Sejarah Konflik antara Kebenaran dan Kebohongan di
Bumi Palestina
Pendahuluan :
Palestina telah
ditakdirkan oleh Allah SAW untuk menjadi tempat para Nabi dan Rasul yang
membawa bendera monoteisme dan mengajak masyarakatnya untuk patuh kepada ajaran
tersebut.
Dalam sejarah
kunonya, Palestina telah menyaksikan berbagai model kepemimpinan dan kekuasaan
oleh para Nabi dan penguasa lainnya. Mereka harus menghadapi banyak peperangan
sengit untuk menegakkan bendera kebenaran di atas tanah yang berkah ini.
Sebelum menyelam
lebih jauh secara mendetil, kita wajib menandaskan fakta yang signifikan bahwa
umat Islam meyakini semua Nabi dan menganggap bahwa seluruh warisan mereka juga
merupakan milik umat ini. Sebagaimana mereka juga meyakini bahwa ajaran Islam
adalah ekstensi atau perpanjangan dari ajaran-ajaran para Nabi terdahulu
sebelum datangnya Islam. Ajaran para nabi secara keseluruhan adalah ajaran yang
juga diserukan oleh Muhammad SAW. Selanjutnya khazanah pengalaman yang dilalui
oleh seluruh nabi dalam dakwah untuk menegakkan kebenaran dan ibadah kepada
Allah SWT tidaklah terpisah atau berbeda dari dakwah dan pengalaman-pengalaman
umat Islam. Lihat ayat di bawah ini dari surat
XVI :36 :
Artinya :
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan);
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Taghut) itu”, maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya). Maka berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).” (An Nahl : 36)
Ini merupakan
ajaran ke-Esaan yang diemban oleh setiap rasul. Ketika masyarakat tertentu
menolak rasul mereka, ini berarti mereka telah menolak seluruh nabi. Renungkan
apa yang Allah firmankan di dalam Al Qur’an : (S.XXVI : 105)
Artinya :
“Kamu Nuh telah
mendustakan para rasul.” (Asy Syu’ara : 105).
Allah berfirman : (S.XXVI
: 123)
Artinya :
Kaum Aad telah
mendustakan para rasul.
(Asy Syuara : 123)
Firman Allah :
(S.XXVI :141)
Artinya : Kaum Samud
telah mendustakan rasul-rasul.
(Asy Syuara : 141)
Firman Allah :
(S.XXVI : 160),
Artinya : “Kaum
Luth telah mendustakan rasul-rasul.” (Asy Syu’ara : 160)
Firman Allah
: (S.XXVI : 176)
Artinya : “Penduduk
Aikah telah mendustakan rasul-rasul.”
Dalam menghadapi
klaim-klaim Yahudi kontemporer akan hak mereka di Palestina, banyak para
sejarawan hanya terpaku sibuk dengan ilmu-ilmu arkeologi dan menyebutkan
berbagai bangsa yang mendiami wilayah ini, memerintah, melewati dan berapa masa
kekuasan masing-masing dari mereka di sana yang pada akhirnya hanya sampai pada
kesimpulan bahwa masa di mana Yahudi berkuasa di sana sepanjang sejarah sangat
singkat sekali dan terbatas pada wilayah-wilayah tertentu saja dibandingkan
dengan bangsa Arab dan muslim.
Namun aspek ini
sangatlah substansial untuk membantah klaim-klaim Yahudi dari aspek-aspek
historis dan rasionalitas yang logis. Namun banyak para penulis dan ahli
sejarah yang kelihatannya telah melakukan dua kesalahan besar di bawah
ini :
1.
Menisbahkan warisan para nabi yang telah diutus oleh Allah SWT
kepada Bani Yahudi atau memimpin mereka sebagai suatau warisan yang khusus
diberikan kepada mereka. Dan ini adalah hal yang benar-benar diinginkan
oleh mereka!!
2.
Menjelekkan biografi beberapa para nabi yang diutus kepada Bani Israel
dengan menggunakan argumentasi yang berdasarkan kepada kitab Taurat yang
diselewengkan. Ketika mereka menggunakan rasionalisasi ini, mereka bermaksud
untuk menunjukkan “prilaku yang memalukan” keturunan Israel dan pemimpin mereka ketika
menduduki Palestina. Ini dengan tujuan mendegradasikan makna negara dan untuk
menjelaskan kemerosotan tingkat peradabadan mereka. Para pengikut mazhab ini
menggunakan argumentasi yang berdasarkan pada Israiliyyaat yang menuduh para
nabi melakukan tipudaya, kebohongan, perzinaan dan pemerkosaan hak-hak serta
pembunuhan orang-orang yang tak berdosa dalam upaya untuk membuktikan
kekejaman, makar, kehinaan bangsa Yahudi dan untuk mendistorsi imej kekuasaan
dan pemerintahan mereka pada waktu itu.
