Monday, August 27, 2012

Dinasti cikeas versi George junus Tjondro (2)

YAYASAN-YAYASAN YANG BERAFILIASI DENGAN SBY

Selain melalui lebih dari selusin tim kampanye (lihat Lampiran 1 )Tim-TimKampanye Partai Demokrat dan Capres-Cawapres SBY-Boediono), penggalangan dukungan politis dan ekonomis bagi SBY dimotori oleh yayasan-yayasan yang berafiliasi dengan SBY dan Ny. Ani Yudhoyono. Selanjutnya, yayasan-yayasan yangberfungsi sebagai bagian dari strategi public relationship keluarga Yudhoyono, ternyata tidak luput dari usaha penggalangan danabagi perusahaan-perusahaan lama dan baru, yang kemungkinan besar juga menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk biaya kampanye Partai Demokrat dan calon presidennya.
 
 
Lampiran 1
Tim-Tim Kampanye Partai
Demokrat dan
Capres-Cawapres SBY-Boediono

Dalam Pemilu Legislatif dan Pilpres 2009, Partai Demokrat dengan Capres SBY dan Cawapres Boediono, paling gencar berkampanye berkat banyaknya tim sukses atau tim
kampanyenya. Tim-tim itu ada yang dida􀀂 arkan secara resmi ke KPU, ada pula yang tidak didaftarkan, walaupun tidak kalah efektif kegiatan kampanyenya. Menurut salah seorang mantan jenderal pendukung SBY dalam Pilpres 2004, Mayjen (Purn)
Djali Yusuf, Operasi tentara itu kan ada yang terbuka dan tertutup. Jadi kalau kita mau bergerak, ya tidak semua harus terbuka. Ada juga orang yang tidak suka dengan kemampuan kita. Tapi ada yang kita buka, kampanye terbuka, dialogis bisa dipantau. Jadi masing-masing mempunyai cara, ada operasi  terbuka dan tertutup, ungkapnya. Ia juga menegaskan, bahwa semua tim sukses itu langsung berada di bawah koordinasi
Presiden SBY. “Kita bergerak di lapangan dan koordinasinya langsung ke Pak SBY,kata mantan Pangdam Iskandar Muda, Aceh, itu (Giovanie 2009).

1. Barisan Indonesia (Barindo): Organisasi massa yang diprakarsai Letjen TNI M. Yasin. Akbar Tanjung ikut sebagai  Ketua Dewan Pembina. Tim ini memiliki jasa yang cukup signifikan dalam mengantarkan SBY meraih kemenangan pada Pilpres 2004. Menjelang Pilpres 2009, tim ini pecah. Kubu Letjen (Purn) M. Yasin mendirikan Barindo Raya yang berdiri di belakang capres Megawati.

2. Blora Center: Kelompok ini didirikan kalangan dekat Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Agustus 2004. Setelah berubah wujud menjadi Lumbung Informasi Rakyat (Lira),
kelompok itu mengumumkan berdirinya Blora Center 2009. Pada 2004, Blora Center merupakan pusat informasi untuk pemenangan Yudhoyono-Jusuf Kalla, terutama pada
putaran kedua pemilihan presiden. Kantor mereka dulu di Jalan Blora, Jakarta Pusat, sedangkan tahun 2008, merekapindah ke kompleks perkantoran Gajah, Tebet, Jakarta
Selatan. Menghadapi pemilu 2009, Blora Center diaktifkan ke daerah-daerah.
3. Tim Delta: Mengurusi semua perlengkapan kampanye, terutama atribut kampanye. Dikomandani oleh mantan Asisten Logistik Panglima TNI, Mayjen (Purn.) Abikusno.

4. Tim Echo: Tim siluman yang tidak terdaftar secara resmi ini menjalankan fungsi intelijen untuk mendongkrak suara Partai Demokrat di daerah-daerah. Tim ini ramping, hanya seorang pemimpin di setiap kabupaten dan kota. Pada hari pemungutan suara, tim pendukung ini berkonsentrasi memperkuat para saksi di TPS, dengan memberi mereka upah Rp 100 ribu per orang. Untuk Provinsi Yogyakartasaja, tim ini menyiapkan anggaran Rp 1 milyar. Tim ini dipimpin oleh mantan Panglima TNI Marsekal (Purn.)
Djoko Suyanto.

