Selain melalui lebih dari selusin tim kampanye (lihat Lampiran 1 )Tim-TimKampanye Partai Demokrat dan Capres-Cawapres SBY-Boediono), penggalangan dukungan politis dan ekonomis bagi SBY dimotori oleh yayasan-yayasan yang berafiliasi dengan SBY dan Ny. Ani Yudhoyono. Selanjutnya, yayasan-yayasan yangberfungsi sebagai bagian dari strategi public relationship keluarga Yudhoyono, ternyata tidak luput dari usaha penggalangan danabagi perusahaan-perusahaan lama dan baru, yang kemungkinan besar juga menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk biaya kampanye Partai Demokrat dan calon presidennya.
| 
Lampiran 1 
Tim-Tim Kampanye Partai 
Demokrat dan 
Capres-Cawapres SBY-Boediono 
Dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres 2009, Partai Demokrat
  dengan Capres SBY dan Cawapres Boediono, paling gencar berkampanye berkat
  banyaknya tim sukses atau tim 
kampanyenya. Tim-tim itu ada yang dida arkan secara resmi ke KPU, ada pula yang tidak didaftarkan,
  walaupun tidak kalah efektif kegiatan kampanyenya. Menurut salah seorang
  mantan jenderal pendukung SBY dalam Pilpres 2004, Mayjen (Purn) 
Djali Yusuf, “Operasi
  tentara itu kan ada yang terbuka dan tertutup. Jadi kalau kita mau bergerak,
  ya tidak semua harus terbuka. Ada juga orang yang tidak suka dengan kemampuan
  kita. Tapi ada yang kita buka, kampanye terbuka, dialogis bisa dipantau. Jadi
  masing-masing mempunyai cara, ada operasi 
  terbuka dan tertutup, ungkapnya. Ia juga menegaskan,
  bahwa semua tim sukses itu langsung berada di bawah koordinasi 
Presiden SBY. “Kita bergerak di lapangan dan
  koordinasinya langsung ke Pak SBY,” kata
  mantan Pangdam Iskandar Muda, Aceh, itu (Giovanie 2009). 
1. Barisan Indonesia (Barindo): Organisasi massa yang
  diprakarsai Letjen TNI M. Yasin. Akbar Tanjung ikut sebagai  Ketua
  Dewan Pembina. Tim ini memiliki jasa yang cukup signifikan dalam mengantarkan
  SBY meraih kemenangan pada Pilpres 2004. Menjelang Pilpres 2009, tim ini
  pecah. Kubu Letjen (Purn) M. Yasin mendirikan Barindo Raya yang berdiri di
  belakang capres Megawati. 
2. Blora Center: Kelompok ini didirikan kalangan
  dekat Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Agustus 2004. Setelah berubah wujud
  menjadi Lumbung Informasi Rakyat (Lira), 
kelompok itu mengumumkan berdirinya Blora Center 2009.
  Pada 2004, Blora Center merupakan pusat informasi untuk pemenangan
  Yudhoyono-Jusuf Kalla, terutama pada 
putaran kedua pemilihan presiden. Kantor mereka dulu
  di Jalan Blora, Jakarta Pusat, sedangkan tahun 2008, merekapindah ke kompleks
  perkantoran Gajah, Tebet, Jakarta 
Selatan. Menghadapi pemilu 2009, Blora Center diaktifkan
  ke daerah-daerah. 
3. Tim Delta: Mengurusi semua perlengkapan kampanye, terutama
  atribut kampanye. Dikomandani oleh mantan Asisten Logistik Panglima TNI,
  Mayjen (Purn.) Abikusno. 
4. Tim Echo: Tim siluman yang tidak terdaftar secara
  resmi ini menjalankan fungsi intelijen untuk mendongkrak suara Partai
  Demokrat di daerah-daerah. Tim ini ramping, hanya seorang pemimpin di setiap
  kabupaten dan kota. Pada hari pemungutan suara, tim pendukung ini