Al Qur’an telah
cukup melengkapi kita dengan berbagai cara untuk mengidentifikasi tindak tanduk
bangsa Yahudi dan mengingatkan kita akan kerusakan (debauchery) dan immoralitas
mereka. Para nabi dan para pengikut mereka
yang lurus adalah persoalan lain. Nabi-nabi adalah manusia terbaik. Mereka
hendaknya untuk tidak didiskreditkan. Kita tidak boleh terpikat pada
cerita-cerita Bani Israel yang tidak saja mejelekkan para nabi bahkan mereka juga
menjelekkan Tuhan.
Sebagai contoh,
Kitab Taurat dan Talmud yang telah dirubah (diselewengkan) mengatakan bahwa
Tuhan (Yang Maha Tinggi, Mulia dan Agung) bermain dengan ikan paus dan ikan
yang lain selama tiga jam tiap hari. Mereka juga mengatakan bahwa Dia menangis
oleh karena pembumihangusan al haikal (rumah ibadah mereka seperti layaknya
Sinagog) yang berakibat susutnya ukuran fisik-Nya dari tujuh surga menjadi
empat. Gempa bumi dan angin ribut terjadi adalah sebagai akibat dari air mata
Tuhan yang jatuh ke laut atas hancurnya al haikal tersebut. Klaim-klaim
mereka ini disebutkan oleh Al Qur’an sebagai berikut : (5 :64)
Artinya : “Orang-orang
Yahudi berkata : “Tangan Allah terbelenggu”, (Al Maidah : 64)
Firman Allah
:(S.III : 181)
Artinya : “Sesungguhnya
Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan : Sesungguhnya
Allah miskin dan kami kaya.” (Ali Imran : 181)
Sebagaimana Yahudi
juga menisbatkan (mengilustrasikan) nabi Yakub kepada pencurian boneka yang
terbuat dari emas dan ia juga yang berkelahi dengan Tuhan (!!) di dekat kota Nablus, maka dari itu
ia dinamakan Israel.
Selain itu ia juga dikatakan telah menawarkan suap kepada saudaranya,
memperdayakan orang tuanya dan hanya berdiam diri terhadap tuduhan perzinaan
kepada dua anak perempuannya. Ia telah berbuat syirik kepada Allah. Hal ini
bisa dianalogikan dengan apa yang akan mereka perbuat dan katakan tentang
nabi-nabi lainnya.
Yahudi telah jauh
melenceng dari ajaran Taurat atau Perjanjian Lama. Mereka menapaki jalan Taurat
yang sudah jauh keluar dari relnya sebagaimana terlihat dalam perilaku
keseharian mereka, kesenangan melanggar kewajiban dan melakukan immoralitas
dengan sikap terus bersikukuh akan apa yang mereka nisbatkan kepada nabi-nabi
mereka. Dan ini tidak lain hanyalah bentuk kebohongan dan pemalsuan belaka.
Para sejarawan, khususnya dari kalangan Islam, dalam mengkaji sejarah Palestina
hendaknya tidak tergesa-gesa menuduh para nabi Allah dan rasul-Nya dengan
apa yang difabrikasi (dibuat-buat) oleh Yahudi yang ini semua mereka lakukan
hanya untuk membuktikan hak bangsa-bangsa lain atas bumi Palestina.
Kalau memang
ikatan akidah dan iman adalah dasar yang menyatukan umat Islam walau perbedaan
bangsa dan warna, maka umat ini merupakan orang yang paling berhak dengan
warisan para nabi termasuk di dalamnya para nabi Bani Israel. Karena umat ini
yang masih tetap konsisten menjunjung tinggi bendera monoteisme yang dibawa
oleh para nabi. Mareka adalah orang yang tetap menapaki jalan dan ajaran para
nabi. Dan menurut pemahaman Al Qur’an para nabi adalah orang-orang yang
berserah diri (muslimun) dan bersatu.
Lihat firman Allah
SWT :
Artinya : “Ibrahim
bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah
seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” “Sesungguhnya orang yang
paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini
(muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah
Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (Ali Imran : 67-68)
Firman Allah :
Artinya : “Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama
ismail (seraya berdo’a) : “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan
kami), sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al
Baqarah : 127)
Firman Allah :
Artinya : “Dan
tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang
memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.”
(Al Baqarah : 130)
Secara umum umat
yang menganut ketauhidan adalah umat yang satu, sejak dari nabi Adam A.S
sampai masa Allah akan mewarisi bumi dan orang-orang yang berada di atasnya. Para nabi, rasul Allah dan pengikut-pengikut mereka
adalah bagian dari umat tauhid. Dakwah Islam adalah perpanjangan dakwah mereka.