5. Tim Foxtrot: Konsultan komunikasi politik yang secara khusus direkrut oleh Partai Demokrat. Lebih dikenal dengan nama Bravo Media Center (BMC), yang diresmikan hari Senin, 23 Februari 2009 di Jalan Teuku Umar No. 51, Jakarta Pusat, dan diasuh oleh Zulkarnain (Choel) Mallarangeng42), CEO Fox Indonesia. Perusahaan konsultan komunikasi politik milik Choel dan Rizal Mallarangeng ini menangani media campaign SBY, termasuk iklan seharga Rp 500 juta di harian Kompas. Adik Alfian Mallarangeng, juru bicara kepresidenan dalam kabinet lalu, dibantu oleh General Manager Kahfi Siregar, Senior Manager Media dan PR Amalia Kartika. Mulai Senin, 1 Juni 2009, BMC diubah menjadi Kantor Pusat Tim Pemenangan SBY-Boediono, yang diketuai oleh M. Hatta Rajasa dengan wakil Djoko Suyanto, mantan Panglima TNI.

6. Gerakan Pro-SBY (GPS): Dideklarasikan Selasa, 21 April 2009, dengan Ketua Umum, Marsekal (Purn.) Suratto Siswodihardjo. Mantan Kapolri Jenderal Polisi (Purn.)
Sutanto (Komisaris Pertamina) duduk sebagai Ketua Dewan Pembina GPS, dan mantan Kaster TNI Letjen (Purn.) Agus Widjojo menjabat sebagai Penasehat. Anggota-anggotanya yaitu mantan KSAU Marsekal (Purn.) Herman Prayitno, mantan Kasum TNI Letjen (Purn.) Suyono, Menkes Siti Fadilah Supari, dan Menhut MS Kaban. GPS punya 460 cabang di 33 provinsi. Karena GPS bukan tim pemenangan resmi SBY, maka Partai Demokrat tidak menarik Sutanto dari tim sukses ini, karena dianggap tidak melanggar UU No. 42 /2008 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 41 Ayat 2 melarang pejabat BUMN dan BUMD ikut sebagai pelaksana kampanye dengan sanksi penjara maksimal 12 bulan dan denda maksimal Rp 60 juta.

7. Jaringan Nusantara: Digerakkan oleh Andi Arief, mantan aktivis mahasiswa UGM (Komisaris PT Pos), Aam Sapulete (Komisaris PTPN VII Lampung), dan Harry Sebayang (Komisaris PTPN III Sumatera Utara). Mereka menjadi aktivis mahasiswa di Yogyakarta, sewaktu SBY menjadi Danrem. Akibat sorotan Bawaslu dan gerakan prodemokrasi,mereka bertiga melepaskan jabatan mereka sebagai komisaris BUMN, agar tidak dianggap melanggar UU No. 42/2008 Pasal 41 ayat 2.

8. Koalisi Kerakyatan: Dipimpin oleh Jumhur Hidayat,mantan Sekjen Partai Daulat Rakyat (PDR) sewaktu partai itu diketuai oleh Adi Sasono, Menteri Koperasi & UKM di
era Presiden B.J. Habibie. Di era SBY-JK, ia diangkat menjadi Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan (BNP2) TKI. Koalisi ini meliputi Dewan Tani, HNSI,
dan Gaspermindo (Gabungan Serikat Pekerja Merdeka Indonesia), dan didukung oleh mantan Kepala BIN Syamsir Siregar. Walaupun Jumhur pejabat pemerintah, ia tidak ditarik dari tim sukses SBY-Boediono, karena tidak terdaftar secara resmi.

9. Tim Romeo: Menjalin komunikasi dengan rakyat. Segala kebijakan SBY yang dianggap berhasil disosialisasikan kelompok yang dipimpin Mayjen (Purn.) Sardan Marbun.Tim ini juga mengurus PO Box 9949 dan SMS 9949.