  berkonsentrasi memperkuat para saksi di TPS, dengan memberi mereka upah Rp
  100 ribu per orang. Untuk Provinsi Yogyakartasaja, tim ini menyiapkan
  anggaran Rp 1 milyar. Tim ini dipimpin oleh mantan Panglima TNI Marsekal
  (Purn.) 
Djoko Suyanto. 
5. Tim Foxtrot: Konsultan komunikasi politik yang
  secara khusus direkrut oleh Partai Demokrat. Lebih dikenal dengan nama Bravo Media Center (BMC), yang diresmikan hari Senin, 23 Februari 2009
  di Jalan Teuku Umar No. 51, Jakarta Pusat, dan diasuh oleh Zulkarnain (Choel)
  Mallarangeng42), CEO Fox Indonesia. Perusahaan konsultan komunikasi politik
  milik Choel dan Rizal Mallarangeng ini menangani media campaign SBY,
  termasuk iklan seharga Rp 500 juta di harian Kompas.
  Adik Alfian Mallarangeng, juru bicara kepresidenan dalam kabinet lalu,
  dibantu oleh General Manager Kahfi Siregar, Senior Manager Media dan PR Amalia
  Kartika. Mulai Senin, 1 Juni 2009, BMC diubah menjadi Kantor Pusat Tim
  Pemenangan SBY-Boediono, yang diketuai oleh M. Hatta Rajasa dengan wakil
  Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI. 
6. Gerakan Pro-SBY (GPS): Dideklarasikan Selasa, 21
  April 2009, dengan Ketua Umum, Marsekal (Purn.) Suratto Siswodihardjo. Mantan
  Kapolri Jenderal Polisi (Purn.) 
Sutanto (Komisaris Pertamina) duduk sebagai Ketua
  Dewan Pembina GPS, dan mantan Kaster TNI Letjen (Purn.) Agus Widjojo menjabat
  sebagai Penasehat. Anggota-anggotanya yaitu mantan KSAU Marsekal (Purn.)
  Herman Prayitno, mantan Kasum TNI Letjen (Purn.) Suyono, Menkes Siti Fadilah
  Supari, dan Menhut MS Kaban. GPS punya 460 cabang di 33 provinsi. Karena GPS
  bukan tim pemenangan resmi SBY, maka Partai Demokrat tidak menarik Sutanto dari
  tim sukses ini, karena dianggap tidak melanggar UU No. 42 /2008 tentang
  Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 41 Ayat 2 melarang pejabat BUMN
  dan BUMD ikut sebagai pelaksana kampanye dengan sanksi penjara maksimal 12
  bulan dan denda maksimal Rp 60 juta. 
7. Jaringan Nusantara: Digerakkan oleh Andi Arief,
  mantan aktivis mahasiswa UGM (Komisaris PT Pos), Aam Sapulete (Komisaris PTPN
  VII Lampung), dan Harry Sebayang (Komisaris PTPN III Sumatera Utara). Mereka
  menjadi aktivis mahasiswa di Yogyakarta, sewaktu SBY menjadi Danrem. Akibat
  sorotan Bawaslu dan gerakan prodemokrasi,mereka bertiga melepaskan jabatan
  mereka sebagai komisaris BUMN, agar tidak dianggap melanggar UU No. 42/2008
  Pasal 41 ayat 2. 
8. Koalisi Kerakyatan: Dipimpin oleh Jumhur Hidayat,mantan
  Sekjen Partai Daulat Rakyat (PDR) sewaktu partai itu diketuai oleh Adi
  Sasono, Menteri Koperasi & UKM di 
era Presiden B.J. Habibie. Di era SBY-JK, ia diangkat
  menjadi Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan (BNP2) TKI. Koalisi
  ini meliputi Dewan Tani, HNSI, 
dan Gaspermindo (Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia),
  dan didukung oleh mantan Kepala BIN Syamsir Siregar. Walaupun Jumhur pejabat
  pemerintah, ia tidak ditarik dari tim sukses SBY-Boediono, karena tidak terdaftar
  secara resmi. 
9. Tim Romeo: Menjalin komunikasi dengan rakyat.