Dan umat Islam adalah orang-orang yang paling berhak dengan nabi-nabi,
rasul-rasul dan yang mewarisi mereka.
Khazanah tradisi
para nabi merupakan khazanah kita, eksperimen mereka juga merupakan eksperimen
muslim. Sejarah mereka adalah sejarah kita. Dan syariah yang diberikan Allah
kepada para nabi dan pengikut mereka dalam memerintah wilayah yang berkah dan
suci ini merupakan indikasi atas syariah, hak kita atas wilayah dan
pemerintahannya.
Benar bahwa Allah
telah memberikan tanah ini kepada Bani Israel di saat mereka berjalan dan
mengikuti jalan Allah, di saat mereka menjadi representasi umat tauhid pada
zaman yang lampau. Bukan kita malu untuk mengatakan fakta ini, kalau tidak
demikian berarti kita telah mengingkari penjelasan Al Qur’an. Dari itu Musa
berkata kepada kaumnya :
Artinya : “Hai
kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka
kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (Al Maidah : 21)
Kendati syariat
ini terikat erat dengan seberapa jauh komitmen mereka kepada tauhid dan manhaj
Allah. Maka ketika mereka ingkar kepada-Nya, berbuat dosa kepada rasul,
membunuh para nabi, merusak seluruh janji-janji dan piagam-piagam mereka.
Mereka menolak untuk mengikuti risalah Islam yang telah dikabarkan oleh para
nabi kaum ini.
Sebagaimana
tercantum di dalam Al Qur’an :
Artinya : “(Yaitu)
orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka,” (Al A’raf :
157)
Artinya : “…dan
memberi kabar gembiri dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Al Saff : 6)
Maka ketika mereka
lakukan hal itu, mereka terkena laknat dan murka Allah SWT.
Artinya : “(Tetapi)
karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati
mereka keras membatu.” (Al Maidah : 113)
Allah berfirman :
Artinya : “Katakanlah
: “Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami
beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa
yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang
yang fasik?” (Al Maidah : 59)
Maka dari itu
legitimasi atas pemerintahan tanah suci ini harus diberikan kepada umat yang
tetap berjalan di atas jalan para nabi dan menjunjung tinggi bendera ajaran
mereka yaitu umat Islam. Persoalan yang ada di dalam pemahaman kita bukan
berhubungan dengan bangsa, keturunan dan kaum, namun lebih kepada loyalitas
untuk mengikuti jalan dan manhaj ini.
Untuk melanjutkan
diskusi sekitar klaim-klaim Yahudi akan hak mereka atas Palestina sesuai dengan
nash-nash Taurat, kita coba melihat apa yang mereka sebutkan di dalam
Taurat yang telah diselewengkan dengan keyakinan bahwa tanah tersebut telah
diberikan kepada Ibrahim A.S. dan keturunannya.
Di antaranya
sebagai berikut :
Artinya :
“Dan Tuhan
berkata kepada Ibrahim : Pergilah dari tanahmu (wilayahmu), keluargamu, rumah
orang tuamu ke tanah yang telah saya perlihatkan….maka pergilah ia sebagaimana
telah Tuhan katakan…Maka mereka datang ke tanah Kan’aan…dan Tuhan dapat dilihat
oleh Ibrahim dan berkata : Untuk keturunanmu aku berikan tanah ini”.
Dan di dalam
Taurat berbunyi :
Artinya :
“(Ibrahim)
mendiami tanah Kan’aan maka Tuhan berkata kepadanya : “Angkatlah kedua matamu
dan lihatlah dari tempat engkau berdiri ke arah Utara, Selatan, Timur dan
Barat, karena seluruh tanah yang engkau saksikan itu telah aku berikan kepadamu
dan untuk keturunanmu selama-lamanya”.
Ada lagi yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya :
Tuhan dan
Ibrahim menyepakati piagam yang berbunyi : Untuk keturunanmu aku berikan tanah
ini yang membentang dari sungai Mesir hingga sungai Besar, sungai Eufrat”.
Untuk menjawab hal
di atas –di luar pemahaman kita tentang persoalan ini dari dasarnya yang
syar’i—kita katakan :
1-
Kalau memang di sana
ada perjanjian yang memberikan Ibrahim A.S dan keturunannya, maka keturunan
beliau bukan hanya Bani Israel sendiri. Bangsa Arab al musta’ribah
adalah keturunannya juga (anak-anak Ismail A.S) dan di antara mereka adalah
Nabi Muhammad SAW.