10. Tim Sekoci: Seperti tim Echo, tim ini menjalankan fungsi intelejen dengan mendata tokoh masyarakat, pengusaha,tokoh agama, tokoh perempuan, petani, dan nelayan.
Sekoci dibentuk menjelang pemilu legislatif 2004 untuk kepentingan politik SBY. Hampir 90% personil tim ini pensiunan tentara, di antaranya Letjen (Purn.) T.B.Silalahi (anggota Wantimpres), Mayjen (Purn.) Soeprapto (Komisaris Utama PT Indosat), Mayjen (Purn.) Djali Yusuf, Amir Sembiring, Irvan Edison, dan Max Tamaela (Komisaris PT Hutama Karya). Di luar pensiunan tentara, tim itu beranggotakan sejumlah pengusaha dan pelaku bisnis, di antaranya Teddy Tohir (pendiri Astra) dan anaknya, Boy Garibaldi Tohir (Adaro), Robbyanto Budiman (Wahana Makmur Sejati), Patrick Waluyo (Northstar Pasifi k), serta Frans Kansil (Unilever). Ada juga politikus seperti Yahya Ombara (Komisaris PT Kereta Api Indonesia). Sewaktu pertama kali dibentuk, Sekoci terpisah dari tim kampanye SBY-JK yang dipimpin M. Ma’rruf. Saat ini Tim Sekoci bergerak di bawah pimpinan Soeprapto.
Tahun 2006, tim ini berubah wujud menjadi lembaga swadaya masyarakat dengan nama Sekoci Indoratu-kependekan dari Indonesia Raya Bersatu. Lembaga itu
menempati gedung tiga lantai di kompleks kantor Otoritas Asahan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Rapat-rapat konsolidasi sejak medio Oktober 2008 berlangsung di
kantor ini. Rabu, 10 Juni 2009, Soeprapto, Max Tamaela, dan Yahya Ombara ditarik dari tim sukses ini oleh Ketua Timkamnas SBY-Boediono, M. Hatta Rajasa, setelah
Bawaslu dan berbagai kalangan mengecam pengangkatan komisaris-komisaris BUMN dalam tim-tim sukses para capres dan cawapres.

11. Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam: Didirikan tahun 2005 untuk merangkul pemilih dan calon pemilih yang beragama Islam dan dibina oleh Sespri Presiden, Brigjen Kurdi Mustofa, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, dan Habib Abdul Rahman M. al-Habsyi. Yayasan ini memiliki cabang di 33 provinsi, dan bekerjasama dengan sejumlah ormas Islam setempat, seperti Al-Washliyah dan Tarbiyah Islamiyah di Sumatera dan Darul Da’wah Wal-Irsyad di Sulawesi. Ketua Majelis Dzikir SBY Sumatera Utara, Marahalim Harahap,juga Wakil Ketua PWNU Sumatera Utara.

12. Modernisator, adalah gerakan profesional muda yang membangun jaringan dengan sejumlah pengusaha terkemuka di Indonesia, dan baru berdiri tahun 2008.
Pelopornya adalah Dino Patti Djalal, Lin Che Wei, Emirsyah Satar, Sandiago Uno, Bernhard Subiakto, Chrisma Albanjar, Dini Purwono, Zaenal Budiyono, M. Chatib
Bisri, dan Marko Kusumawijaya. Di antara mereka yang punya koneksi yang kuat di kalangan pengusaha adalah Sandiago Uno dan Emirsyah Satar. Di antara pengusaha
yang berhasil ditarik ke kubu SBY-Boediono di antaranya Chaerul Tanjung, Anindya Bakrie, dan Taufik Rahzen.
Salah seorang pengusaha keturunan Tionghoa yang mendukung pasangan SBY-Boediono adalah Alim Markus, pemilik Maspion Group. James Riady dengan Grup
Lipponya juga seorang pendukung yang kuat, sampaisampai menggunakan pengaruhnya dalam sebuah surat kabar harian untuk mencegah pemuatan tulisan-tulisan yang kritis terhadap Partai Demokrat. Namun yang sejak awal sudah mendukung SBY adalah Siti Hartati Murdaya Poo, pemilik Grup CCM (Central Cipta Murdaya), yang telah menyediakan kantor di Lantai 8 Gedung CCM, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, setelah SBY diberhentikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Mayjen (Purn.) Djali Yusuf, salah seorang penggagas tim Sekoci, mengakui timnya mendekati Hartati yang juga Ketua Walubi agar bisa memenangkan SBY di kalangan umat Buddhis waktu Pemilu 2004. Pengelola Arena Pekan Raya Jakarta ini juga
berulangkali menyediakan gelanggang promosi bisnisnya sebagai tempat penyelenggaraan Rapimnas Partai Demokrat, 8-9 Februari 2009.

Ketika itu Hartati mengenakan jaket biru Partai Demokrat,dan duduk di barisan terdepan, sebaris dengan SBY, Ani Yudhoyono, dan Hadi Utomo. Selanjutnya, dalam daftar tim kampanye SBY-Boediono yang ditandatangani Hatta Rajasa, nama Hartati masuk sebagai Wakil Koordinator Operasi I. Dia masuk sebagai wakil tim relawan tim
sukses SBY. Tak hanya itu, saat penyusunan Kabinet SBY II, namanya juga kencang berhembus sebagai kandidat menteri (Forum Keadilan, 29 Nov. 2009: 14).

