Bani Israel
setelah Musa A.S :
Bani Israel pada waktu itu adalah
pengikut kebenaran dan pembawa bendera tauhid dan Firaun Mesir merupakan orang
yang sombong dan congkak yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Ia melakukan
kerusakan dan menyinksa Bani Israel dengan menyembelih anak-anak mereka dan
tetap membiarkan anak-anak wanita :
Artinya : “Sesungguhnya Fai’aun
telah berbuat sewenang-wenagn di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah
belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki
mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al Qasas : 4)
Nabi Musa dilahirkan dalam iklim
seperti ini dan dididik dalam rumah Firaun dengan planning Allah (tadbiir
rabbani) yang sangat sempurna. Dan kisah Musa, perkembangan masa kecilnya,
dakwah beliau kepada Firaun dan keluarnya ia bersama Bani Israel serta kehancuran
Fir’an merupakan kisah yang sudah sangat dikenal orang.
Sudah merupakan takdir Allah SWT untuk
memberikan tanah Palestina di waktu itu kepada kelompok yang beriman kepada-Nya
:
Artinya : “Dan Kami hendak memberi
karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak
menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang yang mewarisi (bumi),
dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan
kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawartikan
dari mereka itu.” (Al Qasas : 5-6)
Nabi Musa telah diutus kepada Fir’aun
dengan perintah ini dengan dibantu oleh saudaranya Harun yang juga diutus
sebagai seorang rasul :
Artinya : “Dan Musa berkata : “Hai
Fir’aun, sesungghnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam,
wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak.
Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu,
meka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku.” (Al A’raf : 104-105)
Namun Firaun enggan dan bersikap
sombong serta tidak mempercayai ayat-ayat dan mukjizat yang dibawa Musa. Para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Firaun percaya
kepada dakwah yang dibawa oleh Musa dan ingkar kepada Firaun. Namun
kelihatannya mereka yang telah memperlihatkan keimanan mereka dan bergabung
dengan Bani Israel terbatas dari pemuda-pemuda dari Bani Israel. Iman mereka
bercampur dengan rasa takut yang mendalam kepada Firaun dan menghantui mereka
yang mungkin akan menyiksa.
Artinya : “Maka tidak ada yang
beriman kepada Musa, malinkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan
takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka akumnya akan menyiksa mereka.
Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya
dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (Yunus : 83)
Kemudian Musa A.S
memimpin orang-orang yang beriman di antara kaumnya menuju arah timur, maka
mereka dikejar oleh Firaun dan bala tentaranya. Dan terjadilah kisah pembelahan
laut dan akhirnya Allah selamatkan Bani Israel dan Firaun serta tentaranya
dibinasakan di tengah laut.
Artinya : “Lalu
Kami wahyukan kepada Musa : “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah sepertia gunung yang besar.
Dan di sanalah kami dekatkan golongan yang lain. Dan Kami selamatkan Musa dan
orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain
itu.” (Asy Syu’ara : 63-66)
Di sini kita
berusaha untuk mencermati beberapa pendapat dan riwayat-riwayat yang bersifat
sejarah yang muncul. Bahwa jumlah mereka yang keluar bersama Musa dari Mesir
itu berkisar antara 6 ribu saja atau 15 ribu pada sebagai riwayat lainnya. Dari
perspektif sejarah, peristiwa ini kelihatannya terjadi pada abad ketiga belas
sebelum Masehi. Secara definitif bahwa hengkangnya bani Israel dari
Mesir diperkirakan pada sepertiga terakhir dari abad itu. Periode di mana waktu
itu Mesir dibawah kekuasaan “Ramses Dua” yang dikenal pada abad ini dengan
sebut “Ramses Kedua”. Dengan kekuatan Allah SWT, jasad Firaun ini dapat
disaksikan di salah satu museum Mesir. Dan ini yang mengingatkan kita akan
firman Allah SWT :
Artinya : “Maka
pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagti
orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Yunus : 92)
Dan setelah Allah
menyelamatkan Bani Israel, maka datanglah masa di mana Musa dan Harun harus
menderita hidup bersama dengan mereka. Muncullah karakteristik-karakteristik
mereka yang kurang baik yang timbul dari lemahnya iman, bodoh dan rasa takut.
Setelah mampu menyeberangi laut, mereka langsung mendatangi masyarakat yang
secara keseluruhan menyembah patung, mereka berkata :
Artinya : “Bani
Israil berkata : “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala)
sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” (Al A’raf : 138)
Kemudian ketika
Musa pergi ke suatu tempat untuk bertemu Allah, kaumnya berubah menyembah anak
sapi (al ‘ijl) kendati Harun tetap berada di sisi mereka.!!!