2-
Kalau memang persoalannya berkaitan erat dengan keturunan dan proses
beranak pianak (tanaasul) maka indikasi-indikasi yang ada mensinyalir bahwa
mayoritas bangsa Yahudi yang ada pada zaman kita dewasa ini bukanlah dari
keturunan Ibrahim A.S. Hal itu dikarenakan kebanyakan Yahudi kontemporer adalah
Yahudi yang berasal dari Al Khazar (daerah laut Kaspia) yang masuk ke dalam
agama ini pada abad kesembilan dan sepuluh Masehi!!
3-
Sesungguhnya Al Qur’an al Karim menjelaskan persoalan kepemimpinan nabi
Iabrahim dan keturunannya dalam forma yang tidak membingungkan. Renungkanlah
firman Allah SWT di bawah ini :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika
Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman : “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu
imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata : “(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku Allah berfirman : “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.”
(Al Baqarah : 124)
Maka ketika nabi Ibrahim meminta kepada
Allah agar supaya kepemimpinan (al imaamah) juga dapat dipegang oleh
keturunannya, lalu Allah menjelaskan kepadanya bahwa janji al imaamah
kepada keturunannya tidak dapat diberikan kepada orang-orang yang dhalim.
Artinya kedhaliman, kekafiran, upaya menghalangi menuju jalan Allah dan
melakukan kerusakan di muka bumi adalah persoalan yang paling terbesar yang
dilakukan oleh Bani Israel?!!
Adapun sesuatu yang berhubungan dengan
klaim-klaim historis Yahudi, kita telah cukup banyak para ahli sejarah yang
dapat menjawab dan mengkonter alegasi tersebut. Maka masa kekuasaan Islam di
bumi Palestina merupakan masa yang paling terpanjang dalam sejarah. Dan
bangsa-bangsa yang mendiaminya wilayah tersebut jauh sebelum kedatangan Yahudi
tetap masih eksis di sana
hingga sekarang. Imigrasi-imigrasi (hijrah-hijrah) bangsa Arab pra atau paska
kemenangan Islam (al fath al Islami) adalah komponen-komponen yang membentuk
bangsa Palestina dewasa ini dengan agama Islam, bahasa dan karakteristik Arab
mereka.
Palestina Pada Zaman Kuno :
Manusia mendiami bumi Palestina sejak
periode klasik dahulu kala. Di sana
terdapat banyak peninggalan-peninggalan arkeologis yang dikategorikan kepada
zaman Batu Klasik (Ancient Stone Age) (500 ribu –14 ribu S.M) dan zaman
Batu Pertengahan (the middle Stone Age) (14 ribu – 8 ribu S.M). Secara singkat
dapat dikatakan bahwa pada zaman itu di Palestina telah terdapat peradaban An
Nathufiyyah yang dinisbatkan kepada gua-gua Al Natoof di sebelah utara Al Quds
(Jerussalem sekarang). Bangsa An Natoof belum diketahui hingga sekarang.
Peradaban mereka terkonsentrasi di wilayah pesisir, mereka hidup di dalam
gua-gua seperti yang terdapat di gunung Al Karmel.
Pada zaman Batu Modern (8000 – 4500
S.M) kehidupan manusia di Palestina berubah menjadi lebih stabil, dari hanya
mengumpulkan makanan berubah menjadi memproduksinya. Dan Jericho (Ariihaa)
jelas memperlihatkan bukti-bukti pertama yang mengindikasikan akan adanya
kehidupan yang stabil. Kota ini dianggap—hingga
kini—sebagai kota
yang paling tertua di dunia yang dibangun kira-kira pada tahun 8000 S.M.
Zaman Batu Perunggu (Brass Stone Age)
membentang dari (4500 – 3300 S.M), telah ditemukan beberapa tempat
peninggalan yang berperadaban yang kembali kepada zaman tersebut di wilayah
Beer Sheba antara pegunungan
Hebron (al
kholil) dan Laut Mati serta pesisir Al Khudiera.
Permulaan Seribu Ketiga sebelum Maeshi,
zaman ini punya kelebihan yang lain dengan muncul kekaisaran-kekaisaran kuno di
timur, bersamaan dengan ini adanya keberhasilan prestasi tulis menulis dan
dimulainya penulisan sejarah. Dan dari sini dimulainya zaman-zaman bersejarah
di Palestina.
Periode yang membentang dari (3200 –
2000 S.M) dinamakan dengan Zaman Perunggu Kuno. Periode ini ditandai dengan
munculnya banyak kota
Berbenteng dan defensif yang dibangun di wilayah bukit yang tinggi. Mayoritasnya
terletak di tengah dan Utara Palestina. Di antara tempat-tempat itu yang
terpenting adalah Bashan, Mejideo, Al Afoula, Ras Al nakoura dan Tal Al Farei’a
di sebelah utara Nablus. Dan pada tahun Seribu ketiga sebelum masehi penduduk
Palestina terus bertambah dan perkotaannya juga berkembang sehingga ia memiliki
kekuatan politis dan ekonomis yang mungkin dapat disebut dengan zaman
“negara-kecil kota”
(small-state of towns).