  Segala kebijakan SBY yang dianggap berhasil disosialisasikan kelompok yang
  dipimpin Mayjen (Purn.) Sardan Marbun.Tim ini juga mengurus PO Box 9949 dan
  SMS 9949. 
10. Tim Sekoci: Seperti tim Echo, tim ini menjalankan
  fungsi intelejen dengan mendata tokoh masyarakat, pengusaha,tokoh agama,
  tokoh perempuan, petani, dan nelayan. 
Sekoci dibentuk menjelang pemilu legislatif 2004
  untuk kepentingan politik SBY. Hampir 90% personil tim ini pensiunan tentara,
  di antaranya Letjen (Purn.) T.B.Silalahi (anggota Wantimpres), Mayjen (Purn.)
  Soeprapto (Komisaris Utama PT Indosat), Mayjen (Purn.) Djali Yusuf, Amir
  Sembiring, Irvan Edison, dan Max Tamaela (Komisaris PT Hutama Karya). Di luar
  pensiunan tentara, tim itu beranggotakan sejumlah pengusaha dan pelaku
  bisnis, di antaranya Teddy Tohir (pendiri Astra) dan anaknya, Boy Garibaldi
  Tohir (Adaro), Robbyanto Budiman (Wahana Makmur Sejati), Patrick Waluyo
  (Northstar Pasifi k), serta Frans Kansil (Unilever). Ada juga politikus
  seperti Yahya Ombara (Komisaris PT Kereta Api Indonesia). Sewaktu pertama
  kali dibentuk, Sekoci terpisah dari tim kampanye SBY-JK yang dipimpin M. Ma’rruf.
  Saat ini Tim Sekoci bergerak di bawah pimpinan Soeprapto. 
Tahun 2006, tim ini berubah wujud menjadi lembaga swadaya
  masyarakat dengan nama Sekoci Indoratu-kependekan
  dari Indonesia Raya Bersatu. Lembaga itu 
menempati gedung tiga lantai di kompleks kantor
  Otoritas Asahan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Rapat-rapat konsolidasi
  sejak medio Oktober 2008 berlangsung di 
kantor ini. Rabu, 10 Juni 2009, Soeprapto, Max
  Tamaela, dan Yahya Ombara ditarik dari tim sukses ini oleh Ketua Timkamnas
  SBY-Boediono, M. Hatta Rajasa, setelah 
Bawaslu dan berbagai kalangan mengecam pengangkatan komisaris-komisaris
  BUMN dalam tim-tim sukses para capres dan cawapres. 
11. Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam: Didirikan
  tahun 2005 untuk merangkul pemilih dan calon pemilih yang beragama Islam dan
  dibina oleh Sespri Presiden, Brigjen Kurdi Mustofa, Sekretaris Kabinet Sudi
  Silalahi, dan Habib Abdul Rahman M. al-Habsyi. Yayasan ini memiliki cabang di
  33 provinsi, dan bekerjasama dengan sejumlah ormas Islam setempat, seperti
  Al-Washliyah dan Tarbiyah Islamiyah di Sumatera dan Darul Da’wah Wal-Irsyad
  di Sulawesi. Ketua Majelis Dzikir SBY Sumatera Utara, Marahalim Harahap,juga
  Wakil Ketua PWNU Sumatera Utara. 
12. Modernisator, adalah gerakan profesional muda
  yang membangun jaringan dengan sejumlah pengusaha terkemuka di Indonesia, dan
  baru berdiri tahun 2008. 
Pelopornya adalah Dino Patti Djalal, Lin Che Wei,
  Emirsyah Satar, Sandiago Uno, Bernhard Subiakto, Chrisma Albanjar, Dini
  Purwono, Zaenal Budiyono, M. Chatib 
Bisri, dan Marko Kusumawijaya. Di antara mereka yang punya
  koneksi yang kuat di kalangan pengusaha adalah Sandiago Uno dan Emirsyah
  Satar. Di antara pengusaha 
yang berhasil ditarik ke kubu SBY-Boediono di
  antaranya Chaerul Tanjung, Anindya Bakrie, dan Taufik Rahzen. 
Salah seorang pengusaha keturunan Tionghoa yang mendukung