Artinya : “Dan
kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Tur membuat dari
perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh bersuara.” (Al
A’raf : 148)
Artinya : “Maka
mereka berkata : “Inilah Tuahmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa.” (Thaha
: 88)
Mereka hampir saja
membunuh Harun ketika melarang kekafiran mereka ini dan ini yang dikatakannya
kepada saudaranya Musa :
Artinya : “…sesungguhnya
kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku,” (Al
A’raf : 150)
Dan banyak lagi
sikap-sikap lain.
Kemudian Musa
memimpin Bani Israel ke arah tanah suci dan berkata kepada mereka :
Artinya : “Hai
kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu
menjadi orang-orang yang merugi.” (Al Maidah : 21)
Namun mereka tetap
saja bersikeras untuk memilih kemurtadan dan berpaling!!!
Artinya : “Mereka
berkata : “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah
perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke
luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan
memasukinya.” (Al Maidah : 22)
Nasehat sudah
tidak bermanfaat, mereka tetap saja ingkar :
Artinya : “Mereka
berkata : Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya,
selagi mereka da di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan
berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”
(Al Maidah : 24)
Sayed Qutub
(Allah yarhamuhu) mengomentari sikap Bani israel ini dan berkata :
"إن جبلة يهود
لتبدو هنا على حققيقتها، مكشوفة بلا حجاب ولو رقيق من التجمل...إن الخطر ماثل
قريب؛ ومن ثم لا يعصمهم منه حتى وعد الله لهم بأنهم أصحاب الأرض، وأن الله قد
كتبها لهم، فهم يريدونه نصرا رخيصا، لا ثمن له، ولا جهد فيهن نصرا مريحا يتنزل
عليهم تنزل المن والسلوى!"....."وهكذا يخرج الجبناء فيتوقحون، ويفزعون
من الخطر أمامهم...هكذا في وقاحة العاجز لا تكلفهم وقاحة اللسان إلا مد
اللسان..."
Artinya :
“Sesungguhnya tabiat ril orang Yahudi benar-benar termanifestasi
di sini tanpa indikasi bahkan sedikit upaya untuk menyembunyikannya. Mereka
merasakan bahwa bahaya memang dekat dan sekali mereka berkonfrontasi, maka
tidak ada yang akan memproteksi mereka. Bahkan janji Allah kepada mereka bahwa
mereka akan menjadi pemilik tanah dan Allah telah suratkan mereka untuk itu.
Mereka inginkan itu tanpa biaya, tanpa usaha dan kemenangan yang mudah
diberikan kepada mereka seperti Manna (hadiah yang mewah) dan salwaa (sejenis
burung)…Dan begitulah para orang-orang penakut yang sudah tidak punya rasa
malu, dan mereka takut dari marabahaya yang ada di depan mereka. Dan inilah
kondisi ketidakberdayaan orang yang lemah yang tidak dibebani oleh insolensi
lidah kecuali dengan kesombongan….”
Mereka berkata
dalam firman Allah : “…dan berperanglah kamu berdua,” (Al Maidah :
24)
Allah tidak akan
diakui menjadi Tuhan mereka kalau memang ketuhanannya akan menyuruh mereka
untuk berperang!…
Dan menyudahi
perkataan mereka dengan : “Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini
saja.” (Al Maidah : 24)
Mereka tidak
menghendaki kedaulatan, kebanggaan atau tanah yang dijanjikan karena hal
tersebut menuntut mereka untuk harus memerangi orang-orang yang terlalu
perkasa! Dan itulah perjalanan terakhir Musa A.S, akhir dan batas upaya keras
yang luar biasa untuk mengarungi perjalanan yang jauh dan humiliasi yang
berlanjut, malapetaka dan penyelewengan yang dilakukan oleh Bani Israel.”
Musa sangat
menderita, ini yang mendorongnya untuk kembali kepada Tuhannya :
Artinya : “Berkata
Musa : “Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (Al
Maidah : 25)
Dan Allah kabulkan
permintaan nabi-Nya :
Artinya : “Allah
berfirman : “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas
mereka selama empat puluh tahun. (Selama itu) mereka akan berputar-putara
kebingungan di bumi (padang
Tih) itu. Maka janglah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang
fasik itu.” (Al Maidah : 26)
Kemudian Allah
mendekritkan bahwa mereka harus ditinggalkan untuk berkelana dalam kebingungan
di tengah keganasan setelah mereka hampir berada di depan pintu-pintu tanah
suci. Dan kelihatannya Allah telah mengharamkan generasi Bani Israel ini tidak
diperbolehkan untuk melihat tanah sudi ini hingga generasi berikutnya dengan
kekuatan yang tumbuh pada mereka dari kerasnya kehidupan padang pasir. Maka generasi ini “telah
dirusak oleh kehinaan, perbudakan dan persekusi saat hidup di Mesir yang tidak
cocok untuk sebuah kehidupan yang mulia ini.”