Pada tahun seribu ketiga sebelum
Masehi, bangsa Ammonit, Kan’aan, Yabous dan Phoenisi (kedua terakhir ini
dianggap sebagai sub-bangsa Kan’aan) berimigrasi ke tanah Palestina. Imigrasi
mereka ini diperkirakan terjadi kira-kira pada tahun 2500 S.M. di mana bangsa
Kan’aan menduduki wilayah pesisir, bangsa Ammonites terkonsentrasi di daerah dataran
tinggi dan pegunungan, bangsa Yabousi mendiami wilayah Jerussalam (Al Quds) dan
sekitarnya dan mereka yang membangun kota Al Quds. Mereka menamakan kota itu dengan “Yabous”
kemudian “Ursaalem”. Adapun bangsa Phoenis, mereka mendiami daerah pesisir utara
Palestina tepatnya di daerah Lebanon
sekarang ini.
Para
ahli sejarah yang dapat dipercaya memandang bahwa Ammonit, Kan’aan, Yabousi dan
Phoenisi keluar mengembara dari jazirah Arab. Dan penduduk Palestina yang
berwarna hitam sekarang ini—secara khusus orang-orang pedesaan—diperkirakan
merupakan keturunan kabilah-kabilah dan bangsa-bangsa kuno tersebut atau dari
bangsa Arab dam umat Islam yang menduduki wilayah ini paska kemenangan Islam.
Imigrasi bangsa Kan’aan pada waktu itu
sangatlah besar jumlahnya hampir dapat dikatakan bahwa mereka akhirnya menjadi
masyarakat asli di sana.
Nama “tanah Kan’aan” (the land
of Canaan) merupakan nama
tertua yang bagi wilayah yang disebut Palestina dewasa ini. Mereka yang
membangun sebagian besar kota-kota di Palestina, dan jumlahnya—sesuai dengan
batas-batas wilayah Palestina dewasa ini—tidak kurang dari dua ratus kota pada tahun seribu
kedua sebelum Masehi dan sebelum ratusan tahun kedatangan orang-orang Ibrani
Yahudi. Di antara kota-kota tua selain Jericho dan Al Quds, kota Shechem
(Balatah, Nablus) Bashan, Ashkelon, Akka, haifa, Hebron, Ashdod, A’aqur, Beer
Sheba dan Bethlehem.
Kemudian datang periode Perunggu
Pertengahan (1550 – 1200 S.M) pertengahan pertama dari tahun seribu kedua
sebelum Masehi periode ini menyaksikan pemerintahan Hyksos, yang memerintah
Palestina lebih kurang delapan belasan hingga enam belasan abad sebelum Masehi
(18-16 S.M). Kelihatannya pada periode itu (kira-kira 1900 S.M) nabi Ibrahim
A.S datang bersama dengan adiknya Luth A.S ke daerah Palestina. Di sana nabi Ismail, Ishak
dan Yakub A.S dilahirkan.
Zaman Perunggu Terakhir (1550-1200 S.M)
dimulai dengan keruntuhan kekuasaan Hyksos dan Palestina tunduk di bawah
kekuasaan Mesir secara mutlak. Adapun zaman Besi (1200-330 S.M) dara permulaan
(kira-kira 1200 S.M) kelihatannya Palestina menerima eksodus berbagai kelompok
yang besar dari berbagai wilayah yang paling menonjol adalah imigrasinya
“bangsa-bangsa pelaut”. Kelihatannya mereka datang dari wilayah Asia Barat dan
dari pulau-pulau di laut Aegean (Crete dan
lainnya). Pada mulanya bangsa-bangsa ini menyerang wilayah pesisir Syam dan
Mesir, tapi Ramses III, Firaun Mesir dapat mengusir mereka dari wilayah ini di
dalam pertempuran Blouziun (dekat pelabuhan Bur Said). Mereka diizinkan untuk
mendiami bagian selatan wilayah Palestina. Dari inskripsi arkeolog dapat
menemukan ukiran-ukiran dengan huruf-huruf “PLST”, dan menurut tulisan ini
bahwa mereka adalah orang-orang yang disebut dengan “Palestian”. Kemudian
ditambahkan huruf “N” kepada nama mereka (mungkin dianggap sebagai bentuk
jamaknya) dan mereka disebut dengan Palestin. Bangsa Palestin ini telah
membangun lima kerajaan yatiu kota-kota Ghaza, Ashdod, Jet, Aqroun dan Ashkelon.