13. Tim siluman yang bekerja untuk memenangkan ketiga pasangan capres dan cawapres, sulit diatur. Pola kerjanya mirip operasi intelijen dengan dukungan dana tidak terbatas. Tim yang dipimpin oleh mantan Panglima TNI  Marsekal (Purn.) Djoko Suyanto tidak dilaporkan ke KPU ini berpotensi mengelola dana ilegal, yang jauh lebih besar dari pada dana yang dikelola tim resmi. Ketua Bidang Politik DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menegaskan, kehadiran tim siluman tidak mungkin dilarang. Tim ini ada yang lahir di Jakarta dan di daerah. Yang begitu kami tidak atur. Tidak ada urgensinya mendata secara khususkarena itu adalah bagian dari inisiatif masyarakat,” katanya kepada Lampung Post, 18 Mei 2009.

Antara tahun 2005-2006, telah didirikan dua yayasan yang berafiliasi ke SBY, yakni Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam yang didirikan tahun 2005 dan berkantor di Tebet,Jakarta Selatan, tapi selalu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dzikirnya di Masjid Baiturrahim di Istana Negara; serta Yayasan
Kepedulian Sosial Puri Cikeas, disingkat Yayasan Puri Cikeas,yang didirikan tanggal 11 Maret 2006 di kompleks perumahan Cikeas Indah (lihat Lampiran 2: Susunan Pengurus Yayasan Puri Cikeas).

Lampiran 2
SUSUNAN DEWAN PENGURUS
YAYASAN PURI CIKEAS
PERIODE 2006 - 2011

Dewan
Dewan Pembina

Ketua : Ir. Jero Wacik, S.E.
Wakil Ketua : Sofyan Basir
Anggota : Anna Karmini
     Anton Sukartono
      Budi Sartono
Dewan Kehormatan

Ketua : Prof. Dr. Sukamdani Sahid G. Sarjono
Anggota : Tanri Abeng, M.B.A.
Dewan Pengawas
Ketua : Glen Glenardi
Anggota : Diah Martiningsih
                Zuwanna C. Gumanti, SH, M.Kn
Dewan Penasihat
Ketua : Jenderal (Purn.) Subagyo H.S.
Anggota : Komjen POL Didi Widayadi
                 Mayjen TNI Bambang Sutedjo
                 Ir. Lendo Novo
                 Dr. Ir. Bambang Susantono
                 Sugijanto
                 Arief Prawiro
                 Ir. Harsudi Supandi
                 John Robert Benson
Pengurus
Ketua Umum : Drs. Suratto Siswodihardjo
Wakil Ketua Umum : Letjen (Purn) Agus Widjojo
Sekretaris Jenderal : Ir. Himawan Arief , M.T.
Bendahara Umum : Emil Abeng, M.B.A.
Wakil Sekjen : Ir. Yogi Pratomo
Direktur Eksekutif : Ir. Turino Yulianto
Bidang Sosial
Ketua : Adjie Massaid
Anggota : Neti Dadi Hariadi
                Sri Tedi Rusdi
                Denny
                Imam
Bidang Kesehatan
Ketua : Dr. Eddy Suharso, M.Kes.
Anggota : Dr. Abdul Razak
                Dr. Seto Hanggoro
Bidang Penanggulangan Bencana Alam
Ketua : Pirton Raul Hutagalung
Anggota : Roy Ilham
                Nungki
Bidang Dana dan Pembinaan Usaha
Ketua : Ir. Hariadi Budi Sukamdani, M.M.
Anggota : M. Arsjad Rasjid Prabu M.
                Kiki Abdurahmani
                Suryanto
                Benny Hutahayan
Bidang Hukum dan HAM
Ketua : Irfan Melayu, S.H., LLM
Anggota : Andi Natanael, S.H.
Bidang Pendidikan
Ketua : Indra Utama Tahir
Anggota : Sunarto Ponirin
Bidang Lapangan Kerja
Ketua : Ir. Bambang Esti Martono, M.M.
Anggota : Gabriele Trivastono
                Andi Taufan
Bidang Litbang dan Iptek
Ketua : Salahuddin
Anggota : Ir. Raswari
Bidang Antar Lembaga
Ketua : Jimmy M. Rifai Gani
Anggota : Muhammad Akhir
                Pranoto Hartowidjojo
Bidang Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Pengembangan
Wilayah Tertinggal
Ketua : Ir. Rudi Tavinos
Anggota : Dr. Ir. M. Ali Ashat
                Ir. Heru Dewanto
                Isnaizal Manti
Bidang SDM
Ketua : Drs. Muhammad Tau􀀁 k
Anggota : George Nicholas
                Yahya Ruhiya
Bidang Publikasi dan Media
Ketua : Teddy Robinson
Anggota : Agung Prawoto
               Kristuadji Legopranowo
               Angelina Sondakh
               Nico Siahaan
Ditetapkan di : Cikeas, Bogor
Pada tanggal : 11 Maret 2006