Musa A.S meninggal
dunia sebelum dapat memasuki tanah yang suci dan di dalam hadist Rasulullah SAW
yang muttafaq ‘alaihi yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah bahwa
Rasulullah bersabda bahwa sesungguhnya nabi Musa ketika hendak menghembuskan
nafas terakhirnya berkata :
"رب أدنني من الأرض المقدسة رمية بحجر"
“Ya Allah
dekatkanlah aku kepada tanah suci hingga berjarak lemparan batu”.
Dan Rasulullah
bersabda :
"والله لو أني عنده لأريتكم مكان قبره إلى جنب الطريق عند
كثيب الأحمر"
“Demi Allah!
Kalau saja saya dekatnya saya akan memperlihatkan kepadamu tempat makamnya di
samping jalan dekat bukit yang berwarna merah”.
Bani Israel memasuki Tanah Palestina :
Setelah generasi
baru tumbuh dan bertahun-tahun perkelanaan dalam keganasan gurun pasir
berakhir, bani Israel
dipimpin oleh nabi mereka yaitu Joshua bin Noon, A.S. Yahudi memanggil mereka
dengan Yashou”. Dia menggantikan Musa untuk memimpin mereka yang menyeberangi
sungai Jordan bersama-sama
pada tahun 1190 S.M. Lalu mereka dapat menaklukkan musuh-musuh mereka dan
menduduki kota Jericho. Kemudian ia mengomando mereka untuk
menginvasi A’ai, dekat Ramallah dan berusaha untuk menaklukkan Jerussalam
namun usaha ini gagal karena jumlah Yahudi yang terlalu sedikit.
Sehinggal hal ini tidak memungkinkan mereka untuk menyebar, menduduki dan
mengontrol seluruh wilayah. Sesuatu yang kita ketahui tentang Joshua datang
dari hadits Rasulullah SAW (selawat dan salam kepada beliau) yang mengatakan
bahwa di saat Joshua berhadapan dengan musuhnya di medan pertempuran, peristiwa itu berlangsung
hingga terbenamnya matahari. Ia berdoa kepada Allah agar supaya matahari tidak
terbenam terlebih dahulu hingga peperangan itu usai dengan kemenangannya. Maka
Allah kabulkan doanya dengan menunda matahari terbenam hingga Joshua
memenangkan peperangan.
Kepemimpinan
Yahudi setelah Joshua dipegang oleh para pemimpin yang dikenal dengan “para
hakim” (judges). Periode mereka ini dikenal dengan “zaman para hakim” (the time
of the judges) yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Kendati mereka berusaha
keras untuk mereformasi kaum ini namun masa ini terus mengabadikan chaos,
pemberontakan, malapetaka, perselisihan dan dekadensi moral serta agama secara
umum pada generasi Bani Israel yang berlangsung lebih kurang 150 tahun. Ketika
itu mereka berdiam di wilayah datang tinggi di sekitar kota Jerussalem (Al Quds) dan wilayah datar
bagian selatan Palestina.
Di saat Bani
Israel menyadari kondisi mereka yang kian memburuk, para pemimpin di antara
mereka meminta kepada salah satu nabi (yang dipanggil Samuel) untuk menunjuk
raja bagi mereka yang mungkin dapat memimpin untuk berperang di jalan Allah.
Namun, nabi mereka, yang telah mengenal watak mereka :
Artinya : “(nabi
mereka menjawab) : “Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu
tidak akan berperang.” Mereka (menjawab) : “Mengapa kami tidak mau
berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung
halaman kami dan dari anak-anak kami?”. Maka ketika perang itu diwajibkan atas
mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka.”
(Al Baqarah : 246)
Nabi mereka
mengatakan bahwa Tuhan telah menunjuk bagi mereka Talut sebagai raja. Tapi
mereka menentang karena mereka : “Padahal kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan daripadanya.” (Al Baqarah : 247)
Bahwasanya dia : “Sedang
dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?”. (Al Baqarah : 246)
Nabi mereka
berkata bahwa Tuhan telah memilihnya di atas kapasitas mereka dan diberi
pengetahuan yang luas dan punya kekuatan fisik yang prima.