Kota-kota ini mungkin milik bangsa Kan’aan kuno namun mereeka telah meluaskan
dan mengaturnya kemudian mendirikan dua kota
baru yaitu Lod dan Saklash. Mereka dapat menguasai daerah pesisir yang tersisa
hingga gunung Al Karmel. Sebagaimana mereka juga menguasai Marj bin Amir.
Bangsa Palestin berbaur dengan bangsa Kan’aan secara cepat dan menggunakan
bahasa mereka dan menyembah Tuhan-Tuhan mereka (Dajoun, B’al dan Ashtar).
Kendati bangsa Palestin telah berasimilasi dengan penduduk setempat namun
mereka telah memberikan wilayah ini dengan nama mereka sehingga terabadi namanya
menjadi Palestina.
Dari bukti-bukti komparatif historis
kelihatannya bahwa Musa A.S memimpin Bani Israel ke arah tanah yang suci ini
pada pertengahan terakhir dari abad ke 13 S.M atau masa akhir zaman Perunggu
Terakhir di mana permulaan zaman Besi merupakan zaman masuknya bangsa Yahudi ke
Palestina. Kemudian berdirinya kerajaan nabi Daud dan Sulaiman A.S pada tahun
1004-923 S.M yang terbagi menjadi keeerajaan Israel (tahun 923-722 S.M) dan
kerajaan Yahuda (pada tahun 923-586 S.M) yang masing-masing menguasai sebagian
kecil dari wilayah tanah Palestina. Dan sejak tahun 730 S.M, Palestina secara
umum tunduk di bawah kekuasaan Assyrian yang datang dari wilayah Iraq
hingga tahun 645 S.M kemudian kekuasaan ini diwarisi oleh orang Babilonia
samapi tahun 539 S.M. Bangsa Assyria dan Babilonia bergantian kekuasaan atas
wilayah Palestina dengan Mesir. Kemudian sesungguhnya Parsi menyerang palestina
dan memerintah di sana dari tahun 539-332 S.M. Palestina kemudian memasuki
zaman Helenisia Yunani yang dikuasai oleh Ptolemaik hinggal tahun 198 S.M
dan diikuti oleh Seleusias hingga tahun 64 S.M, periode di mana Romawi datang
dan mendominasi wilayah Palestina. Setelah pecahnya kekaisaran Romawi,
Palestina tetap berada di bawah naungan kekuasaan kekaisaran Romawi Timur
“Kekaisaran Romawi” di mana Konstantinopel menjadi ibukotanya hingga datangnya
Al Fath al Islami (kemenangan Islam). Setelah itu Islam yang memberinya nuasa
Arab dan yang Islami pada tahun 636 Masehi.
Seruan Kebenaran dan Perjalanan Para Nabi di Bumi
Suci :
Nabi Ibrahim A.S merupakan nabi pertama
yang kita ketahui bahwa mereka yang hidup di Palestina dan meninggal di sana. Ibrahim A.S adalah
bapak para nabi dan di antara keturunannya yang menjadi nabi seperti Ishak,
Yakkub, Yusuf, Ismail dan Muhammad (bagi mereka sebaik-baik selawat dan salam).
Nabi Ibrahim A.S –menurut apa yang
terdapat pada studi arkeologi—dilahirkan di “Uur” di wilayah Iraq. Hidup di sana untuk waktu yang
lama di mana ia menghancurkan patung-patung dan mengajak kaumnya kepada tauhid.
Ia menghadapi Raja Namrud dengan bukti-bukti. Mereka berupaya untuk membakarnya
sebagai siksaan baginya atau apa yang dikerjakan Ibrahim yang menghancurkan
patung. Maka api yang dipergunakan untuk membakarnya dijadikan Allah dingin dan
cara buat keselamatannya. Nabi Ibrahim berhijrah di jalan Allah bersama dengan
kemenakannya Luth dan berkata :
Artinya : “Dan Ibrahim berkata : “Sesungguhnya
aku pergia menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
(Al Saffat : 99)
Kelihatannya bahwa Ibrahim pada awalnya
berhijrah dan orang yang bersamanya ke wilayah Hurran (Al Raha) daerah yang
berlokasi di wilayah selatan Turki dan utara Syria dewasa ini. Dari sana ia berhijrah ke
tanah Kan’aan “Palestina”, Allah berfirman :
Artinya : “Dan Kami selamatkan Ibrahim
dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalain
manusia.” (Al Anbiyaa : 71)
Menurut estimasi para ahli sejarah
bahwa sesungguhnya kedatangannya di Palestina kira-kira pada tahun 1900 S.M.
Sejarah ini menurut sejarah kuno Irak merupakan zaman “Uur ketiga” di mana Iraq
diperintah oleh Samaritan. Ini juga merupakan permulaan zaman Babilonia kuno di
mana unsur-unsur Semit yang datang dari jazirah Arab “Ammonites” mendominasi di
sana.
