Ketiga
bernama Ogedey,
adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh dewan Pimpinan Mongol untuk
menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan
Tien Syan. Tetapi dua generasi Khan tertinggi jatuh ke tangan keturunan Toluy.
Walaupun demikian, cucu Ogedey yang bernama Qaydu dapat mempertahankan
wilayahnya di Pamirs dan Tien Syan, mereka berperang melawan anak turun
Chaghatay dan Qubulay Khan, hingga ia meninggal dunia tahun 1301.
Keempat
adalah Tuli, si
bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia
sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubulay menggantikan Ogedey sebagai
Khan Agung. Mongke bertahan di Mongolia
yang ber ibu kota
di Qaraqarum. Sedangkan Qubulay Khan menaklukan Cina dan berkuasa disana yang
dikenal sebagai dinasti Yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang kemudian
digantikan dinasti Ming. Mereka memeluk agama Budha yang berpusat di Beijing, dan mereka
akhirnya bertikai melawan saudara-saudaranya dari Khan-Khan Mongol yang
beragama Islam di Asia Barat dan Rusia. Adalah Hulako Khan, (Hulako Khan dilahirkan
semasa hidup Jengis Khan tepatnya sepuluh tahun sebelum meninggalnya Jengis
Khan tahun 614 H / 1217 M. Nasab keturunannya sebagaimana dikatakan oleh
sejarawan adalah Hulako Khan bin Tuli Khan bin Jengis Khan. Ibnu Katsir
mengatakan : Hulako Khan adalah Raja Mongol bin raja Mongol. Ia adalah anak
dari raja-raja mereka, orang awam menyebutnya Hulawun, Ibnu Katsir menambahkan
bahwa Hulako adalah seorang raja yang dictator, sadis dan tidak bermoral. Ia
bantai kaum muslimin di Timur dan di Barat dalam jumlah yang besar dan hanya
Allah yang tahu berapa jumlahnya, dan dia tidak menganut agama apapun. Lihat : Al-Bidayah wa an-Nihayah, Jilid
XIII, 248)saudara Mongke Khan dan Qubulay Khan,
yang menyerang wilayah-wilayah Islam sampai ke Bagdad.
bersambung .................2
No comments:
Post a Comment