Talut, seorang
pemimpin yang beriman kini memegang puncuk kepimpinan bani Israel yang berlangsung pada tahun 1025 S.M. Narasi-narasi Israel (Israiliyyaaat) menamakannya
dengan “Shauel”. Allah menguji pengikut-pengikutnya; mereka diperintahkan untuk
tidak meminum air dari aliran tertentu. Namun mereka gagal mematuhinya walau hanya
dengan ujian yang sederhana itu :
“Kecuali
menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya
kecuali beberapa orang di antara mereka.” (Al Baqarah : 249)
Jumlah sedikit
yang lulus di dalam ujian pertama itu tidak dapat melalui tes berikutnya dengan
baik ketika mereka menyaksikan Jalut dan pasukannya. Lalu mereka berkata :
“Tak ada
kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” (Al
Baqarah : 249)
Hanya sedikit
sekali kelompok yang masih beriman dan berperang dengan gigih sampai akhirnya
Allah berikan mereka kemenangan, di manan nabi Daud A.S –yang masih muda--
dapat membunuh Jalut dalam peperangan ini dengan ketapel batu (senjata perang
kuno).
Sejarah Talut
tidak begitu jelas. Namun, narasi Israeliyaat menyebutkan bahwa sekitar tahun
1004 S.M, pasukan palestina mengalah Talut “ Shauel” di peperangan “Galobou”.
Mereka dapat membunuh tiga bani ini, yang memaksanya untuk melakukan aksi bunuh
diri, memotong kepalanya dan memaku badanya sebagaimana itu juga dilakukan oleh
anak-anaknya pada dinding kota Bashan.
Bab baru dalam
sejarah Bani Israel telah terbuka di bawah pemerintahan Daud A.S. Ia
menggantikan Talut pada tahun 1004 S.M. Ajaran tauhid tersebat di seluruh
wilayah tanah suci. Nabi Daud dianggap sebagai pendiri yang ril bagi kerajaan
Bani Israel di palestina. Yahudi pada periode sebelum ini hanya dapat menguasai
sebagian kecil wilayah Palestina dan terbatas sekali. Zaman yang disebut dengan
“zaman para hakim” hanya berlalu dengan semaraknya peperangan sporadik antara
kabilah-kabilah kecil. Setiap kabilah hampir tidak pernah dapat mempertahankan
wilayah tanah yang telah diduduki. Nabi Daud A.S dilahirkan di Bethlehem. Kekuasaannya berlangsung 40 tahun
dari kira-kira tahun 1400 S.M sapai 963 S.M. Pada awal mulainya, ibukota
pemerintahannya adalah “Hebron” (Al Khalil), ia berdiam di sana selama 7 tahun.
Jadi sekitar tahun 995 S.M ia menduduki Jerussalam dan memindahkan ibukotanya
di sana. Ia
mengerahkan seluruh balatentaranya untuk memerangi orang-orang yang tidak
beriman in tanah suci ini hingga ia mampu untuk menaklukkan mereka pada tahun
990 S.M. Ia mampu untuk memaksa Damascus untuk membayar pajak tanah
(land-taxes) dan menaklukkan Muabis, Edomis dan bangsa Ammonites. Pada periode
itu, para pengikut ajatan tauhid untuk pertama kali dalam sejarah kala itu
untuk mendominasi sebagian besar wilayah Palestina. Tapi, yang paling mungkin,
bahwa tapal batas kerajaan Daud tidak terhubungkan dengan laut kecuali pada
tempat dekat Yoya (Jaffa).
Tapal batas kerajaan Israel
pada puncak keemasannya berjarak dengan panjangnya 120 mil dan lebarnya 60 mil.
Arealnya tidak lebih dari 1.200 mil persegi (square miles)---20 ribu km2 yang
kira-kira 7 ribu km2, kurang dari wilayah Palestina yang ada sekarang.
Bangsa Yahudi
mengontrol wilayah dataran tinggi, namun mereka gagal untuk menguasai
wilayah-wilayah datar (plains) khususnya sebagian besar daerah pesisir
Palestina yang merupakan bagian yang belum pernah dikuasai oleh kerajaan mereka
sepanjang riwayatnya sama sekali.
Kalau memang
Yahudi kontemporer berbangga dengan Daud A.S dan mengasumsikan diri mereka
sebagai penggerek benderanya dan mewarisi kebesarannya. Tetapi sesungguhnya
umat Islam menganggap diri mereka lebih berhak dengan Daud A.S dibanding dengan
Bani Israel. Karena mereka mengimaninya sebagai nabi dari nabi-nabi Allah,
mencintai dan menghormatinya. Mereka bangga dengannya karena ia telah berhasil
mendirikan negara iman yang berdiri di atas fondasi tauhid di Palestina. Dan
mereka adalah orang-orang yang kini berjalan di atas jalannya dengan membawa
bendera tauhidnya setelah mengundurkan diri, menjadi kafir, menyekutukan Allah
SWT dan mengingkari janji-janji mereka dengan Allah.