Nabi Ibrahim A.S
mendiami Shecehm dekat Nablus.
Dari sana ia berpindah ke arah Ramallah dan Qud
melewat Al Khalil kemudian dengan Beer Sheba
di mana ia tinggal di sekitar sana
untuk beberapa waktu. Kemudian pergi ke Mesir yang mungkin bertepatan dengan
zaman keluarga ke sebelas atau dua belas dari Firaun Mesir. Ia kembali dari
Mesir ditemani oleh Hajar yang merupakan hadiah dari pemimpin di sana untuknya. Disebutkan
di dalam riwayat bahwa ia merupakan anak Firaun atau salah satu princess
di sana.
Kemudian ia kembali ke Palestina dan melalui bagian sebelah Ghaza di mana ia
bertemu dengan Abu Malek, pangeran Ghaza. Ia berjalan-jalan antara Beer Sheba dan Hebron,
lalu naik ke Al Quds. Adapun Luth A.S berpindah ke Selatan Laut Mati di mana ia
diutus menjadi Rasul untuk penduduk wilayah tersebut. Sementara Ibrahim tetap
tinggal di daerah pegunungan Al Quds dan Hebron.
Nabi Ibrahim (alaihissalam) mendapatkan anak yang lahir dari isterinya Hajar.
Kemudian setelah tiga belas tahun ia diberi anak lagi yang bernama Ishak dari
isterinya Sarah. Kelihatannya Ibrahim diberi anak-anak ketika di dalam usia
yang sangat lanjut. Hal itu dapat kita ketahui dari firman Allah dari lisan
Sarah :
Artinya : “Isterinya berkata :
“Seungguhn mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah
seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?.”
(Hud : 72)
Kelihatannnya nabi Ibrahim A.S datang
dan pergi ke Hijaz lebih dari sekali. Maka ia mendatangkan Ismail dan ibunya
Hajar ke kota
Mekkah dan kisah upaya (sa’i) Hajar antara bukit Shofa dan Marwah dan
memancarnya air zam-zam yang terkenal itu. Sesungguhnya Ibrahim kembali dan
dengan ditemani oleh Ismail ia membangun Ka’bah sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika
Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya
berdo’a) : “ Ya tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah : 127)
Namun pusat kediaman Ibrahim tetap di
Palestina dan di sana beliau meninggal dunia dan
dimakamkan di gua Al Makfeelah di dekat kota Hebron, kota
yang dinamakan dengan namanya. Disebutkan bahwa beliau meninggal dalam usia 175
tahun.
Nabi Ibrahim A.S pernah mengalami
pemerintah penguasa Jerussalam “Malaki Shadeq” yang kelihatannya merupakan
pengikut ajaran tauhid dan sahabatnya. Pada waktu itu orang-orang yang beriman
kepada Allah sangatlah sedikit dan jarang sekali. Rasulullah SAW menyebutkan
bahwa nabi Ibrahim berkata kepada isterinya Sarah ketika mendatangi salah satu
orang yang terkuat ketika itu : “Tidak ada orang yang beriman di muka bumi ini
kecuali aku dan kamu”. Ini jelas terjadi ketika mereka berangkan ke Mesir yang
dapat disimpulkan dari ayat di bawah ini :
Artinya : “Sesungguhnya Ibrahim
adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan
hanif.” (An Nahl : 120)
Yang penting sesungguhnya bapak para
nabi Ibrahim al Khalil adalah seorang rasul yang tergolong dalam kelompok
ulul ‘azmi (yang memiliki kemauan tinggi). Ia punya peranan dakwah dalam
menyebarkan risalah ketauhidan di Palestina di mana ia mendirikan masjid-masjid
dan membangun mihrab-mihrab untuk menyembah Allah di seetiap tempat ia
pergi. Yang jelas bahwa ia tidak punya masalah atau halangan dari penduduk
Palestina dan ia juga tidak dipaksa untuk meninggalkan wilayah tersebut karena
agama dan dakwahnya. Namun ia tetap tinggal di sana berpindah dengan bebas sehingga Allah
memanggilnya.
Adapun nabi Luth A.S, ia tinggal di
selatan laut mati di mana beliau diutus kepada desa “sodom” dan mereka
yang melakukan kekejian dengan jenis laki “sodomi”. Ia telah berupaya keras
untuk melarang, namun mereka menentang dan sombong. Maka akhirnya Allah balas
mereka dengan membalikkan desa mereka dan menghujamkannya ke bawah dan
mereka dihujani dengan batu dari tanah liat dari neraka yang sangat panas :
Artinya : “Dan (Kami juga telah
mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya
: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah
dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelumnya? Sesungguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada
wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui. Jawab kaumnya tidak lain
hanya mengatakan : “Usirlah mereka (luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu
ini : Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri.