  pasangan SBY-Boediono adalah Alim Markus, pemilik Maspion Group. James Riady
  dengan Grup 
Lipponya juga seorang pendukung yang kuat,
  sampaisampai menggunakan pengaruhnya dalam sebuah surat kabar harian untuk
  mencegah pemuatan tulisan-tulisan yang kritis terhadap Partai Demokrat. Namun
  yang sejak awal sudah mendukung SBY adalah Siti Hartati Murdaya Poo, pemilik
  Grup CCM (Central Cipta Murdaya), yang telah menyediakan kantor di Lantai 8
  Gedung CCM, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, setelah SBY diberhentikan oleh Presiden
  Megawati Soekarnoputri. Mayjen (Purn.) Djali Yusuf, salah seorang penggagas
  tim Sekoci, mengakui timnya mendekati Hartati yang juga Ketua Walubi agar bisa
  memenangkan SBY di kalangan umat Buddhis waktu Pemilu 2004. Pengelola Arena
  Pekan Raya Jakarta ini juga 
berulangkali menyediakan gelanggang promosi bisnisnya
  sebagai tempat penyelenggaraan Rapimnas Partai Demokrat, 8-9 Februari 2009. 
Ketika itu Hartati mengenakan jaket biru Partai
  Demokrat,dan duduk di barisan terdepan, sebaris dengan SBY, Ani Yudhoyono,
  dan Hadi Utomo. Selanjutnya, dalam daftar tim kampanye SBY-Boediono yang
  ditandatangani Hatta Rajasa, nama Hartati masuk sebagai Wakil Koordinator Operasi
  I. Dia masuk sebagai wakil tim relawan tim 
sukses SBY. Tak hanya itu, saat penyusunan Kabinet
  SBY II, namanya juga kencang berhembus sebagai kandidat menteri (Forum Keadilan,
  29 Nov. 2009: 14). 
13. Tim siluman yang bekerja untuk memenangkan ketiga
  pasangan capres dan cawapres, sulit diatur. Pola kerjanya mirip operasi intelijen
  dengan dukungan dana tidak terbatas. Tim yang dipimpin oleh mantan Panglima
  TNI  Marsekal (Purn.) Djoko Suyanto
  tidak dilaporkan ke KPU ini berpotensi mengelola dana ilegal, yang jauh lebih
  besar dari pada dana yang dikelola tim resmi. Ketua Bidang Politik DPP Partai
  Demokrat Anas Urbaningrum menegaskan, kehadiran tim siluman tidak mungkin
  dilarang. “Tim ini ada yang lahir di Jakarta dan di daerah. Yang
  begitu kami tidak atur. Tidak ada urgensinya mendata secara khususkarena itu
  adalah bagian dari inisiatif masyarakat,” katanya kepada Lampung Post, 18
  Mei 2009. | 
Antara tahun 2005-2006, telah didirikan dua yayasan yang berafiliasi ke SBY, yakni Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang didirikan tahun 2005 dan berkantor di Tebet,Jakarta Selatan, tapi selalu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dzikirnya di Masjid Baiturrahim di Istana Negara; serta Yayasan
Kepedulian Sosial Puri Cikeas, disingkat Yayasan Puri Cikeas,yang didirikan tanggal 11 Maret 2006 di kompleks perumahan Cikeas Indah (lihat Lampiran 2: Susunan Pengurus Yayasan Puri Cikeas).
| 
Lampiran 2 
SUSUNAN DEWAN PENGURUS 
YAYASAN PURI CIKEAS 
PERIODE 2006 - 2011 
Dewan 
Dewan Pembina 
Ketua : Ir. Jero Wacik, S.E. 
Wakil Ketua : Sofyan Basir 
Anggota : Anna Karmini 
     Anton Sukartono 
      Budi Sartono 
Dewan Kehormatan 
Ketua : Prof. Dr. Sukamdani Sahid G. Sarjono 
Anggota : Tanri Abeng, M.B.A. 
Dewan Pengawas 
Ketua : Glen Glenardi 
Anggota : Diah Martiningsih 
               