Kita ketahui dari
Al Qur’an bahwa Allah SWT telah menganugerahkan kepada nabi Daud A.S suatu hikmah
dan diturunkan kepadanya kitab suci Zabur. Ia juga diberikan kerajaan yang
kuat. Bahwa gunung-gunung dan burung-burung bersama-samanya memuji dan berzikir
kepada Allah ketika ia menyanyikannya dengan khusyu’ dan suaranya yang
menyentuh : (S.XXXVIII :17-20)
Artinya : “…dan
ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat
(kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih
bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, dan (Kami tundukkan pula)
burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat ta’at kepada
Allah. Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” (Saad : 17-20)
Firman Allah SWT :
(S.XXXVIII ; 26)
Artinya : “Hai
Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan jangnlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.”
(Saad : 26)
Allah telah berikan
Daud mukjizat yang dapat melembutkan besi bagaikan lilin atau adonan yang dapat
dibentuk sesuka hati tanpa harus dipanaskan di api. Walau ia diberikan kerajaan
namun ia tetap saja kerja keras dan tidak memakan kecuali dari hasil jerih
payahnya sendiri. Ia telah mengembangkan produksi persenjataan baju besi pada
zamannya. Ketika baju besi ini telah jadi yang terbuat dari besi yang kuat,
namun itu terlalu berat digerakkan oleh prajurit dan manuvernya terganggu.
Kemudian Allah membimbing Daud untuk membuatnya dari rantai besi yang diikat
satu sama lain. Itu tidak mengganggu manuver prajurit dan juga tidak memberi
ruang panah untuk menembus.
Sebagaimana firman
Allah : “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu,
guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah).” (Al Anbiyaa : 80)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman)
: “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ualgn bersama
Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang
besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh.
Sesungguhynya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (Saba’
: 10-11)
Nabi Sulaiman A.s
mewarisi bapaknya Daud dalam bidang ilmu, hikmah dan kenabian. Menurut
riwayat-riwayat bahwa nabi Sulaiman tergolong dalam salah satu dari 19 anak
Daud. Sulaiman dilahirkan di Jerussalem dan pemerintahannya di tanah yang
berkah ini berlangsung sekitar 40 tahun (963-923 S.M).
Allah telah
anugerahkan kepada Sulaiman kerajaan yang tidak pernah ada setelah itu. Allah
telah jadikan bangsa jin tunduk berkhidmat kepadanya sebagaimana angin juga
tunduk dibawah komandonya. Sulaiman terkenal dengan hikmah, keadilan, kekuatan
dan kekuasaannya. Sebagaimana Allah telah ajarkan kepadanya bahasa bangsa
burung dan binatang.
Tentu apa yang
menjadi kelebihan nabi Sulaiman merupakan mukjizat rabbaniyyah yang
dianugerahkan kepadanya sebagai bukti atas kenabiannya. Palestina telah dianugerahi
dengan pemerintahan imani yang penuh dengan kemukjizatan yang didukung oleh
balatentara jin, manusia, burung dan angin. Allah muliakan Sulaiman dengan
mukjizat yang bisa mengalirkan tembaga yang dapat mengalir bagaikan mata air
yang memercik dari bumi. Kerajaan ini telah menyaksikan dinamika pembangunan,
kemajuan yang pesat sebagaimana kekuasaannya membentang sampai ke Sabaa di
wilayah Yaman.