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutinya kecuali isterinya; dia
termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada
mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
berdosa itu.” (An A’raf : 80-84)
Firman Allah :
Artinya : “Maka tatkala datang azab
Kami, Kami jadikan negeri kamu Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan),
dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan
bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh
dari orang-orang yang zalim.” (Hud : 82-83)
Al Quran
menegaskan bahwa Ibrahim A.S mengalami kehidupan Luth dan kehancuran kaumnya. Para malaikat datang kepadanya dan memberinya berita
gembira dengan Ishak dan menginformasikan kepadanya bahwa mereka dikirim untuk
menghancurkan kaum Luth. Lalu ia berkata :
Artinya : “Berkata
Ibrahim : “Sesungguhnya di kota
itu ada Luth.” Para malaikat berkata : “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di
kota itu. Kami
sungguh-sungguh akan menyelamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali
isterinya. Dai adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).”
(Al Ankabut : 32)
Dan beginilah Allah memberikan
pertolongan kepada hamba-Nya, Luth dan mensucikan tanahnya yang berkah :
Artinya : “Kota yang mengerjakan perbuatan keji.”
(Al Anbiyaa : 74)
Dan nabi Ibrahim A.S mendapat berita
gembira dengan Ishak agar orang setelahnya dapat membawa bendera tauhid dan
menyebarkannya di atas tanah ini dan supaya penyebaran cahaya Ilahi terus
berlanjut di sana.
Ishak hidup di bumi Palestina dan
mendapat anak yang diberi nama Yakub A.S “Israel” yang menurut anggapan
Yahudi merupakan bapak mereka. Ishak dan Yakub merupakan menara-menara menuju
hidaya setelah nabi Ibrahim A.S. Lihat penjelasan Al Qur’an dalam keterangan
singkat dan peringatannya :
Artinya : “Dan Kami telah memberikan
kepadanya (Ibrahim) Ishak dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami).
Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan
mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami
dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami-lah mereka selalu
menyembah.” (Al Anbiyaa : 72-73)
Nabi Yakub dilahirkan pada abad ke 18
S.M (kira-kira 1750 S.M) di palestina namun ia berimigrasi yang kelihatannya ke
wilayah Hurran “Ar Rahaa”. Ia kawin di sana
dan mendapat 11 anak yang di antaranya adalah Yusuf, tapi anaknya yang ke 12,
Benyamin dilahirkan di tanah Kanaan “Palestina”. Nabi Yakub dan anak-anaknya
kembali ke Palestina dan bermukin di Saar” dekat Hebron (Al Kholil). Kisahnya dan kisah
anaknya Yusuf yang terkenal terdapat di dalam Al Qur’an secara terperinci.
Kisah yang menceritakan konspirasi saudara-saudara Yusuf atas dirinya dan
menjatuhkannya ke dalam sumur. Lalu ia ditemukan oleh kafilah dan menjualnya di
Mesir. Di sana
ia tumbuh menjadi dewasa dan berdo’a kepada Allah. Ia tegar menghadapi fitnah
wanita dan bersabar di dalam penjara sehingga Allah memuliakannya untuk
diletakkan di dalam golongan orang-orang petinggi Mesir setelah keberhasilannya
mentakwil (interpretasikan) mimpi dan ketidakberdosaannya. Kemudian
sesungguhnya Yusuf mengundang bapak dan saudara-saudaranya untuk datang ke
Mesir di mana Allah kembalikan penglihatan Yakub setelah menderita kebutaan
pada kedua matanya karena berpisah dengan Yusuf. Sebagaimana ia juga memaafkan
kesalahan saudara-saudaranya. Sebagian riwayat mengatakan bahwa Yakub hidup di
Mesir selamat 17 tahun namun ia dikubur dekat kakek Ibrahim dan bapaknya Ishak
di Hebron.
Nampaknya periode kehidupan Yakub dan
anak-anaknya di Mesir adalah zaman berkuasanya Hoksys di sana (1774 S.M-1567 S.M); kekuasaan mereka
merupakan dua keluarga dari 15 dan 16 keluarga yang berkuasa di Mesir dan
mereka bukanlah orang pribumi. Kendati demikian kelihatannya bahwa Yusuf dan
saudara-saudaranya , anak-anak Yakub (Israel) menikmati kebebasan bekerja
dan ibadah di Mesir dan mereka berperan dalam dakwah kepada tauhid. Namun hal
ini tidak dapat berlanjut dan berubah pada generasi berikutnya. Bani Israel
terperangkap dalam siksaan Firaun hingga akhirnya Allah SWT mengutus Musa A.S
kepadanya untuk menyelamatkan kaum ini ke tanah Palestina.
bersambung ...................
No comments:
Post a Comment