  Zuwanna C. Gumanti, SH, M.Kn 
Dewan Penasihat 
Ketua : Jenderal (Purn.) Subagyo H.S. 
Anggota : Komjen POL Didi Widayadi 
                
  Mayjen TNI Bambang Sutedjo 
                
  Ir. Lendo Novo 
                
  Dr. Ir. Bambang Susantono 
                
  Sugijanto 
                
  Arief Prawiro 
                
  Ir. Harsudi Supandi 
                
  John Robert Benson 
Pengurus 
Ketua Umum : Drs. Suratto Siswodihardjo 
Wakil Ketua Umum : Letjen (Purn) Agus Widjojo 
Sekretaris Jenderal : Ir. Himawan Arief , M.T. 
Bendahara Umum : Emil Abeng, M.B.A. 
Wakil Sekjen : Ir. Yogi Pratomo 
Direktur Eksekutif : Ir. Turino Yulianto 
Bidang Sosial 
Ketua : Adjie Massaid 
Anggota : Neti Dadi Hariadi 
               
  Sri Tedi Rusdi 
               
  Denny 
               
  Imam 
Bidang Kesehatan 
Ketua : Dr. Eddy Suharso, M.Kes. 
Anggota : Dr. Abdul Razak 
               
  Dr. Seto Hanggoro 
Bidang Penanggulangan Bencana Alam 
Ketua : Pirton Raul Hutagalung 
Anggota : Roy Ilham 
               
  Nungki 
Bidang Dana dan Pembinaan Usaha 
Ketua : Ir. Hariadi Budi Sukamdani, M.M. 
Anggota : M. Arsjad Rasjid Prabu M. 
                Kiki Abdurahmani 
               
  Suryanto 
               
  Benny Hutahayan 
Bidang Hukum dan HAM 
Ketua : Irfan Melayu, S.H., LLM 
Anggota : Andi Natanael, S.H. 
Bidang Pendidikan 
Ketua : Indra Utama Tahir 
Anggota : Sunarto Ponirin 
Bidang Lapangan Kerja 
Ketua : Ir. Bambang Esti Martono, M.M. 
Anggota : Gabriele Trivastono 
               
  Andi Taufan 
Bidang Litbang dan Iptek 
Ketua : Salahuddin 
Anggota : Ir. Raswari 
Bidang Antar Lembaga 
Ketua : Jimmy M. Rifai Gani 
Anggota : Muhammad Akhir 
               
  Pranoto Hartowidjojo 
Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan
  Pengembangan 
Wilayah Tertinggal 
Ketua : Ir. Rudi Tavinos 
Anggota : Dr. Ir. M. Ali Ashat 
               
  Ir. Heru Dewanto 
               
  Isnaizal Manti 
Bidang SDM 
Ketua : Drs. Muhammad Tau k 
Anggota : George Nicholas 
               