Kisah Sulaiman
terdapat di dalam Al Qur’an dalam jumlah yang berkali-kali sebagai indikasi
atas ilmu, kerajaan dan kenabiaannya. Firman Allah tentang nabi ini sebagai
berikut :
Artinya : “Ia
berkata : “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang
tidak dimiliki oleh juapun sesudahku, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha
Pemberi”. Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik
menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya)
syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang
terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (kepada orang
lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertangungan jawab. Dan
sesungguhnya dia mempunya kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat
kembali yang baik.” (Saad : 35-40)
Allah berfirman :
Artinya : “Dan
Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata : “Hai manusia, kami telah diberi
pengertian tentang suara burung dan akmi diberi segala sesuatu. Sesungguhnya
(semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.” Dan dihimpunkan untuk
Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan
tertib (dalam barisan).” (Al Naml : 16-17)
Allah SWT
berfirman : (S.XXXIV : 12-13)
Artinya : “Dan
Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama
dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan
perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan
sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya)
dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah
Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu berbuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di
atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-ku yang berterima kasih.” (Saba’ : 12-13)
Allah SWT
berfirman :
Artinya : “Dan
(telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang
berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan
adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Anbiyaa : 81)
Dari hadits-hadits
Rasulullah SAW dapat kita simpulkan bahwa nabi Sulaiman memiliki kekuatan fisik
yang prima dan merupakan orang yang sangat menyenangi perang di jalan Allah
serta beristeri banyak. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda
:
"قال سليمان : لأطوفن الليلة على تسعين، وفي رواية : بمئة
امرأة، كلهن تأتي بفارس يجاهد في سبيل الله، فقال له الملك : قل إن شاء الله، فلم
يقل ونسي فطاف عليهن، فلم تحمل منهم غلا امرأة واحدة جاءت بشق رجل، وأيم الذي نفس
محمد بيده لو قال : إن شاء الله لجاهدوا في سبيل الله فرسانا أجمعون"
“Sulaiman
berkata : pada waktu malam saya mesti keliling (menggilir) sembilan puluh
isteri. Dan dalam riwayat : dengan seratus isteri. Masing-masing mereka
didatangi oleh penunggang kuda yang berjihad di jalan Allah. Maka berkata kepadanya
salah satu malaikat : Katakanlah insya Allah, namun ia tidak menyebutkannya dan
lupa, ia berkeliling mendatangi isteri-isterinya. Maka tidak ada isterinya yang
hamil kecuali satu saja dan itupun dengan susah payah. Dan demi yang
berkuasa atas jiwa Muhammad kalau saja ia katakan : insya Allah niscaya mereka
berjihad di jalan Allah dengan menunggang kuda semua.”
Kematian nabi
Sulaiman merupakan tanda dari tanda-tanda Keagungan Allah SWT dan pelajaran
bagi manusia dan jin bahwa bangsa jin itu tidaklah mengetahui sesuatu yang
ghaib. Karena sesungguhnya nabi Sulaiman berdiri shalat dalam mihrab dalam
posisi bersandar pada tongkatnya. Namun ia meninggal dalam keadaan seperti itu
dalam waktu yang cukup lama sementara jin bekerja keras tanpa mengetahui kematiannya
hingga akhirnya ulat-ulat kecil memakan tongkatnya. Akhirnya ia terjatuh ke
tanah. Allah berfirman :
Artinya : “Maka
tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan
kepada mereka kamatiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka
tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui yang gaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang
menghinakan.” (Saba’ : 14)
Kerajaan Israel dan Judah :
Pemerintahan Daud
dan Sulaiman berlangsung lebih kurang 80 tahun yang merupakan zaman keemasan
pemerintahan yang berdiri di bawah payung tauhid dan iman atas Palestina
sebelum kedatangan Islam.
Yahudi setelah
Negara Sulaiman A.S :
Setelah kematian
Sulaiman, kerajaannya terpecah menjadi dua bagian yang berdiri dari dua negara
yang terpisah yang kerap saling menyerang dari waktu ke waktu. Masing-masing
menderita kerusakan internal, kelemahan militer dan politik serta pengaruh
asing. Ketika Sulaiman meninggal dunia, representatif 12 kabilah Bani
Israel mengadakan pertemuan di Shechem (dekat Nablus) untuk mengangkat Rehbe’am bin
Sulaiman sebagai raja. Namun, menurut beberapa riwayat, bahwa para utusan dari
10 kabilah bersepakat untuk tidak mengangkatnya karena ia tidak menjanjikan
mereka untuk menurunkan pembayaran pajak. Sebaliknya, mereka memilih “Yarba’am”
yang berasal dari kabilah Ephraim sebagai raja baru dan menyebut kerajaan
mereka dengan sebutan “Israel”.
Mereka tetapkan Shechem sebagai ibukota mereka (yang kemudian disebut dengan
Tarzah dan Samaria).
Pengganti raja ini
adalah Akhab yang berkuasa dari tahun 874 S.M sampai 852 S.M. Ia mengizinkan
isterinya yang bernama “Isabel”, anak raja Sidon dan Ture, untuk mengikuti
ibadah penyembahan Tuhan orang Phoenis yaitu “Ba’al” yang konsekuensinya
memancing sebuah revolusi yang dikepalai oleh seorang aparat yang bernama
“Yaho” yang berhasil menggulingkan “Akhab” dan dapat merestorasi peribadatan
kepada “Yahweh”.