Kedua yayasan ini melibatkan sejumlah menteri (ada yang sekarang mantan menteri -lihat lampiran 2), sejumlah perwira tinggi, sejumlah pengusaha, serta anggota keluarga besar SBY.
Edhi Baskoro Yudhoyono, putra bungsu SBY dan Ny. Ani Yudhoyono, menjabat sebagai salah seorang Sekretaris Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam, dan Hartanto Edhie Wibowo,adik bungsu Ny. Ani Yudhoyono (lihat Box II: Dinasti Sarwo Edhie Wibowo) sebagai salah seorang bendahara.
Menjelang Pemilu 2009, yayasan penopang kekuasaan SBY bertambah satu: Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian (YKDK), yang dipimpin oleh Arwin Rasyid. Empat orang anggota Dewan Pembinanya sudah masuk ke dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II, yakni Djoko Suyanto, Purnomo Yusgiantoro, Sutanto, dan MS Hidayat (lihat Lampiran 3a: Visi, Misi, dan Struktur Pengurus YKDK; Lampiran 3b: Kegiatan YKDKI; Lampiran 3c: Mitra-mitra YKDK).Yayasan ini dikelola oleh orang-orang yang punya banyak pengalaman di bidang perbankan. Ketua Umumnya, Arwin Rasyid, Presiden Direktur CIMB Bank Niaga, sedangkan Bendahara Umumnya, Dessy Natalegawa. Dessy adalah adik kandung Menlu Marty Natalegawa yang sudah diproyeksikan akan diangkat menjadi Menlu dalam KIB II (Gatra, 28 Okt 2009:
16). Mereka tidak perlu lagi bingung memikirkan penggalangan dana (fund raising) bagi yayasan ini, yang telah mendapat kucuran dana sebesar US$ 1 juta dari Djoko Soegiarto Tjandra, pemilik Bank Bali dan buron kelas kakap BLBI (Vivanews, 2 Okt. 2009; Mimbar Politik, 7-14 Okt. 2009: 10-11).
Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Majelis Dzikir SBYNurussalam, dan Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian punya beberapa ciri yang sama. Ketiga yayasan itu tidak dipimpin oleh SBY sendiri, tapi oleh orang-orang dari inner circlenya. Pola operasinya sama, memadu kedermawanan dengan mobilisasi dukungan politik dan ekonomi. Sejumlah perusahaan pendukung ketiga yayasan itu bukannya tidak mengharapkan keuntungan. Padahal, jangkauan kedermawanan ketiga yayasan itu membutuhkan dana yang sangat besar. Lagi pula, hasil audit ketiga yayasan itu oleh auditor publik yang betul-betul independen, belum pernah dilaporkan ke parlemen dan media massa.
Soalnya, ketiga yayasan itu melibatkan sejumlah Menteri dan staf harian Presiden, serta menguasai dana milyaran rupiah.
Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam tadinya melibatkan tiga orang Menteri (Hatta Rajasa, Sudi Silalahi, dan M. Maftuh Basyuni, yang tadinya Menteri Agama) sebagai Pembina, serta Brigjen Kurdi Mustofa, Sekretaris Pribadi Presiden SBY, sebagai Pengawas. Kegiatan yayasan ini telah menelan dana yang
sebagian mungkin berasal dari anggaran negara. Misalnya, dana untuk kegiatan zikir dan doa di Masjid Baiturrahim di Kompleks Istana Negara di akhir 2007 dan 2008, yang diikuti antara 3000 dan 4000 jemaah. Setelah selesai berdoa, mereka diundang makan malam di Istana Negara (Kompas, 31 Des. 2007;
Tempo, 13 Jan. 2008: 34).
Biaya makan malam ribuan jemaah zikir itu mungkin dapat diambil dari anggaran rutin kepresidenan yang telah disetujui oleh DPR-RI. Tapi bagaimana yayasan ini mensponsori biaya ibadah umroh bagi lima rombongan ulama (@50 orang per rombongan) di mana setiap orang menelan biaya seribu real (Antara News, 16 Sept. 2008; Masayok 2008; website majelis dzikir)? Boleh jadi, selain dari uang rakyat, melalui anggaran
bersambung..................................

No comments:

Post a Comment