  Yahya Ruhiya 
Bidang Publikasi dan Media 
Ketua : Teddy Robinson 
Anggota : Agung Prawoto 
               Kristuadji
  Legopranowo 
               Angelina
  Sondakh 
               Nico
  Siahaan 
Ditetapkan di : Cikeas, Bogor 
Pada tanggal : 11 Maret 2006 | 
Edhi Baskoro Yudhoyono, putra bungsu SBY dan Ny. Ani Yudhoyono, menjabat sebagai salah seorang Sekretaris Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam, dan Hartanto Edhie Wibowo,adik bungsu Ny. Ani Yudhoyono (lihat Box II: Dinasti Sarwo Edhie Wibowo) sebagai salah seorang bendahara.
Menjelang Pemilu 2009, yayasan penopang kekuasaan SBY bertambah satu: Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian (YKDK), yang dipimpin oleh Arwin Rasyid. Empat orang anggota Dewan Pembinanya sudah masuk ke dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II, yakni Djoko Suyanto, Purnomo Yusgiantoro, Sutanto, dan MS Hidayat (lihat Lampiran 3a: Visi, Misi, dan Struktur Pengurus YKDK; Lampiran 3b: Kegiatan YKDKI; Lampiran 3c: Mitra-mitra YKDK).Yayasan ini dikelola oleh orang-orang yang punya banyak pengalaman di bidang perbankan. Ketua Umumnya, Arwin Rasyid, Presiden Direktur CIMB Bank Niaga, sedangkan Bendahara Umumnya, Dessy Natalegawa. Dessy adalah adik kandung Menlu Marty Natalegawa yang sudah diproyeksikan akan diangkat menjadi Menlu dalam KIB II (Gatra, 28 Okt 2009:
16). Mereka tidak perlu lagi bingung memikirkan penggalangan dana (fund raising) bagi yayasan ini, yang telah mendapat kucuran dana sebesar US$ 1 juta dari Djoko Soegiarto Tjandra, pemilik Bank Bali dan buron kelas kakap BLBI (Vivanews, 2 Okt. 2009; Mimbar Politik, 7-14 Okt. 2009: 10-11).
Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Majelis Dzikir SBYNurussalam, dan Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian punya beberapa ciri yang sama. Ketiga yayasan itu tidak dipimpin oleh SBY sendiri, tapi oleh orang-orang dari inner circlenya. Pola operasinya sama, memadu kedermawanan dengan mobilisasi dukungan politik dan ekonomi. Sejumlah perusahaan pendukung ketiga yayasan itu bukannya tidak mengharapkan keuntungan. Padahal, jangkauan kedermawanan ketiga yayasan itu membutuhkan dana yang sangat besar. Lagi pula, hasil audit ketiga yayasan itu oleh auditor publik yang betul-betul independen, belum pernah dilaporkan ke parlemen dan media massa.
Soalnya, ketiga yayasan itu melibatkan sejumlah Menteri dan staf harian Presiden, serta menguasai dana milyaran rupiah.
Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam tadinya melibatkan tiga orang Menteri (Hatta Rajasa, Sudi Silalahi, dan M. Maftuh Basyuni, yang tadinya Menteri Agama) sebagai Pembina, serta Brigjen Kurdi Mustofa, Sekretaris Pribadi Presiden SBY, sebagai Pengawas. Kegiatan yayasan ini telah menelan dana yang
sebagian mungkin berasal dari anggaran negara. Misalnya, dana untuk kegiatan zikir dan doa di Masjid Baiturrahim di Kompleks Istana Negara di akhir 2007 dan 2008, yang diikuti antara 3000 dan 4000 jemaah. Setelah selesai berdoa, mereka diundang makan malam di Istana Negara (Kompas, 31 Des. 2007;
Tempo, 13 Jan. 2008: 34).
Biaya makan malam ribuan jemaah zikir itu mungkin dapat diambil dari anggaran rutin kepresidenan yang telah disetujui oleh DPR-RI. Tapi bagaimana yayasan ini mensponsori biaya ibadah umroh bagi lima rombongan ulama (@50 orang per rombongan) di mana setiap orang menelan biaya seribu real (Antara News, 16 Sept. 2008; Masayok 2008; website majelis dzikir)? Boleh jadi, selain dari uang rakyat, melalui anggaran
bersambung..................................
 
 
No comments:
Post a Comment