Pada periode
“Yab’am kedua” dari tahun 785 S.M hinggal 745 S.M, ia merupakan generasi ketiga
dari keturunan Yaho, kerajaannya meluas ke arah utara yang harus menggusur
orang-orang Aramaian. Tapi situasi ini tidak berlangsung lama karena munculnya
raja Assyria “Tajilat Blissr ketiga” (745
S.M-727 S.M) berhasil untuk mengakhiri ekspansi kerajaan tersebut. Penggantinya
adalah “Shillmanasar kelima” dan setelah itu adalah “Sarjon kedua” dapat
memberikan pelajaran kepada Joshua, yang merupakan raja terakhir dari Bani
Israel. Mereka berhasil menghancurkan kerajaannya pada tahun 721 S.M. Kemudian
bangsa Arssyrian ini berhasil memindah Bani Israel ke wilayah Haran, Khabour,
Kurdistan dan Persia serta menempatkan orang-orang Aramaian sebagai pengganti
Bani Israel yang sudah hengkang. Kelihatannya orang-orang Israel yang terusir sudah bercampur baur dengan
penduduk jiran di pengungsian secara sempurna sehingga tidak ada jejak
kesepuluh kabilah Israel
tersebut yang dapat diselusuri.
Menurut sumber
Israeliyyaat, (yang harus dipertimbangkan secara hati-hati dan teliti karena
kita tidak memiliki apa yang mementahkan dan membuktikan kebanyakan dari apa
yang dimuat) pada pemerintahan Yarba’aam bin Sulaiman (923-916 S.M) telah
tersebar ibadah berhala, kerusakan moralitas bangsa dan semaraknya sodomi.
Ketika ia digantikan oleh anaknya yang bernama Abyam, (915-913 S.M) kondisi
moralitas bangsa masih rusak. Di waktu “Yhoram bin Yahoshfat berkuasa (849-842
S.M) ia telah membunuh enam saudaranya bersama dengan kelompok dari para
pemimpin suatu kaum. Adapun Youhaz bin Yatam (735-715 S.M) disebutkan bahwa
hatinya sangat terpikat dengan kecintaan pada berhala-berhala. Bahkan ia
mengorbankan anak-anaknya di pelataran penyembelihan yang dipersembahkan kepada
berhala dan membiarkan dirinya terkekang dan menjadi budaknya hawa nafsu dan
kenakalan. Mansi bin Hazqiya, yang memerintah dari tahun 687-642 S.M, telah
menggiring masyarakatnya untuk berpaling dari menyembah Tuhan dan mendirikan
tempat-tempat ibadah berhala buat mereka.
Hal demikian
bukanlah sesuatu yang aneh bagi Bani Israel. Maka itu yang menjadi moralitas
mereka ketika bersama Musa A.S. dan ini yang turut bersaksi. Sebagaimana Al
quran mensinyalir bahwa mereka telah merubah, mengganti dan menyelewengkan
firman Allah serta membunuh para nabi. Sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Sesungguhnya
Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada
mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan
membawa apa yang tidak dingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari
rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.” (Al
Maidah : 70)
Sejarah berbicara
bahwa mereka telah membunuh nabi Haziqual karena ia melarang seorang dari hakim
dari perbuatan mungkar. Raja Mansi bin Hazqiya membunuh nabi Ashiya bin Amous.
Ia memerintahkan untuk menggantungnya di atas dahan pohon karena nabi tersebut
telah menasehati dan memberikannya wejangan. Yahudi juga membunuh nabi Armiya
dengan cara melemparinya dengan batu karena ia mengutuk mereka yang telah
berbuat kemungkaran.
Kerajaan Judah
kelihatannya sudah terserang oleh faktor-faktor kelemahan, sebagaimana ia juga
terjerumus ke dalam pengaruh asing sejak lama. Ini yang menyebabkannya terus
diserang dan mengalami kekalahan berulang kali sehingga membuat para musuh
dengan mudah dapat memasuki Jeerussalam. Sheshaq, salah satu Firaun Mesir,
memasuki Jerussalem dan mengambil kekuasaan atasnya pada masa akhir abad ke 10
S.M.
Bangsa Palestina
dan Arab juga menyerang Jerusalem
pada periode pemerintahan Yahoram (849 S.M-842 S.M). Mereka dapat masuk dan
menduduki istana Yahoram serta menangkap anak-anak dan isteri-isterinya. Adapun
raja Hazqiya (715-685 S.M) ia harus dengan terpaksa mendeklarasikan penyerahan
diri kepada raja Assyrian, Sarjon Kedua, setelah berhasil mengalahkan kerajaan Israel. Mansi
bin Hazqiya juga harus membayaar pajak kepada Assyrhadon dan Assyrbanybal, yang
merupakan dua raja Assyria. Orang-orang
Assyaria mengikat raja ini dengan rantai yang terbuat dari tembaga dan
mengirimnya ke Babiloni. Kemudai dia kembali ke Jerusalem
dan meninggal di sana.
Pada masa pemerintahan
Yoshyia bin Amon (640 S.M-609 S.M), Nackhaw Mesir hanya berkuasa tiga bulan.
Yoshyia menangkapnya dan mengirimkan kembali ke Mesir dan meninggal di sana. Ia digantikan oleh
Yahoyaqim bin Yashia (609 S.M-548 S.M). Penguasa ini telah mengeksploitasi
raksi dengan berbagai pajak untuk dibayarkan kepada petingginya di Mesir dan
kembali menyembah berhala. Pada masa kekuasaan Yahoyaqim, Buchadnezzr Babylonia
berhasil mengalahkan Nackhaw Mesir, di selatan Syria pada tahun 605 S.M dan
terus merayap hinggal akhirnya dapat memasuki Jerusalem. Di sana ia dapat menaklukkan Yahoyaqim,
mempermalukannya dan memaksakan negaranya untuk menyerah di bawah kekuasaannya.
Dan ketika Yahoyaqim memberotak melawan Buchadnezzar, pendatang dari Babylonia
ini terus memasuki Jerusalem
bersama balatentaranya dan berhasil mengikat Yahoyaqim dengan rantai dari
tembaga hingga akhirnya meninggal dunia.
Ketika Yahoyaqim
berkuasa dari tahun 598 S.M-597 S.M, Nebuchadnezzer, atau Buchadnezzar,
mengepung Jerusalem.
menangkap raja dan keluarganya, pemimpin Yahudi dan sekitar 10 ribu dari
populasinya, yang lebih dikenal dengan tahanan pertama. Mereka juga menjarah
beberapa harta karun yang berada di candi dan mengirimnya ke Babilon. Maka dari
itu, Nebuchanezzar menunjuk Sodkiya bin Yoshyia (597 S.M-586 S.M) yang diambil
sumpah setia kepadanya. Namun Sodkiya, saat menjelang hari-hari akhir rezimnya,
memberontak melawan orang-orang Baylonia yang kembali maju terus memasuki
Jerusalem dan mengepungnya hinggal 18 bulan sampai akhirnya mereeka menyerahkan
diri. Nebuchanezzar membumihanguskan Jerusalem.
Ia ratakan tempat-tempat ibadah yang ada, menjarah kekayaan dan harta karun,
menangkap sekitar 40 ribu Yahudi dan mengirim mereka ke Babylonia yang dikenal
dengan sebutan tahanan Bobylonia kedua. Orang Yahudi yang tersisa akhirnya
berimigrasi ke Mesir, termasuk nabi Arimyah. Kerajaan Judah jatuh
pada tahun 586 S.M.
Kitab Talmud
mencatat bahwa kejaatuhan dan kehancuran negara Yahudi tidak mungkin terjadi
kecuali dikarenakan oleh dosa-dosa Bani Israel yang telah mencapai puncaknya.
Akhirnya dosa-dosa itu terlalu membebani Tuhan yang maha Agung. Ketika mereka
menolak untuk mendengarkan nasehat Arimyah dan peringatannya, serta setelah
penghancuran canti, nabi Arimyah berceramah di depan Nebuchadnezzar dan Chaldea. Ia berkata :
“Hendaknya kamu
tidak hanya berpikir bahwa hanya dengan kekuatanmu saja kamu dapat mengalahkan
orang-orang pilihan Allah ini; tapi sesungguhnya itu karena dosa-dosa mereka
yang sangat memalukan ini yang menggiring mereka terjerumus dalam azab”.
Kitab Taurat
mensinyalir bahwa dosa-dosa Bani Israel yang menyebabkan keruntuhan kerajaan
mereka dengan lisan salah seorang nabi mereka Shiya sebagai berikut :
“Woe to the
sinful people, the people of heavy sins, the progeny of evil-doers, the depraved
children who abandoned God and despised the holy Israel, who had retreated and
fallen back” .
Artinya :
“Celakalah bagi
umat yang bersalah, bangsa yang melakukan dosa besar, keturunan para pelaku
kejahatan, bani perusak yang meninggalkan Tuhan dan meremehkan kesucian Israel,
adalah orang-orang yang telah mundur ke belakang dan murtad”. (Kitab Ashiya
bab1)
Bersambung
...
No comments:
Post a Comment